Bocah Tulang Rapuh, Fahri Ingin Jadi Guru Agama
A
A
A
BANDUNG - Kondisi fisik Muhammad Fahri (11) memang terlihat berbeda akibat penyakit Osteogenesis Imperfecta. Akibat penyakit itu, lebih dari 20 tulang di tubuh Fahri patah secara bertahap sejak umur empat tahun.
Keterbatasan fisik yang diderita, tidak menyurutkan semangat bocah dari Cibiru, Kota Bandung ini. Dia memiliki semangat yang sangat besar dan ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain dan agamanya.
Dia mengungkap keinginannya agar kelak bisa mengikuti pendidikan pesantren di Daarut Tauhiid (DT). Dengan begitu, dia berharap jalan menjadi guru agama bisa tercapai. “Inginnya sih pesantren di DT. Minimal, bisa menjadi guru mengaji," ucap Fahri, Sabtu (1/4/2017).
Fahri tidak berbicara panjang lebar, sebab masih malu-malu pada orang yang baru dikenalnya. Meski begitu, sosok Fahri cukup ramah. Saat ini, Fahri sendiri baru duduk di kelas 1 SD dan sekolahnya tak jauh dari rumahnya. Pada usianya yang 11 tahun, dia terpaksa baru mulai bersekolah karena keterbatasan kondisi fisik.
Ibunda Fahri, Sri Astati Nursani (32), mengatakan, intelektualitas anaknya tidak bermasalah dan sebenarnya bisa bersekolah di usia normal seperti anak lain. Tapi rapuhnya tulang sang anak dan berbagai proses pengobatan membuat Fahri terlambat masuk sekolah.
Sebelum jadi siswa SD, Fahri sempat bersekolah di SLB tidak jauh dari rumahnya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Sebab Fahri belajar di rumah dengan cara gurunya yang datang. Karena gurunya sedikit, jarang ada guru yang datang. Fahri pun tidak bisa meneruskan pendidikannya.
Belakangan ini, Fahri pun didaftarkan ke SD. Itu pun butuh penjelasan dari Sani pada pihak sekolah dan orangtua siswa agar Fahri bisa bersekolah dan diterima oleh siswa lain. "Fahri ini anaknya percaya diri, dia juga enggak minder di sekolah sama teman-temannya. Dan alhamdulillah teman-teman di sekolah juga menerima Fahri," tutur Sani.
Di sekolah, Fahri harus menggunakan kursi roda. Namun, posisi duduknya pun harus berubah-ubah karena ia tidak bisa duduk lama. Teman-temannya di sekolah menerima dan mau berbaur serta bermain dengan Fahri. "Kadang teman-temannya juga main ke rumah ini sama Fahri. Salah satunya suka main kelereng," kata Sani.
Keterbatasan fisik yang diderita, tidak menyurutkan semangat bocah dari Cibiru, Kota Bandung ini. Dia memiliki semangat yang sangat besar dan ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain dan agamanya.
Dia mengungkap keinginannya agar kelak bisa mengikuti pendidikan pesantren di Daarut Tauhiid (DT). Dengan begitu, dia berharap jalan menjadi guru agama bisa tercapai. “Inginnya sih pesantren di DT. Minimal, bisa menjadi guru mengaji," ucap Fahri, Sabtu (1/4/2017).
Fahri tidak berbicara panjang lebar, sebab masih malu-malu pada orang yang baru dikenalnya. Meski begitu, sosok Fahri cukup ramah. Saat ini, Fahri sendiri baru duduk di kelas 1 SD dan sekolahnya tak jauh dari rumahnya. Pada usianya yang 11 tahun, dia terpaksa baru mulai bersekolah karena keterbatasan kondisi fisik.
Ibunda Fahri, Sri Astati Nursani (32), mengatakan, intelektualitas anaknya tidak bermasalah dan sebenarnya bisa bersekolah di usia normal seperti anak lain. Tapi rapuhnya tulang sang anak dan berbagai proses pengobatan membuat Fahri terlambat masuk sekolah.
Sebelum jadi siswa SD, Fahri sempat bersekolah di SLB tidak jauh dari rumahnya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Sebab Fahri belajar di rumah dengan cara gurunya yang datang. Karena gurunya sedikit, jarang ada guru yang datang. Fahri pun tidak bisa meneruskan pendidikannya.
Belakangan ini, Fahri pun didaftarkan ke SD. Itu pun butuh penjelasan dari Sani pada pihak sekolah dan orangtua siswa agar Fahri bisa bersekolah dan diterima oleh siswa lain. "Fahri ini anaknya percaya diri, dia juga enggak minder di sekolah sama teman-temannya. Dan alhamdulillah teman-teman di sekolah juga menerima Fahri," tutur Sani.
Di sekolah, Fahri harus menggunakan kursi roda. Namun, posisi duduknya pun harus berubah-ubah karena ia tidak bisa duduk lama. Teman-temannya di sekolah menerima dan mau berbaur serta bermain dengan Fahri. "Kadang teman-temannya juga main ke rumah ini sama Fahri. Salah satunya suka main kelereng," kata Sani.
(wib)