Sistem Tanam Pindah Tingkatkan Produksi Pertanian di Bone

Jum'at, 26 Agustus 2016 - 07:37 WIB
Sistem Tanam Pindah...
Sistem Tanam Pindah Tingkatkan Produksi Pertanian di Bone
A A A
BONE - Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Sulawesi Selatan. Hampir 80% penduduknya, petani dan luas areal tanam 110.760 hektare (ha).

Di bawah kepemimpinan Andi Fahsar M Padjalangi, Kabupaten Bone melakukan inovasi dengan mengubah pola pikir petani dari hambur langsung ke tanam pindah. Hasilnya pertanian meningkat signifikan.

Pada 2015 lalu, produksi padi di Kabupaten Bone mencapai 983.000 ton, dengan produktivitas hingga 5,8 ton per hektare. Tahun ini ditargetkan hasilnya 10 ton per hektare.

Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian juga dilakukan dengan pencetakan sawah baru di Bone. Caranya dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur. Hal tersebut menjadi modal penting dalam menggenjot produksi pangan.

Fahsar mengatakan, tanpa perluasan sawah baru maka upaya peningkatan produksi pangan yang bertumpu pada inovasi teknologi atau peningkatan produktivitas ke depan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyat. ”Bila hanya bertumpu pada peningkatan produktivitas, pada titik tertentu, produksi pangan bakal tak mampu memenuhi permintaan terhadap pangan yang terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk,” katanya.

Program percetakan sawah baru terkoordinasi dengan baik. Sawah baru tersebut dipusatkan di 17 kecamatan dari 27 kecamatan di Bone. Targetnya percetakan sawah baru bisa langsung digunakan dan siap tanam.

Sistem Tanam Pindah Tingkatkan Produksi Pertanian di Bone


Menurut Fahsar, peningkatan hasil pertanian di Bone harus dibarengi dengan penerapan teknologi dan optimalisasi pengelolaan lahan pertanian dengan basis teknologi modern. Hal tersebut menjadi kunci sukses dalam pemenuhan kebutuhan pangan tersebut.

Untuk dapat mencapai hasil yang optimal, penggunaan berbagai peralatan modern telah diterapkan. Di antaranya pemerintah telah menyalurkan 12.000 alat bantu pertanian (alsintan) berupa traktor tangan kepada kelompok tani yang ada di Bone, selama 2,5 tahun terakhir. Traktor tersebut dibagikan kepada 6.000 kelompok tani. Rata-rata setiap kelompok tani mendapat 30 traktor.

Selain traktor tangan, bantuan juga dalam bentuk mesin pompa untuk pengairan sawah tadah hujan. ”Dengan menerapkan teknologi pertanian dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak,” lanjutnya.

Dia mengatakan, modernisasi bukan berarti menghilangkan konsep tradisional pengelolaan pertanian. Tradisi dan kearifan lokal tetap dipertahankan karena hal tersebut menjadi ciri budaya suatu daerah.

Salah satu kearfian lokal yang tetap dipertahankan adalah tradisi tudang sipulung menjelang musim tanam. Pada tudang sipulung tersebut juga mendengarkan pemaparan pappananrang (peramal cuaca tradisional) dari beberapa wilayah di Bone.

Sistem Tanam Pindah Tingkatkan Produksi Pertanian di Bone


Caranya dengan memperhatikan tanda-tanda alam dan memperhitungkan kalender musim tanam yang menyimpulkan curah hujan pada musim tanam tersebut mendukung pertanian.

Pendapat pappananrang tersebut dipadukan dengan pendapat ilmiah ahli pertanian untuk memutuskan kesepakatan kapan dimulainya tanam padi. ”Jika hasil tudang sipulung dipatuhi dan anjuran penyuluh pertanian dijalankan, hasil pertanian padi dapat mencapai 10 ton per hektare,” tandasnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4550 seconds (0.1#10.140)