Menghidupkan Kembali Kejayaan Pabrik Gula Colomadu melalui Karya Seni
A
A
A
KARANGANYAR - Badan Ekonomi Kreatif bersama dengan para seniman yang ada di Solo dan sekitarnya berencana membangkitkan kembali roh kejayaan Pabrik Gula Colomadu melalui sebuah karya seni pertunjukan. Pabrik gula yang berdiri pada tahun 1861 tersebut sempat hilang pamornya karena berhenti beroperasi sejak beberapa tahun lalu.
Kondisi bangunan yang mangkrak disertai peralatan-peralatan kuno yang ada di pabrik gula itu memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk mendukung sebuah karya seni pertunjukan. Potensi tersebut selama ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Hal ini terbukti dari minimnya pergelaran seni yang dilakukan di pabrik yang berada di perbatasan Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali itu.
Pergelaran seni dalam skala besar tercatat baru dua kali dilakukan yakni tahun lalu dengan tema Fabriek Fikr 1 dan pada November ini dengan tema Fabriek Fikr 2. Di luar acara itu, pabrik lebih banyak terkunci rapat dan tidak bisa dimasuki oleh para pengunjung secara bebas bahkan oleh masyarakat di sekitar pabrik gula itu sendiri.
Akibatnya, keindahan serta sejarah yang ada di dalam pabrik gula tersebut susah untuk dinikmati masyarakat saat ini. Berdasar berbagai alasan itulah para seniman dan Badan Ekonomi Kreatif bakal lebih sering menggelar seni pertunjukan di kompleks pabrik tersebut.
Melalui sebuah seni, roh kejayaan pabrik bisa dikembalikan. Selain itu, kesan angker dan cerita-cerita lama terkait pabrik tersebut bisa dihapuskan oleh seni yang dipertontonkan.
Seniman kondang asal Solo, Sardono W Kusumo, mengatakan semakin banyak seni pertunjukan digelar di tempat tersebut akan semakin bagus. Menurutnya, potensi yang ada saat ini akan menjadikan tempat tersebut sebagai ekosistem sebuah seni yang di dalamnya ada seniman, penonton, media yang dipertontonkan, serta ada calon pelanggan yang datang untuk melihat seni pertunjukan yang ditampilkan.
Potensi terbentuknya ekosistem sudah mulai terlihat sejak gelaran Fabriek Fikr 2. Menurutnya, banyak sekali warga yang datang untuk melihat potensi yang ada. Mulai dari melihat lanskap bangunan, hingga melihat setiap seni pertunjukan yang ditampilkan. Bahkan yang lebih menarik adalah banyaknya warga yang datang untuk bernostalgia karena dahulu pernah menjadi bagian dari Pabrik Gula Colomadu.
"Ini hal yang luar biasa, banyak warga yang datang untuk melihat kondisi pabrik, melihat peralatan dan sebagainya. Jika disandingkan dengan sebuah pertunjukan maka akan lebih ramai lagi," ucapnya kepada KORAN SINDO, Minggu (20/11/2016).
Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari mengatakan bakal mencanangkan program pertunjukan seni berkelanjutan di pabrik gula tersebut. Menurutnya, pabrik yang sangat bersejarah itu bakal direvitalisasi agar lebih menarik saat digunakan untuk menampilkan sebuah seni pertunjukan.
Namun, revitalisasi tidak akan mengubah bangunan menjadi lebih modern atau berganti gaya akan tetapi dibuat lebih layak dan lebih aman dibandingkan saat ini. "Kami harapkan gelaran seni di lokasi ini menjadi sebuah event berkelanjutan," ujarnya.
Kondisi bangunan yang mangkrak disertai peralatan-peralatan kuno yang ada di pabrik gula itu memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk mendukung sebuah karya seni pertunjukan. Potensi tersebut selama ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Hal ini terbukti dari minimnya pergelaran seni yang dilakukan di pabrik yang berada di perbatasan Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali itu.
Pergelaran seni dalam skala besar tercatat baru dua kali dilakukan yakni tahun lalu dengan tema Fabriek Fikr 1 dan pada November ini dengan tema Fabriek Fikr 2. Di luar acara itu, pabrik lebih banyak terkunci rapat dan tidak bisa dimasuki oleh para pengunjung secara bebas bahkan oleh masyarakat di sekitar pabrik gula itu sendiri.
Akibatnya, keindahan serta sejarah yang ada di dalam pabrik gula tersebut susah untuk dinikmati masyarakat saat ini. Berdasar berbagai alasan itulah para seniman dan Badan Ekonomi Kreatif bakal lebih sering menggelar seni pertunjukan di kompleks pabrik tersebut.
Melalui sebuah seni, roh kejayaan pabrik bisa dikembalikan. Selain itu, kesan angker dan cerita-cerita lama terkait pabrik tersebut bisa dihapuskan oleh seni yang dipertontonkan.
Seniman kondang asal Solo, Sardono W Kusumo, mengatakan semakin banyak seni pertunjukan digelar di tempat tersebut akan semakin bagus. Menurutnya, potensi yang ada saat ini akan menjadikan tempat tersebut sebagai ekosistem sebuah seni yang di dalamnya ada seniman, penonton, media yang dipertontonkan, serta ada calon pelanggan yang datang untuk melihat seni pertunjukan yang ditampilkan.
Potensi terbentuknya ekosistem sudah mulai terlihat sejak gelaran Fabriek Fikr 2. Menurutnya, banyak sekali warga yang datang untuk melihat potensi yang ada. Mulai dari melihat lanskap bangunan, hingga melihat setiap seni pertunjukan yang ditampilkan. Bahkan yang lebih menarik adalah banyaknya warga yang datang untuk bernostalgia karena dahulu pernah menjadi bagian dari Pabrik Gula Colomadu.
"Ini hal yang luar biasa, banyak warga yang datang untuk melihat kondisi pabrik, melihat peralatan dan sebagainya. Jika disandingkan dengan sebuah pertunjukan maka akan lebih ramai lagi," ucapnya kepada KORAN SINDO, Minggu (20/11/2016).
Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari mengatakan bakal mencanangkan program pertunjukan seni berkelanjutan di pabrik gula tersebut. Menurutnya, pabrik yang sangat bersejarah itu bakal direvitalisasi agar lebih menarik saat digunakan untuk menampilkan sebuah seni pertunjukan.
Namun, revitalisasi tidak akan mengubah bangunan menjadi lebih modern atau berganti gaya akan tetapi dibuat lebih layak dan lebih aman dibandingkan saat ini. "Kami harapkan gelaran seni di lokasi ini menjadi sebuah event berkelanjutan," ujarnya.
(zik)