Megawati Lepas Ratusan Kader BMI Napak Tilas Jejak Sang Proklamator
A
A
A
PANGKAL PINANG - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyemangati ratusan anak muda yang mengikuti acara Napak Tilas Sang Proklamator, untuk menghayati dan meresapi bagaimana berat dan berlikunya sebuah perjuangan.
Untuk menelusuri jejak Bung Karno dan Bung Hatta yang diasingkan oleh penjajah pada tahun 1949 lalu, dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah karena selain perjalanannya yang cukup jauh, medannya juga cukup sulit.
Demikian pesan Megawati saat melepas rombongan ratusan anak muda yang hendak mengikuti kegiatan Napak Tilas Jejak Sang Proklamator, di Pangkal Pinang, Bangka, Kamis (9/2/2017).
Kegiatan yang inisiasi Banteng Muda Indonesia (BMI) Bangka Belitung itu membawa ratusan anak muda menelusuri jejak rumah pengasingan Proklamator Soekarno-Hatta, dan sejumlah pemimpin bangsa lainnya pada tahun 1949. Perjalanan panjang akan dilakukan hingga ke sebuah rumah di Bukit Menumbing, Muntok.
"Nanti kalau naik ke Menumbing, jalannya sempit, kiri kanannya masih banyak belukar. Dulu Bung Karno dibuat terisolir, agar tidak bisa lari. Nanti adik-adik rasakan di sana, bagaimana rasanya dibuang dari keluarga. Adik-adik nanti coba, rasaakan. Semoga kuat. Nanti dari Muntok jalan kaki ke menumbing, ini berjuang juga," kata Megawati.
Megawati menjelaskan, banyak yang tidak paham bahwa setelah kemerdekaan diraih pada 18 Agustus 1945, penjajah Belanda masih berusaha merongrong.
Setelah merdeka di tahun 1945 dari kekuasaan Jepang, negara masih belum stabil. Kata Megawati, Belanda dengan menggunakan Sekutu, ingin masuk lagi ke Indonesia. Itu sebabnya Bung Karno dan Hatta ditangkap dan dibuang sehingga tak ada kepimpinan di Indonesia yang baru merdeka seumur jagung.
"Makanya nanti kalau jalan, jangan ingat pacar dulu. Jangan, 'oh iya saya belum twitter'. Tapi coba bayangkan betapa susah payahnya kita merdeka. Merdeka itu tak mudah," tegas Megawati.
Dia ingatkan juga, salah satu hal yang kerap menjajah anak muda di Indonesia adalah narkoba. Anak-anak muda Indonesia makin tenggelam dalam alam narkoba. "Masa depan apa yang mau dicari kalau seperti itu?," tanyanya.
Megawati berharap pengalaman menapaki jejak Proklamator RI itu bisa memberikan bulir-bulir refleksi kepada anak-anak muda di Provinsi Bangka Belitung. Sehingga bisa menghargai perjuangan para pendiri bangsa, dan berkomitmen baru untuk membangun negara dengan sepenuh hati. "Selamat berjuang," tegas Megawati.
Di dalam acara itu, hadir Gubernur Babel (nonaktif) Rustam Effendi yang merupakan calon Gubernur Babel dari PDI Perjuangan, Wasekjen PDI Perjuangan Eriko Sotarduga, dan Wakil Bendahara PDI Perjuangan Rudianto Tjen.
Rustam Effendi, dalam orasinya, menegaskan bahwa Bung Karno dan Hatta telah mengajarkan banyak hal soal spirit kebangsaan dan bernegara. Kerja kedua pendiri bangsa iti yang menancapkan pilar resmi nasionalisme Indonesia.
Dia meminta para anak muda menelusuri jejak kebangsaan para pendiri bangsa, agar bisa menjadi pembuat sejarah yang berkualitas setara.
"Mari bergurulah pada guru nasional terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Telusuri dan resapi jejak beliau supaya bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia," kata Rustam Effendi.
Ketua BMI Provinsi Bangka Belitung, Irham menjelaskan akan ada 1.000 lebih anak muda yang mengikuti ekspedisi itu. Mereka terdiri dari berbagai sekolah menengah, komunitas seniman, dan komunitas pemuda petani serta pemuda nelayan.
"Selama ini kami banyak sibuk dengan media sosial. Hari ini kami tunjukkan bahwa perjuangan tidak ketawa dan foya-foya, tapi perjuangan meneteskan darah dan air mata," tegasnya.
Untuk menelusuri jejak Bung Karno dan Bung Hatta yang diasingkan oleh penjajah pada tahun 1949 lalu, dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah karena selain perjalanannya yang cukup jauh, medannya juga cukup sulit.
Demikian pesan Megawati saat melepas rombongan ratusan anak muda yang hendak mengikuti kegiatan Napak Tilas Jejak Sang Proklamator, di Pangkal Pinang, Bangka, Kamis (9/2/2017).
Kegiatan yang inisiasi Banteng Muda Indonesia (BMI) Bangka Belitung itu membawa ratusan anak muda menelusuri jejak rumah pengasingan Proklamator Soekarno-Hatta, dan sejumlah pemimpin bangsa lainnya pada tahun 1949. Perjalanan panjang akan dilakukan hingga ke sebuah rumah di Bukit Menumbing, Muntok.
"Nanti kalau naik ke Menumbing, jalannya sempit, kiri kanannya masih banyak belukar. Dulu Bung Karno dibuat terisolir, agar tidak bisa lari. Nanti adik-adik rasakan di sana, bagaimana rasanya dibuang dari keluarga. Adik-adik nanti coba, rasaakan. Semoga kuat. Nanti dari Muntok jalan kaki ke menumbing, ini berjuang juga," kata Megawati.
Megawati menjelaskan, banyak yang tidak paham bahwa setelah kemerdekaan diraih pada 18 Agustus 1945, penjajah Belanda masih berusaha merongrong.
Setelah merdeka di tahun 1945 dari kekuasaan Jepang, negara masih belum stabil. Kata Megawati, Belanda dengan menggunakan Sekutu, ingin masuk lagi ke Indonesia. Itu sebabnya Bung Karno dan Hatta ditangkap dan dibuang sehingga tak ada kepimpinan di Indonesia yang baru merdeka seumur jagung.
"Makanya nanti kalau jalan, jangan ingat pacar dulu. Jangan, 'oh iya saya belum twitter'. Tapi coba bayangkan betapa susah payahnya kita merdeka. Merdeka itu tak mudah," tegas Megawati.
Dia ingatkan juga, salah satu hal yang kerap menjajah anak muda di Indonesia adalah narkoba. Anak-anak muda Indonesia makin tenggelam dalam alam narkoba. "Masa depan apa yang mau dicari kalau seperti itu?," tanyanya.
Megawati berharap pengalaman menapaki jejak Proklamator RI itu bisa memberikan bulir-bulir refleksi kepada anak-anak muda di Provinsi Bangka Belitung. Sehingga bisa menghargai perjuangan para pendiri bangsa, dan berkomitmen baru untuk membangun negara dengan sepenuh hati. "Selamat berjuang," tegas Megawati.
Di dalam acara itu, hadir Gubernur Babel (nonaktif) Rustam Effendi yang merupakan calon Gubernur Babel dari PDI Perjuangan, Wasekjen PDI Perjuangan Eriko Sotarduga, dan Wakil Bendahara PDI Perjuangan Rudianto Tjen.
Rustam Effendi, dalam orasinya, menegaskan bahwa Bung Karno dan Hatta telah mengajarkan banyak hal soal spirit kebangsaan dan bernegara. Kerja kedua pendiri bangsa iti yang menancapkan pilar resmi nasionalisme Indonesia.
Dia meminta para anak muda menelusuri jejak kebangsaan para pendiri bangsa, agar bisa menjadi pembuat sejarah yang berkualitas setara.
"Mari bergurulah pada guru nasional terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Telusuri dan resapi jejak beliau supaya bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia," kata Rustam Effendi.
Ketua BMI Provinsi Bangka Belitung, Irham menjelaskan akan ada 1.000 lebih anak muda yang mengikuti ekspedisi itu. Mereka terdiri dari berbagai sekolah menengah, komunitas seniman, dan komunitas pemuda petani serta pemuda nelayan.
"Selama ini kami banyak sibuk dengan media sosial. Hari ini kami tunjukkan bahwa perjuangan tidak ketawa dan foya-foya, tapi perjuangan meneteskan darah dan air mata," tegasnya.
(sms)