Polisi Kurang Pelatihan dan Pemahaman tentang Diskresi
A
A
A
PALEMBANG - Insiden penembakan oleh seorang anggota polisi terhadap satu keluarga dalam mobil di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, disesalkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Tito mengakui bahwa kebanyakan saat ini anggota polisi masih kurang dalam pelatihan diskresi. Dirinya pun tidak sepenuhnya menyalahkan Brigadir K terkait peristiwa tersebut.
Tito menjelaskan, diskresi merupakan tindakan reaktif dari seorang anggota polisi dalam menilai suatu peristiwa yang terjadi di hadapan matanya. Kemudian, anggota tersebut harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat untuk melindungi kepentingan umum, publik, dan diri sendiri.
"Semua anggota dari pangkat terendah hingga tertinggi di jajaran kepolisian punya kewenangan diskresi. Namun pelatihan serta pemahaman tentang diskresi secara umum pada anggota polisi memang masih kurang," ujar dia, saat di Mapolda Sumsel, Jumat (28/4/2017).
Menurut Tito, diskresi tidak bisa diajarkan secara oral namun harus dengan melakukan simulasi kejadian untuk melatih kemampuan mengambil keputusan. "Masalah yang akan dihadapi akan bersifat personal, pengalaman setiap orang tidak akan sama, namun harus tetap dilatih."
Tito akan memerintahkan para kapolsek dan kapolres untuk menyediakan waktu khusus untuk pelatihan mengenai diskresi.
Menurutnya, kejadian di Lubuklinggau juga termasuk kesalahan Gatot alias Diki (30), yang kabur ketika razia. Tito pun mencontohkan seperti halnya razia yang terjadi di Tuban. Ketika pengendara menerobos lalu dikejar, ternyata isi di dalam mobil merupakan gerombolan teroris bersenjata lengkap.
"Setelah ditembak ternyata itu teroris dan sempat kejar-kejaran dengan polisi. Tapi untuk yang di Linggau, nanti kita lihat apakah ada kekuatan untuk mengeluarkan tindakan atau tidak, pelat mobilnya juga palsu, sehingga lari dan tidak mau distop."
Tito mengakui bahwa kebanyakan saat ini anggota polisi masih kurang dalam pelatihan diskresi. Dirinya pun tidak sepenuhnya menyalahkan Brigadir K terkait peristiwa tersebut.
Tito menjelaskan, diskresi merupakan tindakan reaktif dari seorang anggota polisi dalam menilai suatu peristiwa yang terjadi di hadapan matanya. Kemudian, anggota tersebut harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat untuk melindungi kepentingan umum, publik, dan diri sendiri.
"Semua anggota dari pangkat terendah hingga tertinggi di jajaran kepolisian punya kewenangan diskresi. Namun pelatihan serta pemahaman tentang diskresi secara umum pada anggota polisi memang masih kurang," ujar dia, saat di Mapolda Sumsel, Jumat (28/4/2017).
Menurut Tito, diskresi tidak bisa diajarkan secara oral namun harus dengan melakukan simulasi kejadian untuk melatih kemampuan mengambil keputusan. "Masalah yang akan dihadapi akan bersifat personal, pengalaman setiap orang tidak akan sama, namun harus tetap dilatih."
Tito akan memerintahkan para kapolsek dan kapolres untuk menyediakan waktu khusus untuk pelatihan mengenai diskresi.
Menurutnya, kejadian di Lubuklinggau juga termasuk kesalahan Gatot alias Diki (30), yang kabur ketika razia. Tito pun mencontohkan seperti halnya razia yang terjadi di Tuban. Ketika pengendara menerobos lalu dikejar, ternyata isi di dalam mobil merupakan gerombolan teroris bersenjata lengkap.
"Setelah ditembak ternyata itu teroris dan sempat kejar-kejaran dengan polisi. Tapi untuk yang di Linggau, nanti kita lihat apakah ada kekuatan untuk mengeluarkan tindakan atau tidak, pelat mobilnya juga palsu, sehingga lari dan tidak mau distop."
(zik)