Diskusi Pojok Kagama, Semua Pihak Harus Berpartisipasi Perangi Narkoba

Minggu, 26 Februari 2017 - 01:50 WIB
Diskusi Pojok Kagama,...
Diskusi Pojok Kagama, Semua Pihak Harus Berpartisipasi Perangi Narkoba
A A A
MEDAN - Pengurus Daerah (Pengda) Keluarga Besar Alumni UGM (Kagama) Sumut kembali menggelar pojok diskusi. Kali ini, Kagama menggandeng Koran SINDO, Medan untuk menggelar pojok diskusi tentang Narkoba yang digelar di Kito Art Café, Jalan Wahid Hasyim, Medan, Sabtu (25/02/2017).

Pojok diskusi Kagama Sumut merupakan salah satu cara para alumni Universitas Gajah Mada yang berdomisili di Kota Medan dan sekitarnya untuk menyumbangkan pikiran kepada masyarakat.

Turut hadir sebagai narasumber pada diskusi Penyuluh Madya Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumut, Dr Suku Ginting, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Medan, Ilhamsyah, Konselor Rumah Damping BNNP Sumut, Robby Efendi Hutagalung dan Sekretaris Jenderal Pengda Kagama Sumut, Tri Anom Wahyudi. Diskusi pojok Kagama itu dipandu oleh moderator dari wartawan Koran SINDO Medan, Fachrurrozy.

Tri Anom mengungkapkan narkoba sudah menjadi masalah bangsa. Untuk itulah, Pengda Kagama Sumut menggelar pojok diskusi bertemakan "Bahaya Narkoba, Pencegahan, Parenting dan Penanggulanggannya".

"Ini bentuk kepedulian kita kepada bangsa, khususnya untuk Kota Medan. Melalui diskusi ini, kita menyumbangkan pikiran untuk meminimalisir penyalahgunaan narkoba yang sudah sangat marak," paparnya.

Tri Anom menambahkan narkoba sudah menjadi musuh bersama dan penanggulanggannya juga harus dilakukan secara bersama. Semua lapisan masyarakat harus berpartipasi dalam menanggulangi dampak penyalahugunaan narkoba.

"Apa pun bidang kita, kita punya peran untuk menginisiasi dan memberikan masukan kepada masyarakat. Melalui pojok diskusi Kagama ini yang rutin kita gelar setiap sebulan sekali," katanya.

Penyuluh Madya BNNP Sumut, Dr Suku Ginting mengungkapkan berdasarkan data BNN 2015, pengguna narkoba di Indonesia sebanyak 5,8 juta orang yang termasuk di dalam pecandu berat sebanyak 934 ribu. Sedangkan nyawa yang melayang akibat narkoba sebanyak 33 orang setiap harinya.

"Sedangkan di Sumatera, sekitar 1 juta penyalahguna narkoba yang didalamnya termasuk pengguna narkoba teratur dan coba-coba dan pencandu berat. Bagaimana nanti di tahun 2020," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, jumlah variasi narkoba juga bertambah. Seperti tembakau gorilla, sabu cair dan lainnya.

Hal itulah yang membuat BNN harus bekerja keras untuk meminimalisir penyalahgunaan narkoba itu. "Penyalahguna narkoba terus bertambah dan jumlah variasi narkobanya pun terus bertambah. Sementara, akses rehabilitasi untuk penyalahguna narkoba belum memadai. Makanya, semua pihak harus berpartisipasi memerangi narkoba," terangnya.

Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Medan, Ilhamsyah mengungkapkan BNNP Sumut harus lebih aktif melakukan sosialisasi tentang penanggulangan penyalahgunaan narkoba, agar lebih banyak masyarakat yang mau berpartisipasi untuk memerangi narkoba itu.

"Narkoba itu diedarkan untuk melemahkan generasi kita. Makanya, seluruh lapisan masyarakat harus turun tangan untuk memberantas peredaran narkoba," ungkapnya.

Ilhamsyah menambahkan sebagai anggota DPRD Kota Medan, pihaknya sudah berulang kali mendesak agar dibentuk BNNK Medan. Mengingat, sebagai Ibu Kota Sumatera Utara, Kota Medan yang dikenal sebagai kota metropolitan, sudah selayaknya BNNK didirikan di Kota Medan.

"Selain itu, kalau bisa alat tes urin narkoba itu jangan terlalu mahal. Agar para orangtua bisa leluasa mengetes urin anaknya bila dicurigai terindikasi menggunakan narkoba," harapnya.

Konselor Rumah Damping BNNP Sumut, Robby Efendi Hutagalung mengungkapkan saat ini, narkoba yang paling tren digunakan adalah sabu-sabu. Sedangkan narkoba jenis lain seperti putaw bisa dikatakan sudah tidak ada lagi beredar.

Selaku mantan pengguna, Robby Efendi Hutagalung meminta agar para penyalahguna narkoba cepat sadar.

"Sekarang ini, bukan hanya orang dewasa saja yang pakai narkoba, namun anak-anak yang berusia belasan tahun pun sudah terikut pakai narkoba. Ini masalah serius. Bila tidak ditanggulangi sejak dini, maka akan merusak generasi kita," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2098 seconds (0.1#10.140)