Akhir Kisah Bilqis Humaira, Bayi yang Tak Memiliki Langit-langit

Selasa, 21 Februari 2017 - 17:37 WIB
Akhir Kisah Bilqis Humaira, Bayi yang Tak Memiliki Langit-langit
Akhir Kisah Bilqis Humaira, Bayi yang Tak Memiliki Langit-langit
A A A
MAGELANG - Suasana duka menyelimuti keluarga Wahid Widodo (40) dan Siti Maona (36), warga Dusun Candigelo, Desa Ngadipura, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sebab, putri kedua mereka yakni Bilqis Humaira berusia empat bulan yang tidak memiliki langit-langit atas meninggal dunia pada Minggu (19/2/2017) malam. Sedangkan kakak almarhum Bilqis, Istikhomah (6 tahun), juga tak memiliki langit-langit atas telah menunggu antrean untuk menjalani operasi di RSUD Dr Kariadi Semarang.

Widodo menceritakan, putri keduanya Bilqis terlahir dalam kondisi tidak memiliki langit-langit atas. Dia pernah membawa Bilqis ke dokter. Saat itu diberitahu operasi bisa dilakukan setelah usia bayi minimal 6 bulan. Namun, sejak Kamis (16/2/2017) lalu, Bilqis rewel dan mengalami panas. Bahkan, Minggu (19/2/2017), sejak siang turun hujan dan Bilqis tidak mau digendong.

"Saat itu, Bilqis rewel, saya gendong enggak mau dan minta tidur di kamar," ujar Widodo saat ditemui di rumah dukanya, Selasa (21/2/2017).

Saat suhu tubuh Bilqis panas, mereka telah memberikan obat penurun panas, namun tidak turun juga. Bilqis masih mau meminum susu yang diberikan dan sudah mulai tengkurap. "Saya sudah beri obat penurun panas, tapi tidak turun juga. Saat itu pun masih mau minum susu, tapi sekitar pukul 23.30 WIB, Allah berkehendak lain," tutur Siti Maona di sela-sela menerima ucapan belasungkawa dari sejumlah wartawan dari Kabupaten Magelang dan warga Dukun.

Widodo dan Siti Maona menambahkan, putri pertamanya, Istikhomah, yang kondisinya juga tidak memiliki langit-langit atas akan menjalani operasi di RSUP Dr Kariadi Semarang. Saat ini telah mendaftarkan dan mendapatkan nomor antrean 636 dan sekarang telah mencapai nomor 400-an. "Kalau Istikhomah tinggal menunggu antrean operasi langit-langit atas di RSUP Dr Kariadi Semarang. Nantinya, untuk operasinya ditanggung dengan KIS dan tinggal menunggu panggilan," kata Widodo.

Untuk makan setiap harinya, katanya, Istikhomah biasanya makan sereal dan terkadang makan nasi. Dia selalu berada di rumah. "Istikhomah belum sekolah, merasa mider," ucapnya.

Perwakilan wartawan Kabupaten Magelang Habib Shaleh mengatakan, selain menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Bilqis Humaira, mereka juga bermaksud menyerahkan donasi yang terkumpul dari netizen dan dermawan.

"Dulu setelah adik Bilqis lahir, kami ke sini menengoknya. Kemudian, kami membuka donasi melalui media sosial dan ada beberapa dermawan yang memberikan donasinya. Donasi yang terkumpul ini, kami serahkan semuanya untuk keperluan di sini," tutur Habib seraya menyerahkan uang tunai Rp4,25 juta yang diterima Istikhomah.

Sebagaimana diberitakan KORAN SINDO, Kamis (24/11), Bilqis terlahir melalui persalinan di Bidan Desa Rini Khasidah Fatimah, Selasa (1/11/2016) pukul 19.30 WIB. Ketika lahir Bilqis Humaira memiliki berat badan 3,2 kilogram dan panjang 49 sentimeter. (Baca juga: Kelainan Kromosom, Bilqis Butuh Bantuan).
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0323 seconds (0.1#10.140)