Warga Tegal Ini Diduga Jadi Korban Dimas Kanjeng
A
A
A
TEGAL - Seorang warga Kabupaten Tegal, Karnoto (47), diduga ikut menjadi korban penipuan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Warga Desa Pedeslohor, Kecamatan Adiwerna itu diduga sudah menyetor uang puluhan juta ke padepokan Dimas Kanjeng.
Kapolsek Adiwerna AKP Toto Sayogo mengatakan, pihaknya sudah melakukan penyelidikan terkait keikutsertaan Karnoto di padepokan yang dipimpin Dimas Kanjeng.
"Kami sifatnya hanya mengumpulkan informasi dari saksi-saksi. Memang yang bersangkutan diduga menjadi korban Dimas Kanjeng," kata Toto, Sabtu (8/10/2016).
Dari keterangan sejumlah teman dan tetangganya, Karnoto yang sehari-hari berjualan nasi goreng di Bekasi menjadi pengikut padepokan Dimas Kanjeng setelah diajak pamannya yang tinggal di Bekasi.
Setelah bergabung, Karnoto pernah dua kali datang ke padepokan Dimas Kanjeng dengan membawa uang total Rp30 juta, masing-masing Rp 20 juta dan Rp 10 juta.
Uang yang diduga sudah disetorkan ke Dimas Kanjeng tersebut disinyalir merupakan hasil menjual gerobak nasi goreng yang biasa digunakan Karnoto untuk berjualan di Bekasi. "Informasinya sekarang dia bangkrut," ujar Toto.
Toto menegaskan informasi tersebut baru berasal dari sejumlah teman dan tetangga Karnoto yang mengetahui jika Karnoto ikut menjadi pengikut Dimas Kanjeng.
"Kami belum menyentuh (memeriksa) dia karena kan TKP-nya bukan di sini dan tidak ada laporan. Kalau pun mau lapor juga ke sana (Jawa Timur)," tandasnya.
Meski demikian, Toto mempersilahkan jika Karnoto atau warga lain yang berniat membuat aduan terkait padepokan Dimas Kanjeng ke Polsek Adiwerna. "Kalau ada aduan, sebagai polisi kita akan terima," ujarnya.
Sementara itu, Karnoto saat ditemui di rumahnya di RT 13 RW 03 Desa Pedeslohor mengakui jika dirinya merupakan pengikut Dimas Kanjeng. Namun dia membantah sudah menyetor uang puluhan juta ke Dimas Kanjeng.
"Ya pengikut iya, tapi saya tidak merasa dirugikan. Uang dari mana? Cuma bayar semacam pendaftaran saja. Itu atas dasar kerelaan kita. Untuk pembangunan padepokan," ungkapnya tanpa menyebut berapa uang yang diberikan kemarin.
Karnoto mengaku sudah satu tahun menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Ayah dua anak ini tertarik datang ke padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur setelah mendapat informasi dari internet.
"Motivasi saya amaliah. Tidak ada motivasi harta. Kalau seperti yang disebut di berita ada yang menyetor uang itu sampai miliaran saya kurang tahu. Mungkin saja itu sebagai ganti mahar, jadi dia dapat apa, semacam souvenir," ujarnya.
Meski membantah menyetor uang, Karnoto percaya jika Dimas Kanjeng bisa menggandakan uang. Dia mengaku pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Dimas Kanjeng memunculkan uang dari tubuhnya secara gaib. "Saya yakin Yang Mulia (Dimas Kanjeng) bisa menggandakan uang," ucapnya.
Saat ditemui, Karnoto baru sekitar satu pekan berada di rumah setelah pulang dari padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo.
Sebelum pulang ke rumahnya, Karnoto sudah sekitar satu bulan berada di padepokan. Saat ribuan polisi menggerebek padepokan dan menangkap Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Karnoto saat itu juga ikut menyaksikan bersama ribuan pengikut Dimas Kanjeng lainnya.
"Dengan adanya berita seperti itu keluarga jadi resah. Akhirnya saya pulang. Padahal di situ tidak ada apa-apa. Menurut saya tidak ada yang melanggar syariat. Tidak ada yang sesat di sana. Kegiatannya salah satunya istighosah," kata dia.
Karnoto masih berniat untuk kembali ke padepokan Dimas Kanjeng. Dia tak percaya jika Dimas Kanjeng Taat Pribadi terlibat pembunuhan seperti disangkakan polisi. "Kalau sudah ada keputusan hukum bisa saja ke sana lagi," pungkasnya.
Kapolsek Adiwerna AKP Toto Sayogo mengatakan, pihaknya sudah melakukan penyelidikan terkait keikutsertaan Karnoto di padepokan yang dipimpin Dimas Kanjeng.
"Kami sifatnya hanya mengumpulkan informasi dari saksi-saksi. Memang yang bersangkutan diduga menjadi korban Dimas Kanjeng," kata Toto, Sabtu (8/10/2016).
Dari keterangan sejumlah teman dan tetangganya, Karnoto yang sehari-hari berjualan nasi goreng di Bekasi menjadi pengikut padepokan Dimas Kanjeng setelah diajak pamannya yang tinggal di Bekasi.
Setelah bergabung, Karnoto pernah dua kali datang ke padepokan Dimas Kanjeng dengan membawa uang total Rp30 juta, masing-masing Rp 20 juta dan Rp 10 juta.
Uang yang diduga sudah disetorkan ke Dimas Kanjeng tersebut disinyalir merupakan hasil menjual gerobak nasi goreng yang biasa digunakan Karnoto untuk berjualan di Bekasi. "Informasinya sekarang dia bangkrut," ujar Toto.
Toto menegaskan informasi tersebut baru berasal dari sejumlah teman dan tetangga Karnoto yang mengetahui jika Karnoto ikut menjadi pengikut Dimas Kanjeng.
"Kami belum menyentuh (memeriksa) dia karena kan TKP-nya bukan di sini dan tidak ada laporan. Kalau pun mau lapor juga ke sana (Jawa Timur)," tandasnya.
Meski demikian, Toto mempersilahkan jika Karnoto atau warga lain yang berniat membuat aduan terkait padepokan Dimas Kanjeng ke Polsek Adiwerna. "Kalau ada aduan, sebagai polisi kita akan terima," ujarnya.
Sementara itu, Karnoto saat ditemui di rumahnya di RT 13 RW 03 Desa Pedeslohor mengakui jika dirinya merupakan pengikut Dimas Kanjeng. Namun dia membantah sudah menyetor uang puluhan juta ke Dimas Kanjeng.
"Ya pengikut iya, tapi saya tidak merasa dirugikan. Uang dari mana? Cuma bayar semacam pendaftaran saja. Itu atas dasar kerelaan kita. Untuk pembangunan padepokan," ungkapnya tanpa menyebut berapa uang yang diberikan kemarin.
Karnoto mengaku sudah satu tahun menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Ayah dua anak ini tertarik datang ke padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur setelah mendapat informasi dari internet.
"Motivasi saya amaliah. Tidak ada motivasi harta. Kalau seperti yang disebut di berita ada yang menyetor uang itu sampai miliaran saya kurang tahu. Mungkin saja itu sebagai ganti mahar, jadi dia dapat apa, semacam souvenir," ujarnya.
Meski membantah menyetor uang, Karnoto percaya jika Dimas Kanjeng bisa menggandakan uang. Dia mengaku pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Dimas Kanjeng memunculkan uang dari tubuhnya secara gaib. "Saya yakin Yang Mulia (Dimas Kanjeng) bisa menggandakan uang," ucapnya.
Saat ditemui, Karnoto baru sekitar satu pekan berada di rumah setelah pulang dari padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo.
Sebelum pulang ke rumahnya, Karnoto sudah sekitar satu bulan berada di padepokan. Saat ribuan polisi menggerebek padepokan dan menangkap Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Karnoto saat itu juga ikut menyaksikan bersama ribuan pengikut Dimas Kanjeng lainnya.
"Dengan adanya berita seperti itu keluarga jadi resah. Akhirnya saya pulang. Padahal di situ tidak ada apa-apa. Menurut saya tidak ada yang melanggar syariat. Tidak ada yang sesat di sana. Kegiatannya salah satunya istighosah," kata dia.
Karnoto masih berniat untuk kembali ke padepokan Dimas Kanjeng. Dia tak percaya jika Dimas Kanjeng Taat Pribadi terlibat pembunuhan seperti disangkakan polisi. "Kalau sudah ada keputusan hukum bisa saja ke sana lagi," pungkasnya.
(nag)