Hendak Jemput Jenazah Ayah, Erick Dianiaya Sekuriti Bandara

Hendak Jemput Jenazah Ayah, Erick Dianiaya Sekuriti Bandara
A
A
A
SORONG - A Erick J Sibarani yang juga Pemimpin Redaksi (Pemred) sebuah media di Papua dianiaya sekuriti Bandara DEO dan Oknum Anggota TNI AU.
Menurut Erick, kejadian itu bermula saat dirinya mendatangi Bandara DEO pada pukul 06.00 WIT , Rabu 10 Agustus 2016 untuk menjemput jenazah almarhum sang ayah dari Jakarta melalui maskapai Nam Air.
Setibanya di bandara, kata Erick, dirinya tidak melihat adanya sekuriti yang berjaga di pos jaga pintu masuk run way.
"Saya bermaksud masuk ke dalam untuk menjemput jenazah ayah saya, tapi ketika mau masuk saya tidak mendapati adanya sekuriti di pos jaga pintu masuk. Sebelum masuk, saya dan saudara saya di dalam mobil sempat beberapa saat menunggu kehadiran sekuriti," ucap Erick, Jumat (11/8/2016).
Setelah menunggu sekian lama, lanjut Erick, ia tidak melihat adanya tanda-tanda adanya kehadiran sekuriti. Ia dan saudaranya kemudian memutuskan untuk masuk ke dekat areal run way guna menjemput jenasah sang ayah.
Setelah sampai di tempat yang dimaksud, sambung dia, ternyata ada seorang sekuriti yang mengejar dan hendak memukul saudaranya.
"Sekuriti itu tidak tahu dari mana datangnya langsung mau pukul saudara saya. Melihat hal itu, saya langsung spontan menghalangi oknum sekuriti ini dan hendak memberikan penjelasan," katanya.
Tetapi, lanjut Erick, belum sempat memberikan penjelasan, oknum sekuriti langsung melayangkan pukulan di bagian lehernya. Tidak terima atas tindakan itu, Erick, langsung dengan tegas menanyakan maksud oknum sekuriti itu memukulnya.
"Saya tidak balas pukul, saya hanya menanyakan maksud dia memukul saya. Dia terus berkeras makanya adu mulut di antara kita tidak terhidarkan. Saat adu mulut terjadi, ada satu oknum TNI datang dan kemudian membantu sekuriti itu untuk melawan kita," ungkap Erick sembari menambahkan, karena tidak ingin masalah tersebut berlanjut maka ia lebih memilih untuk mengalah.
"Saya lebih memilih mengalah dari pada ribut-ribut kaya gitu. Yang herannya, dia bantu turunkan jenazah ayah saya dan sempat meminta maaf sama saya," sambung Erick.
Erick mengakui bahwa dirinya bersalah karena sudah menerobos pos penjagaan. Namun ia sangat menyesalkan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan Sekuriti.
Kepala Bandar Udara DEO Kota Sorong, Paryono yang dikonfirmasi terkait kejadian ini tidak dapat ditemui karena yang bersangkutan berada di luar daerah.
Sementara itu, Kepala Seksi Keamanan Penerbangan dan Pelayanan Darurat Bandar Udara DEO, Sigit menjelaskan bahwa masuk ke areal run way dilarang. Hal itu dapat dilakukan jika pihak pesawat sudah menginformasikan jenazah sudah dapat diambil.
Meskipun demikian, Sigit menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang diberikan pihak sekuriti.
"Dari pihak sekuriti menyampaikan bahwa saat itu sempat terjadi adu mulut hingga terjadi pemukulan, karena sudah sama-sama panas," kata Sigit.
Menurut Erick, kejadian itu bermula saat dirinya mendatangi Bandara DEO pada pukul 06.00 WIT , Rabu 10 Agustus 2016 untuk menjemput jenazah almarhum sang ayah dari Jakarta melalui maskapai Nam Air.
Setibanya di bandara, kata Erick, dirinya tidak melihat adanya sekuriti yang berjaga di pos jaga pintu masuk run way.
"Saya bermaksud masuk ke dalam untuk menjemput jenazah ayah saya, tapi ketika mau masuk saya tidak mendapati adanya sekuriti di pos jaga pintu masuk. Sebelum masuk, saya dan saudara saya di dalam mobil sempat beberapa saat menunggu kehadiran sekuriti," ucap Erick, Jumat (11/8/2016).
Setelah menunggu sekian lama, lanjut Erick, ia tidak melihat adanya tanda-tanda adanya kehadiran sekuriti. Ia dan saudaranya kemudian memutuskan untuk masuk ke dekat areal run way guna menjemput jenasah sang ayah.
Setelah sampai di tempat yang dimaksud, sambung dia, ternyata ada seorang sekuriti yang mengejar dan hendak memukul saudaranya.
"Sekuriti itu tidak tahu dari mana datangnya langsung mau pukul saudara saya. Melihat hal itu, saya langsung spontan menghalangi oknum sekuriti ini dan hendak memberikan penjelasan," katanya.
Tetapi, lanjut Erick, belum sempat memberikan penjelasan, oknum sekuriti langsung melayangkan pukulan di bagian lehernya. Tidak terima atas tindakan itu, Erick, langsung dengan tegas menanyakan maksud oknum sekuriti itu memukulnya.
"Saya tidak balas pukul, saya hanya menanyakan maksud dia memukul saya. Dia terus berkeras makanya adu mulut di antara kita tidak terhidarkan. Saat adu mulut terjadi, ada satu oknum TNI datang dan kemudian membantu sekuriti itu untuk melawan kita," ungkap Erick sembari menambahkan, karena tidak ingin masalah tersebut berlanjut maka ia lebih memilih untuk mengalah.
"Saya lebih memilih mengalah dari pada ribut-ribut kaya gitu. Yang herannya, dia bantu turunkan jenazah ayah saya dan sempat meminta maaf sama saya," sambung Erick.
Erick mengakui bahwa dirinya bersalah karena sudah menerobos pos penjagaan. Namun ia sangat menyesalkan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan Sekuriti.
Kepala Bandar Udara DEO Kota Sorong, Paryono yang dikonfirmasi terkait kejadian ini tidak dapat ditemui karena yang bersangkutan berada di luar daerah.
Sementara itu, Kepala Seksi Keamanan Penerbangan dan Pelayanan Darurat Bandar Udara DEO, Sigit menjelaskan bahwa masuk ke areal run way dilarang. Hal itu dapat dilakukan jika pihak pesawat sudah menginformasikan jenazah sudah dapat diambil.
Meskipun demikian, Sigit menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang diberikan pihak sekuriti.
"Dari pihak sekuriti menyampaikan bahwa saat itu sempat terjadi adu mulut hingga terjadi pemukulan, karena sudah sama-sama panas," kata Sigit.
(nag)