Jurnalis Mandiri Itu Telah Menghadap Ilahi
A
A
A
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Setiap makhluk di dunia pasti akan menemui maut. Begitu pun dengan sahabat kami, Jelia Amelida Sirait. Wartawan senior KORAN SINDO MEDAN pada hari terakhirnya berada di dunia ini, Kamis 25 Agustus 2016, Jelia tetap menunjukkan dedikasi, tanggung jawab, dan totalitas yang tinggi, dalam pekerjaannya.
Seusai liputan di Bank Indonesia (BI) Cabang Sumatera Utara (Sumut), ibu dua anak ini dihubungi Kepala Redaksi KORAN SINDO MEDAN M Rinaldi Khair untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tax amnesty di Kantor Biro KORAN SINDO MEDAN. Meski terlihat tubuhnya lemas dan wajah pucat, Ame— demikian sapaan akrabnya— masih tampak semangat mengikuti kegiatan itu.
Jelia bahkan masih sempat menuliskan tiga naskah berita yang berjudul ”BPR Jalin Kerja Sama PemanfaatanATM, Kegiatan Perdagangan Internasional Diminta Pakai Non USD, dan KPP Pratama Sosialisasi Tax Amnesty ke KORAN SINDO”. Kepala Redaksi KORANSINDO MEDAN, M Rinaldi Khair, sempat menanyakan kondisi kesehatan Jelia Amelida karena memang tidak dalam kondisi fit.
Namun, Jelia Amelida mengatakan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja. ”Enggak apa-apa kok. Masih bisa. Sedikit lagi selesai (pekerjaannya),” ujar Rinaldi menirukan ucapan Jelia kepadanya. Jelia pun kemudian terlihat mengambil inhaler (alat bantu pernapasan bagi pengidap asma) dan menghirup alat yang dia selalu bawa sehari-hari.
Seusai menyelesaikan naskah berita, Jelia minta diantarkan dengan mobil kantor untuk pulang ke rumahnya di kawasan Padang Bulan Medan. Namun sayang, tidak ada seorang pun yang biasa mengemudikan. Kemudian salah seorang rekan kerja dimintanya memesan layanan taksi online Go-Car dan menjemputnya dari kantor selanjutnya mengantarkannya ke rumah.”Akhirnya dalam keadaan lemas, dia pulang naik Go-Car,” ujar Rinaldi bercerita.
Namun tak ada yang mengira, sekitar pukul 20.00 WIB, rekan-rekan Jelia di kantor mendapat berita duka dari keluarga almarhumah. Jelia Amelida wafat di Rumah Sakit (RS) Methodist, Medan. Selama ini Jelia Amelida dikenal sebagai wartawan di desk ekonomi. Bagi rekan-rekan Jelia di kantor maupun saat dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan ramah. Setelah menikah dia memilih mengenakan hijab.
Dia dikenal sebagai perempuan yang mandiri. Jelia memang anak tertua dan mempunyai dua adik perempuan. Selama ini Jelia juga berperan sebagai sosok pengganti ibundanya yang telah meninggal dunia sejak mereka kecil. Ucapan belasungkawa dari rekan seprofesi, teman sekolah, dan orang-orang yang mengenalnya mengalir pada dinding akun Facebook milik Jelia.
Ada yang mengucapkan belasungkawa, ada juga mengungkapkan keterkejutan mengingat Jelia baru berulang tahun ke-33 pada 17 Juli lalu. Jelia meninggalkan dua anak laki-laki yang masih balita dan suami bernama Budi. Jelia merupakan alumni SMP Negeri 4 Mandau Riau 1999, alumni SMAN 3 Medan 2002, dan Jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) 2006.
Jelia meniti karier di KORAN SINDO MEDAN sejak 2006. Di koran inilah menjadi satu-satunya tempat dia meniti karier sebagai jurnalis seusai menyelesaikan pendidikan strata satu (S1). Jelia sudah mendedikasikan dirinya di koran sejak media ini terbit di Medan 10 tahun lalu hingga akhir hayatnya.
Dalam akun Facebook miliknya, Ame sempat menorehkan kutipan favorit yang seolah menggambarkan kepasrahannya kepada sang khalik. Dituliskannya ”Allah SWT memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.”
Asisten Redaktur KORAN SINDO MEDAN, Rusman Siregar bertutur, almarhumah ini adalah sosok perempuan yang baik dan pekerja keras. Sebagai teman seangkatan ketika bertugas di Medan, kata Rusman, dia sangat disiplin dan produktif.
Selama menjalani tugas jurnalistiknya, almarhumah juga tidak pernah bermasalah, tidak pernah mengeluh, sangat familier dengan siapa saja. Jika dihadapkan dengan urusan sosial masyarakat, almarhumah sangat peduli dan suka membantu. Jelia juga dikenal sebagai seorang perempuan berhijab yang rajin berdoa. ”Orang baik Insya Allah akan wafat dalam keadaan baik. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya untuk almarhum,” ujar Rusman Siregar, tadi malam.
Seusai liputan di Bank Indonesia (BI) Cabang Sumatera Utara (Sumut), ibu dua anak ini dihubungi Kepala Redaksi KORAN SINDO MEDAN M Rinaldi Khair untuk mengikuti kegiatan sosialisasi tax amnesty di Kantor Biro KORAN SINDO MEDAN. Meski terlihat tubuhnya lemas dan wajah pucat, Ame— demikian sapaan akrabnya— masih tampak semangat mengikuti kegiatan itu.
Jelia bahkan masih sempat menuliskan tiga naskah berita yang berjudul ”BPR Jalin Kerja Sama PemanfaatanATM, Kegiatan Perdagangan Internasional Diminta Pakai Non USD, dan KPP Pratama Sosialisasi Tax Amnesty ke KORAN SINDO”. Kepala Redaksi KORANSINDO MEDAN, M Rinaldi Khair, sempat menanyakan kondisi kesehatan Jelia Amelida karena memang tidak dalam kondisi fit.
Namun, Jelia Amelida mengatakan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja. ”Enggak apa-apa kok. Masih bisa. Sedikit lagi selesai (pekerjaannya),” ujar Rinaldi menirukan ucapan Jelia kepadanya. Jelia pun kemudian terlihat mengambil inhaler (alat bantu pernapasan bagi pengidap asma) dan menghirup alat yang dia selalu bawa sehari-hari.
Seusai menyelesaikan naskah berita, Jelia minta diantarkan dengan mobil kantor untuk pulang ke rumahnya di kawasan Padang Bulan Medan. Namun sayang, tidak ada seorang pun yang biasa mengemudikan. Kemudian salah seorang rekan kerja dimintanya memesan layanan taksi online Go-Car dan menjemputnya dari kantor selanjutnya mengantarkannya ke rumah.”Akhirnya dalam keadaan lemas, dia pulang naik Go-Car,” ujar Rinaldi bercerita.
Namun tak ada yang mengira, sekitar pukul 20.00 WIB, rekan-rekan Jelia di kantor mendapat berita duka dari keluarga almarhumah. Jelia Amelida wafat di Rumah Sakit (RS) Methodist, Medan. Selama ini Jelia Amelida dikenal sebagai wartawan di desk ekonomi. Bagi rekan-rekan Jelia di kantor maupun saat dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul dan ramah. Setelah menikah dia memilih mengenakan hijab.
Dia dikenal sebagai perempuan yang mandiri. Jelia memang anak tertua dan mempunyai dua adik perempuan. Selama ini Jelia juga berperan sebagai sosok pengganti ibundanya yang telah meninggal dunia sejak mereka kecil. Ucapan belasungkawa dari rekan seprofesi, teman sekolah, dan orang-orang yang mengenalnya mengalir pada dinding akun Facebook milik Jelia.
Ada yang mengucapkan belasungkawa, ada juga mengungkapkan keterkejutan mengingat Jelia baru berulang tahun ke-33 pada 17 Juli lalu. Jelia meninggalkan dua anak laki-laki yang masih balita dan suami bernama Budi. Jelia merupakan alumni SMP Negeri 4 Mandau Riau 1999, alumni SMAN 3 Medan 2002, dan Jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) 2006.
Jelia meniti karier di KORAN SINDO MEDAN sejak 2006. Di koran inilah menjadi satu-satunya tempat dia meniti karier sebagai jurnalis seusai menyelesaikan pendidikan strata satu (S1). Jelia sudah mendedikasikan dirinya di koran sejak media ini terbit di Medan 10 tahun lalu hingga akhir hayatnya.
Dalam akun Facebook miliknya, Ame sempat menorehkan kutipan favorit yang seolah menggambarkan kepasrahannya kepada sang khalik. Dituliskannya ”Allah SWT memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.”
Asisten Redaktur KORAN SINDO MEDAN, Rusman Siregar bertutur, almarhumah ini adalah sosok perempuan yang baik dan pekerja keras. Sebagai teman seangkatan ketika bertugas di Medan, kata Rusman, dia sangat disiplin dan produktif.
Selama menjalani tugas jurnalistiknya, almarhumah juga tidak pernah bermasalah, tidak pernah mengeluh, sangat familier dengan siapa saja. Jika dihadapkan dengan urusan sosial masyarakat, almarhumah sangat peduli dan suka membantu. Jelia juga dikenal sebagai seorang perempuan berhijab yang rajin berdoa. ”Orang baik Insya Allah akan wafat dalam keadaan baik. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya untuk almarhum,” ujar Rusman Siregar, tadi malam.
(poe)