Ribuan Santri MBS Prambanan Nobar Film G30S/PKI
A
A
A
YOGYAKARTA - Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) di Dusun Marangan, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman akan mengelar nonton bareng (nobar) pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI, malam nanti. Tak hanya melibatkan santri dan pengurus pondok, masyarakat sekitar juga diajak menonton film ini.
"Kalau tidak hujan di halaman, tapi kalau hujan ya lokasinya nonton film di pindah ke aula gedung pondok," kata Didik Riyanto, Kepala Sekolah SMA PPM MBS Yogyakarta, Kamis (28/9/2017).
Pondok pesantren ini setiap hari Jumat libur. Sehingga, nonton bareng film yang berdurasi tiga jam itu tidak mengganggu proses belajar mengajar sekitar lebih dari 2.000 santri. Proses pelajar mengajar di pondok ini juga hingga waktu malam, kecuali hari libur.
Menurutnya, pemutaran film ini juga cukup efektif dalam mengenalkan pelajaran sejarah. Sebab, sebagian besar santri di pondok yang lebih banyak mengunakan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan ini belum pernah menonton film itu.
"Saya kira sebagian besar santri belum pernah melihat film G30S/PKI, saat kita tanya siapa yang pernah menonton, tidak ada yang pernah melihat," katanya.
Film sejarah ini sarat dengan adegan kekerasan. Begitu juga ada darah mengalir yang dipertontonkan dalam film ini. Namun, saat pemutaran film ini nanti beberapa agedan dipotong sehingga tidak membuat takut atau merinding bagi yang menonton.
"Yang nonton kan anak-anak santri, jadi adegan yang ngeri-ngeri dipotong. Kita yang dewasa saja ngeri juga lihat adegan kekerasan di film itu," jelasnya.
Nobar ini tak lepas dari keterlibatan pihak terkait, seperti dari Dandim Sleman, Koramil Prambanan, Kecamatan Prambanan, hingga masyarakat sekitar. Pihaknya menyediakan tempat sekaligus sebagai media pembelajaran bagi para santri untuk lebih mengenal sejarah.
"Ingat kata-kata Bung Karno, Jas Merah, jangan melupakan sejarah. Sejarah jangan hanya diingat saja, tapi diambil yang baik dalam kehidupan. Kalau yang buruk, cukup diketahui dan tidak melakukan tindakan serupa," pungkasnya.
"Kalau tidak hujan di halaman, tapi kalau hujan ya lokasinya nonton film di pindah ke aula gedung pondok," kata Didik Riyanto, Kepala Sekolah SMA PPM MBS Yogyakarta, Kamis (28/9/2017).
Pondok pesantren ini setiap hari Jumat libur. Sehingga, nonton bareng film yang berdurasi tiga jam itu tidak mengganggu proses belajar mengajar sekitar lebih dari 2.000 santri. Proses pelajar mengajar di pondok ini juga hingga waktu malam, kecuali hari libur.
Menurutnya, pemutaran film ini juga cukup efektif dalam mengenalkan pelajaran sejarah. Sebab, sebagian besar santri di pondok yang lebih banyak mengunakan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan ini belum pernah menonton film itu.
"Saya kira sebagian besar santri belum pernah melihat film G30S/PKI, saat kita tanya siapa yang pernah menonton, tidak ada yang pernah melihat," katanya.
Film sejarah ini sarat dengan adegan kekerasan. Begitu juga ada darah mengalir yang dipertontonkan dalam film ini. Namun, saat pemutaran film ini nanti beberapa agedan dipotong sehingga tidak membuat takut atau merinding bagi yang menonton.
"Yang nonton kan anak-anak santri, jadi adegan yang ngeri-ngeri dipotong. Kita yang dewasa saja ngeri juga lihat adegan kekerasan di film itu," jelasnya.
Nobar ini tak lepas dari keterlibatan pihak terkait, seperti dari Dandim Sleman, Koramil Prambanan, Kecamatan Prambanan, hingga masyarakat sekitar. Pihaknya menyediakan tempat sekaligus sebagai media pembelajaran bagi para santri untuk lebih mengenal sejarah.
"Ingat kata-kata Bung Karno, Jas Merah, jangan melupakan sejarah. Sejarah jangan hanya diingat saja, tapi diambil yang baik dalam kehidupan. Kalau yang buruk, cukup diketahui dan tidak melakukan tindakan serupa," pungkasnya.
(nag)