Sekolah Terendam Banjir Satu Meter, Kegiatan Belajar Pindah ke Balai Desa
A
A
A
DEMAK - Banjir setinggi satu meter di Demak, Jawa Tengah tak hanya melumpuhkan aktivitas perekonomian warga tetapi juga kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Ratusan siswa pada Jumat 17 Februari 2017, terpaksa belajar di balai desa dan rumah-rumah warga agar tak tertinggal materi pelajaran.
Kepala SDN 1 Sayung, Ning Swarti mengatakan, proses belajar mengajar 262 anak didiknya disebar ke berbagai lokasi. Kegiatan belajar mengajar Kelas IV, V, dan VI, di Balai Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Demak. Sedangkan Kelas I, II, dan III dipindah ke rumah warga yang tak terendam banjir.
"Banjir semakin tinggi, karena masih sering hujan deras. Akibatnya, proses belajar mengajar dipindahkan ke balai desa. Kalau dilakukan di sekolah sangat berbahaya terutama bagi anak-anak. Apalagi banyak ruang kelas yang juga terendam," kata Ning.
Dengan mengenakan seragam Pramuka, ratusan pelajar itu duduk di lantai beralaskan tikar. Meski penuh keterbatasan, namun mereka tetap menyimak materi pelajaran yang disampaikan guru masing-masing. Sesekali mereka membungkuk untuk mencatat karena tidak terdapat meja.
"Semoga banjirnya segera surut, sehingga kegiatan belajar mengajar bisa kembali ke sekolah. Kasihan anak-anak belajar dengan kondisi seperti ini. Beberapa siswa juga enggak berangkat, mungkin karena seragamnya basah atau malah tidak bisa melintasi genangan banjir," tukasnya.
Sekadar diketahui, banjir yang merendam Desa Sayung akibat luapan Sungai Dombo. Banjir yang terjadi lebih dari sepekan ini semakin parah, karena hujan deras masih sering mengguyur di daerah hulu.
Kepala SDN 1 Sayung, Ning Swarti mengatakan, proses belajar mengajar 262 anak didiknya disebar ke berbagai lokasi. Kegiatan belajar mengajar Kelas IV, V, dan VI, di Balai Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Demak. Sedangkan Kelas I, II, dan III dipindah ke rumah warga yang tak terendam banjir.
"Banjir semakin tinggi, karena masih sering hujan deras. Akibatnya, proses belajar mengajar dipindahkan ke balai desa. Kalau dilakukan di sekolah sangat berbahaya terutama bagi anak-anak. Apalagi banyak ruang kelas yang juga terendam," kata Ning.
Dengan mengenakan seragam Pramuka, ratusan pelajar itu duduk di lantai beralaskan tikar. Meski penuh keterbatasan, namun mereka tetap menyimak materi pelajaran yang disampaikan guru masing-masing. Sesekali mereka membungkuk untuk mencatat karena tidak terdapat meja.
"Semoga banjirnya segera surut, sehingga kegiatan belajar mengajar bisa kembali ke sekolah. Kasihan anak-anak belajar dengan kondisi seperti ini. Beberapa siswa juga enggak berangkat, mungkin karena seragamnya basah atau malah tidak bisa melintasi genangan banjir," tukasnya.
Sekadar diketahui, banjir yang merendam Desa Sayung akibat luapan Sungai Dombo. Banjir yang terjadi lebih dari sepekan ini semakin parah, karena hujan deras masih sering mengguyur di daerah hulu.
(wib)