Samantha Aditya Putri: Tak Ada Masa Depan Tanpa Sejarah
A
A
A
YOGYAKARTA - Berawal dari kesukaannya terhadap dongeng dan cerita-cerita rakyat sejak kecil, Samantha Aditya Putri akhirnya memilih menempuh kuliah Jurusan Sejarah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Tujuannya satu, dia ingin mempelajari betul ilmu dan pengetahuan soal sejarah.
Dan, dari situlah aktivitasnya di dunia sejarah dan warisan budaya semakin matang. "Saat kecil setiap ulang tahun, orang tua selalu memberi kado buku-buku cerita sejarah, dongeng, majalah anak. Jadinya saya semakin suka tentang cerita-cerita sejarah," kata Sam, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan KORAN SINDO YOGYA.
Pada tahun 2010, Samantha mulai aktif berorganisasi, di antaranya adalah Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Komunitas Malam Museum, hingga 1000_gurujogja. Lalu, pada 2013, bekas atlet panjat tebing itu dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia. Bersama organisasi dan komunitas yang diikutinya, dia mengembangkan beberapa program terkait permuseuman dan advokasi cagar budaya.
"Karena saya melihat potensi museum dan cagar budaya dalam hal edukasi dan wisata itu sangat besar. Sayang orang-orang sejarah sendiri sering kali kurang peduli tentang isu-isu terkait permuseuman dan cagar budaya," tuturnya.
Samantha berharap ke depan semakin banyak kalangan muda dan masyarakat yang mengenal dan turut melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah, salah satunya dengan berkunjung ke museum.
"Dari mengenal, tumbuh rasa peduli. Dari peduli, muncul rasa cinta dan semoga tersebar energi baik untuk turut membantu melestarikan bangunan bersejarah dan museum," ujarnya.
Selain melakukan kegiatan atraktif di komunitas, peminat travelling, menulis, sosial, dan volunteer ini secara pribadi juga melakukan kegiatan advokasi ke teman-temannya tentang pentingnya merawat dan melestarikan bangunan bersejarah.
"Karena tidak ada masa depan tanpa sejarah," pungkas anak pertama dari dua bersaudara yang kini juga tengah fokus menuntaskan skripsi kuliahnya.
Dan, dari situlah aktivitasnya di dunia sejarah dan warisan budaya semakin matang. "Saat kecil setiap ulang tahun, orang tua selalu memberi kado buku-buku cerita sejarah, dongeng, majalah anak. Jadinya saya semakin suka tentang cerita-cerita sejarah," kata Sam, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan KORAN SINDO YOGYA.
Pada tahun 2010, Samantha mulai aktif berorganisasi, di antaranya adalah Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Komunitas Malam Museum, hingga 1000_gurujogja. Lalu, pada 2013, bekas atlet panjat tebing itu dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia. Bersama organisasi dan komunitas yang diikutinya, dia mengembangkan beberapa program terkait permuseuman dan advokasi cagar budaya.
"Karena saya melihat potensi museum dan cagar budaya dalam hal edukasi dan wisata itu sangat besar. Sayang orang-orang sejarah sendiri sering kali kurang peduli tentang isu-isu terkait permuseuman dan cagar budaya," tuturnya.
Samantha berharap ke depan semakin banyak kalangan muda dan masyarakat yang mengenal dan turut melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah, salah satunya dengan berkunjung ke museum.
"Dari mengenal, tumbuh rasa peduli. Dari peduli, muncul rasa cinta dan semoga tersebar energi baik untuk turut membantu melestarikan bangunan bersejarah dan museum," ujarnya.
Selain melakukan kegiatan atraktif di komunitas, peminat travelling, menulis, sosial, dan volunteer ini secara pribadi juga melakukan kegiatan advokasi ke teman-temannya tentang pentingnya merawat dan melestarikan bangunan bersejarah.
"Karena tidak ada masa depan tanpa sejarah," pungkas anak pertama dari dua bersaudara yang kini juga tengah fokus menuntaskan skripsi kuliahnya.
(zik)