AKP Haryanto, Perwira Polres Sleman yang Juga Seorang Juru Khitan

Kamis, 02 Maret 2017 - 18:05 WIB
AKP Haryanto, Perwira...
AKP Haryanto, Perwira Polres Sleman yang Juga Seorang Juru Khitan
A A A
SLEMAN - Sunat bagi masyarakat sering dijadikan sebagai penanda bahwa seorang anak mulai memasuki usia baliq atau menginjak remaja. Operasi kecil yang harus dijalani seorang anak laki-laki tersebut menjadi sebuah momentum yang tidak bisa dilupakan karena hanya akan berlangsung sekali seumur hidup.
AKP Haryanto, Perwira Polres Sleman yang Juga Seorang Juru Khitan

Kegiatan membersihkan ujung alat kelamin laki-laki tersebut hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki ketrampilan medis khusus layaknya seorang dokter spesialis operasi.

Di Sleman, ada seorang anggota polisi bernama AKP Haryanto yang memiliki kemampuan tersebut. Kasi Humas Polres Sleman tersebut sudah memiliki kemampuan menyunat sejak 1993.

“Awalnya ikut kursus khitan yang digelar oleh Dinas Kesehatan Sleman. Saat itu posisi bertugas di Polsek Sleman dan saya tertarik untuk ikut, karena bapak saya sendiri adalah seorang bong supit tradisional di Solo,” jelas Haryanto saat mengobrol dengan KORAN SINDO.

Meski bertugas sebagai seorang anggota polisi, aktivitas menjadi juru khitan tersebut hingga kini terus dijalani oleh lelaki yang tinggal di Ngangkrik, Sleman tersebut.

Tidak hanya melayani permintaan dari warga yang tinggal di sekitar rumahnya. Haryanto juga melayani panggilan khitan hingga ke berbagai daerah seperti Magelang, Gunungkidul, Bantul, Yogyakarta dan Solo.

Proses khitan yang dilakukan oleh Haryanto saat ini sudah mengikuti perkembangan terbaru yakni dengan mempergunakan pisau elektrik atau yang biasa dikenal masyarakat dengan laser.

“Saya mempergunakan peralatan medis tidak seperti bapak saya yang dulu masih tradisional. Termasuk saya juga mempergunakan laser yang sebenarnya adalah pisau elektrik bukan laser karena kalau laser terlalu tajam,” tutur Haryanto.

Dengan perkembangan metode yang ada, saat ini pun khitan yang ditangani oleh Haryanto juga menerapkan sistem dorsumsisi atau memotong semua kulit penutup ujung alat kelamin.

Sementara dulu saat masih awal menjalani profesi sebagai juru khitan, pemotongan dilakukan dengan metode sirkumsisi atau hanya memotong kulit penutup bagian atas.

Perjalanan 24 tahun menjadi juru khitan, pengalaman paling Haryanto diingat adalah saat harus mengkhitan seorang bayi laki-laki. Meski masih cukup kecil, anak tersebut harus dikhitan karena mengalami kesulitan membuang air kecil.

“Sebenarnya sudah saya minta ke rumah sakit. Tetapi dari dokter yang menangani diminta untuk ke juru khitan. Meski kasihan karena masih sangat kecil, akhirnya tetap dikhitan karena memang ada masalah di kesehatan,” tambahnya.

Pengalaman lain yang cukup menyita kenangan adalah, saat didatangi dua orang mahasiswa dan langsung meminta untuk dikhitan.

Meski tetap langsung dilayani, Haryanto mengaku sempat mencoba mengorek informasi alasan dari mahasiswa yang berasal dari luar daerah tersebut meminta untuk di khitan.

“Ternyata dia adalah non muslim. Dan ingin sama dengan teman-temannya dikhitan agar alat kelamin menjadi lebih bersih,” kenang Haryanto.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2029 seconds (0.1#10.140)