Vice Presiden ACT : Pengungsi Rohingya Jalan Kaki 13 Hari Menuju Bangladesh
A
A
A
BANDUNG - Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Imam Akbari mengatakan, kondisi pengungsi Rohingya di Myanmar sangat memprihatinkan. Berdasarkan laporan timnya yang berada di lokasi pengungsian dapat menggambarkan jika masih banyak warga Rohingya yang melarikan diri untuk menyelamatkan diri dan berjalan selama 13 hari.
"Secara umum kondisinya sangat memprihatinkan. Mereka menyelamatkan diri dengan berjalan selama 13 hari dari Myanmar ke Bangladesh, naik-turun gunung, menyeberangi sungai. Ada juga yang menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu seadanya tanpa alat navigasi," kata Imam seusai menerima dana bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya yang diberikan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung, Selasa (11/9/2017).
Dia menyebutkan, dengan adanya krisis kekerasan kemanusiaan yang terjadi terhadap etnis Rohingya, ATC telah membuka posko bantuan di Bangladesh. Penentuan lokasi tersebut karena berbagai pertimbangan. Selain, banyaknya pengungsi yang melarikan diri ke Bangladesh dan membutuhkan bantuan, kedekatan budaya warga lokal yang memiliki kedekatan dengan Indonesia menjadi pertimbangan.
"Kita juga menyalurkan di Myanmar cuma belum bisa massif karena kondisinya memang belum diizinkan untuk masuk. Maka ini salah satunya kita berharap pihak terkait termasuk tim kita juga melakukan sejumlah advokasi agar pintu-pintu kemanusiaan ini bisa dibuka seluas-luasnya" katanya.
Menurut dia bantuan terbesar yang butuhkan pengungsi Rohingya memang berada di Bangladesh. Di lokasi penampungan ini terdapat sekitar ratusan ribu etnis Rohingya. Belum lagi, pengungsi yang sudah menetap sejak 2012.
Dia mengungkapkan, ATC telah menerima titipan bantuan dari masyarakat sebesar Rp20 miliar dan sebagian telah disalurkan melalui ragam bentuk. "Kami telah turun sejak Idul Adha karena kita punya distribusi kurban di 40 negara termasuk di pengungsian Rohingya, Myanmar dan Bangladesh," ujarnya.
"Secara umum kondisinya sangat memprihatinkan. Mereka menyelamatkan diri dengan berjalan selama 13 hari dari Myanmar ke Bangladesh, naik-turun gunung, menyeberangi sungai. Ada juga yang menyeberangi lautan dengan menggunakan perahu seadanya tanpa alat navigasi," kata Imam seusai menerima dana bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya yang diberikan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung, Selasa (11/9/2017).
Dia menyebutkan, dengan adanya krisis kekerasan kemanusiaan yang terjadi terhadap etnis Rohingya, ATC telah membuka posko bantuan di Bangladesh. Penentuan lokasi tersebut karena berbagai pertimbangan. Selain, banyaknya pengungsi yang melarikan diri ke Bangladesh dan membutuhkan bantuan, kedekatan budaya warga lokal yang memiliki kedekatan dengan Indonesia menjadi pertimbangan.
"Kita juga menyalurkan di Myanmar cuma belum bisa massif karena kondisinya memang belum diizinkan untuk masuk. Maka ini salah satunya kita berharap pihak terkait termasuk tim kita juga melakukan sejumlah advokasi agar pintu-pintu kemanusiaan ini bisa dibuka seluas-luasnya" katanya.
Menurut dia bantuan terbesar yang butuhkan pengungsi Rohingya memang berada di Bangladesh. Di lokasi penampungan ini terdapat sekitar ratusan ribu etnis Rohingya. Belum lagi, pengungsi yang sudah menetap sejak 2012.
Dia mengungkapkan, ATC telah menerima titipan bantuan dari masyarakat sebesar Rp20 miliar dan sebagian telah disalurkan melalui ragam bentuk. "Kami telah turun sejak Idul Adha karena kita punya distribusi kurban di 40 negara termasuk di pengungsian Rohingya, Myanmar dan Bangladesh," ujarnya.
(wib)