Ratusan Tahanan Lapas Narkotika Palembang Ngamuk
A
A
A
PANGKALAN BALAI - Kerusuhan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kembali terjadi. Kali ini giliran 634 tahanan di Lapas arkotika Klas III Palembang Banyuasin, Kamis pagi (6/7/2017) ngamuk lantaran kesal dengan praktik pungutan liar (Pungli) yang terjadi di dalam lapas tersebut.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, suasana diareal Lapas Narkotika Klas III Palembang terlihat dipenuhi petugas keamanan baik dari Polri maupun TNI yang berjaga untuk mengamankan kondisi Lapas pascakerusuhan.
Sementara dari dalam gedung Lapas, juga terlihat ratusan tahanan sudah mulai tenang dan membaur dengan petugas berseragam baik dari kepolisian, TNI maupun petugas lapas sendiri.
Meski tidak terdapat kerusakan yang parah, namun beberapa kaca gedung Lapas terlihat pecah akibat dilempar oleh para tahanan saat terjadi kerusuhan, dan beberapa pot bunga pecah berserakan.
Begitu juga dengan beberapa pagar pembatas pertama dari sel tahanan, terlihat sudah ada yang berhasil dijebol oleh ratusan penghuni lapas.
Bahkan, terdengar adanya informasi mengenai dua orang warga binaan di Lapas Narkotika Palembang yang mengalami luka bacok dalam insiden kerusuhan tersebut, dan dilarikan ke RSMH Palembang.
Kedua Napi tersebut bernama Taufik dan Feri yang diduga merupakan pesuruh pihak Lapas untuk memungut uang dari Napi lainnya.
Suasana baru kondusif setelah adanya mediasi yang dilakukan antara perwakilan warga binaan dan pihak Lapas bersama Kanwil Kemenkum HAM Sumsel beserta pihak Polri dan TNI.
Dari informasi yang dihimpun, kerusuhan terjadi karena akibat para Napi sudah tidak tahan dan kesal terhadap praktik pungli yang selalu mereka alami di dalam Lapas Narkotika Kelas III Palembang.
Puncaknya, Kamis (6/7/2017) sekitar pukul 09.30 WIB, para Napi dimintai uang oleh dua orang Napi yaitu Taufik dan Feri, yang diduga pesuruh oknum petugas Lapas.
Setiap napi dimintai uang dengan besaran yang bervariasi mulai Rp10.000 hingga Rp20.000. Lantaran sudah tidak bisa membendung emosi, ratusan tahanan mengeroyok dua pesuruh tersebut, dan membacoknya dengan senjata tajam.
Akibatnya, Taufik dan Feri mengalami luka sobek di bagian kepala dan berusaha melarikan diri meminta perlindungan dari petugas lapas yang sedang jaga di kantor utama Lapas Narkotika Palembang.
Sementara itu, ratusan Napi lainnya mengejar dan mendatangi kantor Lapas serta melampiaskan kemarahan dengan mengejar petugas Lapas yang sedang piket.
Setidaknya ada sekitar enam orang petugas piket yang lari sampai keluar areal Lapas dan langsung meminta pertolongan warga sekitar.
Wargapun langsung menghubungi pihak Polsek Talang Kelapa, dan tidak beberapa lama petugas kepolisianpun langsung datang dan menghadang para Napi yang sudah hendak mendobrak pintu utama untuk kabur keluar dari Lapas.
"Kami kesal karena selalu dimintai uang. Ada dua tahanan yang disuruh petugas Lapas meminta uang ke kami, semua dimintai uang. Jadi kami marah dan demo, kami tidak ada niat untuk kabur pak, kami hanya demo menyuarakan kekesalan kami atas kasus Pungli di Lapas ini," kata Sucai, salah satu perwakilan Napi dalam mediasi bersama pihak Kanwil Kemenkum HAM Sumsel.
Dia membeberkan, banyak praktek pungli yang dikeluhkan oleh ratusan Napi di Lapas Narkotika Palembang, mulai dari setoran besuk atau kunjungan keluarga Napi dengan besaran yang berbeda mulai dari Rp30 ribu hingga ratusan ribu rupiah.
"Bukan cuma itu, kami juga dimintai duit untuk setiap pemasangan kipas angin, setelah itu setiap bulannya kami juga masih harus membayar iuran lagi. Biaya kalau mau pasang kipas Rp80 ribu, dan iuran bulanannya Rp32 ribu perbulan. Kami kesal sekali, setiap mau apa-apa di dalam lapas ini selalu bayar, mau makan nayar mau dapat angin juga bayar," ucapnya dengan suara lantang.
Pria yang tubuhnya dipenuhi tato ini juga mengatakan, bahkan ada beberapa Napi yang fasilitasnya diistimewakan dengan membawa handphone ke dalam kamar. Dia menduga, tahanan istimewa tersebut telah membayar sejumlah uang kepada pihak Lapas.
"Seharusnya kami disini semua diperlakukan sama, jangan ada yang diistimewakan. Kalau ada Napi yang bawa HP, kami juga mau bawa HP, harus adil, jangan ada tebang pilih," pintanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan salah seorang Napi lainnya, menurut dia di dalam kamar tahanan memang cukup panas dan tidak ada pendingin atau kipas angin.
"Kamarnya panas pak, kalau mau pasang kipas angin harus bayar Rp80 ribu, dan perbulannya bayar lagi Rp10 ribu. Kalau mau pasang TV bayar Rp250 ribu perbulan. Kalau ada keluarga besuk, bayar Rp100 ribu," kata tahanan berbaju kaos kuning yang tidak menyebutkan namanya.
Dia juga mengatakan, dalam kerusuhan tersebut hampir terjadi kebakaran, karena para tahanan membakar kasur. Bahkan sebagian tahanan lagi berusaha menjebol pagar lapis kedua yang berada dalam areal Lapas.
"Hampir kebakaran, dan sudah sempat jebol pagar bagian pertamanya. Banyak tahanan yang luka-luka. Kejadiannya sekitar jam 09.30 WIB. Kami kesal dengan regu piketnya pak Sofwan, karena selalu meminta uang kepada kami. Jadi pas regunya piket, kami demo. Pak Sofwan sempat melepskan sekali tembakan keudara untuk menghalau kami, tapi ditantang oleh tahanan lain, tembaklah kalau berani," paparnya seraya berjalanan masuk ke pagar tahanan.
Dalam mediasi tersebut, Kepala Divisi pemasyarakat (Kadispas) Kanwil Kemenkum HAM Sumsel, Zulkifli Bustoni menegaskan, atas insiden ini pihaknya akan segera melakukan evaluasi terkait kinerja Lapas Narkotika Klas III Palembang.
"Kami akan evaluasi dalam dua hari kedepan, saya tegaskan tidak boleh ada Pungli di Lapas ini. Saya sudah berpesan kepada Napi, laporkan ke saya jika ada petugas yang berani meminta uang, nanti akan saya berikan sanksi tegas," kata Zulkifli.
Disinggung tentang fasilitas kipas angin, HP dan TV, dia dengan tegas menjawab bahwa semua fasilitas tersebut dilarang berada dalam areal Lapas.
"Kalau ada Napi yang minta mereka bebas menggunakan HP dan ruang tahanannya dipasang kipas angin dan TV, saya tegaskan itu tidak boleh. Semua HP yang ada akan kami sita, tidak ada perlakuan istikewa di sini, semua tahanan memiliki hak yang sama," tegas dia.
Sementara, Kalapas Narkotika Klas III Palembang, Reza mengatakan, akan segera melakukan evaluasi kinerja para petugasnya.
"Dari pengakuan Napi yang kerap dipalak, ada sejumlah nama petugas yang disebutkan, tentu itu akan menjadi evaluasi kami," timpalnya.
Kapolres Banyuasin AKBP Andri Sudarmadi, meminta kepada pihak Lapas untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini secepatnya. Dia juga mengatakan, pihaknya akan selalu memantau keamanan di Lapas dengan menstanby-kan beberapa petugas kepolisian dari pagi hingga malam.
"Alhamdulillah, tidak ada tahanan yang sampai kabur. Karena petugas kepolisian dan TNI cepat datang kesini dan berhasil menghadang semua tahanan," tandasnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, suasana diareal Lapas Narkotika Klas III Palembang terlihat dipenuhi petugas keamanan baik dari Polri maupun TNI yang berjaga untuk mengamankan kondisi Lapas pascakerusuhan.
Sementara dari dalam gedung Lapas, juga terlihat ratusan tahanan sudah mulai tenang dan membaur dengan petugas berseragam baik dari kepolisian, TNI maupun petugas lapas sendiri.
Meski tidak terdapat kerusakan yang parah, namun beberapa kaca gedung Lapas terlihat pecah akibat dilempar oleh para tahanan saat terjadi kerusuhan, dan beberapa pot bunga pecah berserakan.
Begitu juga dengan beberapa pagar pembatas pertama dari sel tahanan, terlihat sudah ada yang berhasil dijebol oleh ratusan penghuni lapas.
Bahkan, terdengar adanya informasi mengenai dua orang warga binaan di Lapas Narkotika Palembang yang mengalami luka bacok dalam insiden kerusuhan tersebut, dan dilarikan ke RSMH Palembang.
Kedua Napi tersebut bernama Taufik dan Feri yang diduga merupakan pesuruh pihak Lapas untuk memungut uang dari Napi lainnya.
Suasana baru kondusif setelah adanya mediasi yang dilakukan antara perwakilan warga binaan dan pihak Lapas bersama Kanwil Kemenkum HAM Sumsel beserta pihak Polri dan TNI.
Dari informasi yang dihimpun, kerusuhan terjadi karena akibat para Napi sudah tidak tahan dan kesal terhadap praktik pungli yang selalu mereka alami di dalam Lapas Narkotika Kelas III Palembang.
Puncaknya, Kamis (6/7/2017) sekitar pukul 09.30 WIB, para Napi dimintai uang oleh dua orang Napi yaitu Taufik dan Feri, yang diduga pesuruh oknum petugas Lapas.
Setiap napi dimintai uang dengan besaran yang bervariasi mulai Rp10.000 hingga Rp20.000. Lantaran sudah tidak bisa membendung emosi, ratusan tahanan mengeroyok dua pesuruh tersebut, dan membacoknya dengan senjata tajam.
Akibatnya, Taufik dan Feri mengalami luka sobek di bagian kepala dan berusaha melarikan diri meminta perlindungan dari petugas lapas yang sedang jaga di kantor utama Lapas Narkotika Palembang.
Sementara itu, ratusan Napi lainnya mengejar dan mendatangi kantor Lapas serta melampiaskan kemarahan dengan mengejar petugas Lapas yang sedang piket.
Setidaknya ada sekitar enam orang petugas piket yang lari sampai keluar areal Lapas dan langsung meminta pertolongan warga sekitar.
Wargapun langsung menghubungi pihak Polsek Talang Kelapa, dan tidak beberapa lama petugas kepolisianpun langsung datang dan menghadang para Napi yang sudah hendak mendobrak pintu utama untuk kabur keluar dari Lapas.
"Kami kesal karena selalu dimintai uang. Ada dua tahanan yang disuruh petugas Lapas meminta uang ke kami, semua dimintai uang. Jadi kami marah dan demo, kami tidak ada niat untuk kabur pak, kami hanya demo menyuarakan kekesalan kami atas kasus Pungli di Lapas ini," kata Sucai, salah satu perwakilan Napi dalam mediasi bersama pihak Kanwil Kemenkum HAM Sumsel.
Dia membeberkan, banyak praktek pungli yang dikeluhkan oleh ratusan Napi di Lapas Narkotika Palembang, mulai dari setoran besuk atau kunjungan keluarga Napi dengan besaran yang berbeda mulai dari Rp30 ribu hingga ratusan ribu rupiah.
"Bukan cuma itu, kami juga dimintai duit untuk setiap pemasangan kipas angin, setelah itu setiap bulannya kami juga masih harus membayar iuran lagi. Biaya kalau mau pasang kipas Rp80 ribu, dan iuran bulanannya Rp32 ribu perbulan. Kami kesal sekali, setiap mau apa-apa di dalam lapas ini selalu bayar, mau makan nayar mau dapat angin juga bayar," ucapnya dengan suara lantang.
Pria yang tubuhnya dipenuhi tato ini juga mengatakan, bahkan ada beberapa Napi yang fasilitasnya diistimewakan dengan membawa handphone ke dalam kamar. Dia menduga, tahanan istimewa tersebut telah membayar sejumlah uang kepada pihak Lapas.
"Seharusnya kami disini semua diperlakukan sama, jangan ada yang diistimewakan. Kalau ada Napi yang bawa HP, kami juga mau bawa HP, harus adil, jangan ada tebang pilih," pintanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan salah seorang Napi lainnya, menurut dia di dalam kamar tahanan memang cukup panas dan tidak ada pendingin atau kipas angin.
"Kamarnya panas pak, kalau mau pasang kipas angin harus bayar Rp80 ribu, dan perbulannya bayar lagi Rp10 ribu. Kalau mau pasang TV bayar Rp250 ribu perbulan. Kalau ada keluarga besuk, bayar Rp100 ribu," kata tahanan berbaju kaos kuning yang tidak menyebutkan namanya.
Dia juga mengatakan, dalam kerusuhan tersebut hampir terjadi kebakaran, karena para tahanan membakar kasur. Bahkan sebagian tahanan lagi berusaha menjebol pagar lapis kedua yang berada dalam areal Lapas.
"Hampir kebakaran, dan sudah sempat jebol pagar bagian pertamanya. Banyak tahanan yang luka-luka. Kejadiannya sekitar jam 09.30 WIB. Kami kesal dengan regu piketnya pak Sofwan, karena selalu meminta uang kepada kami. Jadi pas regunya piket, kami demo. Pak Sofwan sempat melepskan sekali tembakan keudara untuk menghalau kami, tapi ditantang oleh tahanan lain, tembaklah kalau berani," paparnya seraya berjalanan masuk ke pagar tahanan.
Dalam mediasi tersebut, Kepala Divisi pemasyarakat (Kadispas) Kanwil Kemenkum HAM Sumsel, Zulkifli Bustoni menegaskan, atas insiden ini pihaknya akan segera melakukan evaluasi terkait kinerja Lapas Narkotika Klas III Palembang.
"Kami akan evaluasi dalam dua hari kedepan, saya tegaskan tidak boleh ada Pungli di Lapas ini. Saya sudah berpesan kepada Napi, laporkan ke saya jika ada petugas yang berani meminta uang, nanti akan saya berikan sanksi tegas," kata Zulkifli.
Disinggung tentang fasilitas kipas angin, HP dan TV, dia dengan tegas menjawab bahwa semua fasilitas tersebut dilarang berada dalam areal Lapas.
"Kalau ada Napi yang minta mereka bebas menggunakan HP dan ruang tahanannya dipasang kipas angin dan TV, saya tegaskan itu tidak boleh. Semua HP yang ada akan kami sita, tidak ada perlakuan istikewa di sini, semua tahanan memiliki hak yang sama," tegas dia.
Sementara, Kalapas Narkotika Klas III Palembang, Reza mengatakan, akan segera melakukan evaluasi kinerja para petugasnya.
"Dari pengakuan Napi yang kerap dipalak, ada sejumlah nama petugas yang disebutkan, tentu itu akan menjadi evaluasi kami," timpalnya.
Kapolres Banyuasin AKBP Andri Sudarmadi, meminta kepada pihak Lapas untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini secepatnya. Dia juga mengatakan, pihaknya akan selalu memantau keamanan di Lapas dengan menstanby-kan beberapa petugas kepolisian dari pagi hingga malam.
"Alhamdulillah, tidak ada tahanan yang sampai kabur. Karena petugas kepolisian dan TNI cepat datang kesini dan berhasil menghadang semua tahanan," tandasnya.
(sms)