Mayoritas Panitia Diksar Mapala UII Lakukan Kekerasan

Rabu, 01 Februari 2017 - 13:11 WIB
Mayoritas Panitia Diksar Mapala UII Lakukan Kekerasan
Mayoritas Panitia Diksar Mapala UII Lakukan Kekerasan
A A A
YOGYAKARTA - Tindakan kekerasan yang diterjadi dalam Diksar Mapala UII jamak dilakukan oleh panitia. Sebagian besar peserta mengalami tindakkan kekerasan, baik verbal maupun kekerasan fisik.

"Banyak yang melakukan kekerasan, mungkin separo dari panitia melakukan kekerasan," kata Daniel, salah satu peserta dari 37 mahasiswa yang mengikuti Diksar Mapala Unisi Yogyakarta dikonfirmasi melalui telpon selulernya, Rabu (1/2/2017).

Dia mengaku juga mendapat perlakukan kekerasan yang dilakukan panitia. Namun, menurutnya frekuensi pemukulan yang dialami tidak sesering peserta lain.

"Kalau yang aku alami memang pernah dipukul, tapi engak seperti peserta lain sampai keras," katanya.

Dia menyampaikan ada satu panitia perempuan, sementara panitia lain merupakan laki-laki. Begitu juga peserta, ada yang perempuan dan laki-laki. Daniel tidak melihat peserta perempuan dipukul oleh panitia laki-laki.

"Kalau penitia cowok memukul cewek saya belum pernah lihat, tapi ada panitia cewek memukul peserta cewek," katanya.

Daniel mengaku pemukulan itu tidak hanya saat melakukan kesalahan, tapi saat-saat tertentu juga dilakukan pemukulan yang sebagian besar mengenakan ranting kayu. "Lupa berapa kali mendapat pukulan," katanya.

Ada beberapa peserta sempat ingin mundur dari kegiatan tersebut. Namun tidak diperbolehkan panitia, alasannya saat pergi 37 orang kembali harusnya 37 orang. "Ya ada yang ingin mundur, tapi aku enggak. Masih kuat ngikuti kegiatan," katanya.

Dia juga menyampaikan kondisi cuaca yang kurang bersahabat saat kegiatan di lereng Gunung Lawu tersebut. "Ya memang waktu itu cuaca sangat tidak baik, hujan badai setiap hari," katanya.

Selama seminggu di lereng Gunung Lawu (14-20 Januari), jarang sekali mendapat sinar matahari langsung. Dalam sehari, hanya sekitar dua hingga tiga jam ada sinar matahari.

"Itu pun tidak terasa panas karena kondisi di sana ada kabut dan dingin," katanya.

Daniel mengaku sudah menjadi hal yang biasa disuruh panitia push up dan jalan jongkok. Begitu juga merayap disemak-semak saat pelatihan. Namun, dia mengaku bisa melewati dengan baik.

Kegiatan itu mestinya digelar selama dua pekan, mulai 14-27 Januari 2017. Namun, karena ada satu peserta yang meninggal, kegiatan itu dihentikan saat itu juga. Semua panitia dan peserta kembali ke Yogyakarta.

Sehari berikutnya, ada satu peserta lagi yang meninggal saat menjalani perawatan medis di RS Bethesta.

Masih hari itu juga, satu lagi yang meninggal pada malam harinya. Sehingga ada tiga korban yang meninggal usai mengikuti Diksar.

"Saya juga menjalani rawat inap di RS JIH kemarin. Kata dokter kondisi badan lemah, daya tahan tubuh kurang fit. Memang saat itu capek banget," katanya.

Tim medis juga sempat melakukan cek-up tubuhnya. Ada semacam virus yang berada dipencernakannya. "Karena salah makan, saat disana itu hanya makan pakis. Ada juga makan daging dan lain, cuma kebanyakan makan pakis," katanya.

Dia mengaku tidak mengenal beberapa panitia, karena masih baru. Meski demikian, sebagian besar dari panitia itu melakukan tindakan kekerasan seperti pemukulan. Pihak kepolisian sudah menetapkan dua panitia sebagai tersangka atas kematian tiga mahasiswa.

"Mungkin dua panitia itu yang paling banyak melakukan kekerasan, tapi saya tidak tahu juga karena ini dalam proses di kepolisian," katanya.

Saat ditanya adakah ancaman pascakejadian, Daniel tidak melihatnya. "Saya kira enggak ada ancaman dari senior dan dari mana pun," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7164 seconds (0.1#10.140)