Kapolda: Waspadai Indikasi Embrio Radikallisne di Kampus

Selasa, 22 Agustus 2017 - 19:46 WIB
Kapolda: Waspadai Indikasi...
Kapolda: Waspadai Indikasi Embrio Radikallisne di Kampus
A A A
BANDUNG - Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan menyatakan, ada indikasi dan beberapa fakta bahwa embrio radikalisme tumbuh di kampus-kampus perguruan tinggi. Kapolda mengatakan, banyak laporan jika kegiatan mahasiswa ada yang menjurus kepada gerakan radikal.

Karena itu, ujar Anton, Polda Jabar menggelar kegiatan Tatap Muka Kapolda dengan Para Rektor PTN/PTS se-Jawa Barat di Graha Bhayangkara Cicendo, Jalan Cicendo, Kota Bandung, Selasa (22/8/2017).

"Makanya kami mengumpulkan seluruh rektor, wakil rektor, direktur, dekan, dan kepala bagian kemahasiswaan se-Jawa Barat ini untuk lebih memperdalam, mewaspadai tentang bahaya radikalisme. Tumbuhkan wawasan kebangsaan, nasionalisme, dan lebih mendalami ideologi Pancasila. Kita bangun kembali kebersamaan antara negarra dengan kampus," kata Anton seusai acara.

Menurut Kapolda, masalah radikallisme dan terorisme merupakan gerakan keyakinan. Maka, Polda Jabar meminta kepada para rektor untuk bisa menyosialisasikan tentang bahayanya. Sebab, merekalah yang punya wadah untuk menangkal keyakinan raddikal tersebut. "Kalau polisi kan terbatas. Lewat pendidik, gebyarnya (ideologi Pancasila) akan lebih luas," ujar dia.

Anton mengemukakan, kondisi ini (penyebaran paham radikal) sudah mengkhawatirkan. Karena itu pemerintah menerbitkan Perppu Ormas. Dilarangnya ormas anti-Pancasila, berarti sudah ada titik darurat. "Untuk menangkal paham radikal, perlu usaha luar biasa," tutur Anton.

Karenanya Kepolisian dan para rektor tidak akan berhenti untuk terus berjuang dan berusaha agar masyarakat Indonesia bisa lebih sadar Pancasila dan mampu mengantisipasi paham radikal.

Anton nenambahkan, paham raddikal ini rawan tumbuh di semua daerah di Jabar. Merata di semua daerah. Tidak hanya di Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Sukabumi. Cianjur, Bogor, Purwakarta, dan Subang.

Disinggung tentang paham radikal tumbuh di Jabbar, Antos menyatakan, hal itu berkaitan dengan sejarah. Awal mula berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) yang awalnya Daarul Islam (DI) dari Jawa Barat.

"Mungkin secara wadah bisa dibubarkan. Tetapi secara ideologi, siapa yang bisa. Makanya, saat ini kita sedang perang ideologi dan keyakkinan," timpal Anton.

Sementara itu, Rektor Universitas Langlang Buana (Unla) Bandung Brigjen Pol (Purn) Dr H Hari Anwar mengatakan, upaya deradikalisasi kampus pada tahap awal telah dilakukan saat rekrutmen mahasiswa baru. Unla Bandung memberikan wawasan kebangsaan. Juga kpada dosen-dosen.

"Ke depan kami pun akan merevisi kurikulum tentang deradikalisasi. Sedangkan Forum Rektor akan mnggelar pertemuan pada Januari 2018. Isu soal radikalisme dan terorisme juga akan diangkat," kata Hari.

Sedangkan Rektor Universitas Padundan (Unpas) Bandung Edi Jusup mengemukakan, pihaknya telah berupaya menangkal masuknya paham radikall (deradikalisasi) di kampus dengan cara menanamkan tiga pilar ESQ kepada mahasiswa baru. Program selama tiga hari ini telah dilaksanakan sejak empat tahun lalu.

"Saat wisuda, kami juga membekali mereka yang akan terjun ke masyarakat. Alhmdulillah hasilnya sudah terlihat. Tiga pilar ESQ itu adalah emotionall quotient, spiritual quotient, dan intelectual quotient. Klop dengan falsafah Sunda, nyantri, nyunda, dan nyakola," pungkas Edi.
(sms)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2025 seconds (0.1#10.24)