Sering Ngamuk, Pemuda Ini Terpaksa Dikurung Selama 8 Tahun

Kamis, 11 Mei 2017 - 18:30 WIB
Sering Ngamuk, Pemuda Ini Terpaksa Dikurung Selama 8 Tahun
Sering Ngamuk, Pemuda Ini Terpaksa Dikurung Selama 8 Tahun
A A A
BANDUNG - Karena kerap mengamuk Yusuf seorang remaja berusia 15 tahun ini terpaksa dikurung bertahun-tahun oleh orang tuanya. Hal ini terpaksa dilakukan, karena sudah delapan tahun belakangan ini pemuda tersebut kondisinya tak kunjung membaik.

Yusuf, pemuda itu dikurung dalam sebuah ruangan berujuran 2x2 meter. Berisikan tempat tidur saja, pria yang seharusnya tengah aktif ini, terpaksa tanpa daya harus rela dikurung lantaran mengalami gangguan otak.

Menurut ibunya Yusuf, Ratnasari, anaknya dikurung sejak berumur delapan tahun. Itu pun terpaksa dilakukannya karena sering tetangga yang mengeluh mendapatkan gangguan dari anaknya.

"Apalagi usianya makin dewasa, tenaganya makin besar, jadi kami lebih khawatir, takut melukai orang lain. Mau bagaimana lagi, saya juga sebenarnya tidak mau mengurungnya seperti ini, tapi demi keselamatan mau tidak mau harus dilakukan," ungkap Ratnasari di kediamannya, RT 01/RW 04, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kamis (11/5/2017).

Baik Ratnasari maupun sang ayah, Nurjaman, dengan telaten merawat Yusuf sejak kecil. Tidak jarang, dengan pengawasan yang cukup ketat, Yusuf pun sesekali diajaknya keluar rumah untuk diberikan penyegaran.

Menurut sang Ibu, berdasarkan hasil pemeriksaan medis, anaknya terkena radang selaput otak.
Dimana awalnya karena jatuh dari sepeda ketika umur dua tahun setengah, dimana kepalanya terbentur ketika jatuh hingga berdarah.

Setelah jatuh, Yusuf mengalami kejang-kejang lalu beberapa hari kemudian dibawa ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri. Di rumah sakit, remaja tersebut dinyatakan koma hingga dua bulan setengah lamanya.

"Setelah bangun dari koma, perilaku Yusuf berubah. Dia jadi galak pada semua orang, dan tidak terkendali. Bahkan Yusuf pun pernah merusak barang-barang dan pernah juga orang lain Dia gigit, dijambak, dan dicakarnya," ujar wanita berusia 38 tahun tersebut.

Dia pun menuturkan, Yusuf pernah dibawa ke rumah sakit jiwa di Cisarua namun hanya beberapa hari sebelum akhirnya dipulangkan. Kemudian ke rumah sakit jiwa lain, dimana harta bendanya habis namun tidak kunjung mempengaruhi kesehatan anaknya.

Dalam dua tahun terakhir, untuk biaya pengobatan Yusuf sudah tercover BPJS, tapi tidak jarang obat bagi anaknya habis. Sehingga dia dan suaminya pun harus mengeluarkan uang sendiri. Beruntung, kata Ratnasari, ada yayasan yang mengulurkan bantuan untuk anaknya.

"Biayanya mahal, sekali berobat bisa habis Rp500 ribu. Alhamdulilah sekarang ada BPJS jadi bisa lebih tercover, kalau obatnya harus beli diluar ada bantuan dari yayasan, tapi kita tidak bisa terus berharap untuk dibantu," tuturnya.

Disinggung mengenai bantuan pemerintah, lanjutnya, belum ada bantuan apapun kendati sudah ada dari kelurahan yang datang dua kali ke kediamannya. Selama ini, dia bergantung dari BPJS dan Yayasan mengenai biaya anaknya.

"Kalau dibilang ke rumah sakit jiwa pasti langsung ngamuk, Dia lebih betah di rumah aja. Harapan kami ingin Yusuf dapat kembali normal dan sehat lagi," tambahnya.

Meski demikian, menurut sang Ibu, Yusuf masih bisa berkomunikasi meski hanya dengan bahasa sunda sederhana. Bahkan ketika ramai sering menari-nari mengikuti musik namun ketika ramai, dia hanya terdiam dan dingin jika bertemu dengan yang tidak dikenalnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3226 seconds (0.1#10.140)