Bulan Depan, Curah Hujan di Lereng Merapi Meningkat
A
A
A
YOGYAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan awal musim hujan diprediksi maju dari normal, yakni akhir September ini. Hal ini berlaku di wilayah Sleman, Kulon Progo, Kota Yogyakarta, dan Bantul bagian utara.
Sementara, untuk Bantul bagian selatan dan Gunungkidul, masuknya musim hujan pada awal bulan Oktober dengan sifat hujan normal atas normal.
Kepala Pos Klimatologi Yogyakarta Djoko Budiyono menyampaikan, berdasarkan pengamatan gejala fisik dan dinamika atmosfer, terdapat lima hal yang perlu didiketahui masyarakat, khususnya untuk mengetahui informasi cuaca dan iklim di DIY.
Kelima hal itu mulai dari meningkatnya suhu permukaan laut selatan Jawa 27°C - 30°C dan pengaruh DMI (Dipole Mode) negatif berupa kenaikan temperatur permukaan laut di sebelah barat sumatera.
Kemudian, terdapat La Nina lemah, melemahnya angin timuran dan menguatnya angin baratan, serta posisi gerak semu matahari di bulan Oktober berada di atas Pulau Jawa (selatan ekuator).
"Lima faktor itu mengakibatkan meningkatnya pembentukan awan hujan di DI Yogyakarta dari 27 September hingga 4 Oktober," katanya, Kamis (29/9/2016).
Pada Bulan Oktober nanti, kata Djoko, terdapat potensi curah hujan tinggi, yakni 300 mm/bulan. Curah hujan cukup tinggi itu berada di wilayah Sleman dan Kulon Progo bagian utara. Lokasi itu berada di sekitar lereng Gunung Merapi.
Saat ini, kata dia, merupakan masa pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Terdapat peningkatan potensi cuaca ekstrem, yakni hujan deras dengan curah hujan di atas 50 mm/hari.
"Petir dan angin kencang dengan kecepatan angin di atas 45 km/jam. Untuk suhu maksimum di siang hari 26°C dan kelembaban udara yang tinggi."
Pihaknya meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan, serta langkah antisipasi untuk menghadapi perubahan musim ini. Sebab, cuaca ekstrem selama beberapa hari ini berpotensi menjadi penyebab bencana banjir, longsor, pohon tumbang, dan sambaran petir.
"Waspadai juga gelombang tinggi laut 2,5-4 meter yang berpeluang terjadi di perairan selatan Yogyakarta dan Samudera Hindia selatan Yogyakarta," katanya.
Sementara, untuk Bantul bagian selatan dan Gunungkidul, masuknya musim hujan pada awal bulan Oktober dengan sifat hujan normal atas normal.
Kepala Pos Klimatologi Yogyakarta Djoko Budiyono menyampaikan, berdasarkan pengamatan gejala fisik dan dinamika atmosfer, terdapat lima hal yang perlu didiketahui masyarakat, khususnya untuk mengetahui informasi cuaca dan iklim di DIY.
Kelima hal itu mulai dari meningkatnya suhu permukaan laut selatan Jawa 27°C - 30°C dan pengaruh DMI (Dipole Mode) negatif berupa kenaikan temperatur permukaan laut di sebelah barat sumatera.
Kemudian, terdapat La Nina lemah, melemahnya angin timuran dan menguatnya angin baratan, serta posisi gerak semu matahari di bulan Oktober berada di atas Pulau Jawa (selatan ekuator).
"Lima faktor itu mengakibatkan meningkatnya pembentukan awan hujan di DI Yogyakarta dari 27 September hingga 4 Oktober," katanya, Kamis (29/9/2016).
Pada Bulan Oktober nanti, kata Djoko, terdapat potensi curah hujan tinggi, yakni 300 mm/bulan. Curah hujan cukup tinggi itu berada di wilayah Sleman dan Kulon Progo bagian utara. Lokasi itu berada di sekitar lereng Gunung Merapi.
Saat ini, kata dia, merupakan masa pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Terdapat peningkatan potensi cuaca ekstrem, yakni hujan deras dengan curah hujan di atas 50 mm/hari.
"Petir dan angin kencang dengan kecepatan angin di atas 45 km/jam. Untuk suhu maksimum di siang hari 26°C dan kelembaban udara yang tinggi."
Pihaknya meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan, serta langkah antisipasi untuk menghadapi perubahan musim ini. Sebab, cuaca ekstrem selama beberapa hari ini berpotensi menjadi penyebab bencana banjir, longsor, pohon tumbang, dan sambaran petir.
"Waspadai juga gelombang tinggi laut 2,5-4 meter yang berpeluang terjadi di perairan selatan Yogyakarta dan Samudera Hindia selatan Yogyakarta," katanya.
(zik)