Orangtua Imamatul Maysaroh Sosok Petani yang Sederhana
A
A
A
MALANG - Keluarga Imamatul Maysaroh, di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mendadak terkenal dan ramai dikunjungi wartawan.
Maklum, rumah yang ditempati kedua orang tua Imamatul Maisaroh, Turiyo dan Alima ini merupakan tempat tinggal Ima semasa kecil. Dia tinggal di desa ini hingga usia 17 tahun, sebelum merantau ke Hongkong dan Amerika Serikat.
Hari ini, waktu Amerika Serikat, Ima diundang untuk menjadi pembicara di Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia, Pennsylvania, pada 25-28 Juli 2016.
Saat wartawan mendatangi rumahnya, di Pagelaran, Turiyo sedang adzan di musala yang berada di belakang rumahnya. Ya, ternyata yang mengumandangkan adzan adalah Pak Turiyo, ayah Imamatul Maisaroh.
Kedua orangtua Ima tampak salat berjamaah di musala itu. Kebiasaan ini rutin dilakukan kedua orangtuanya untuk salat berjamaah di musala. Pagi pergi ke sawah, siang pulang sebelum zuhur, lalu salat berjamaah di musala.
"Iya, jadi pemangku musala di belakang," ujar Turiyo, kepada wartawan, Selasa (26/7/2016).
Dia mengaku hanya bekerja sebagai petani, menanam sayur-sayuran. Dari situ, dia bisa menyekolahkan tiga anaknya, hingga besar. Khusus Ima, keluar dari SMA Khairudin, saat Kelas 1 karena dijodohkan dengan pria desa setempat.
Waktu itu, tutur Turiyo, Ima berniat kerja di luar negeri, dan ikut majikannya pergi ke Hongkong, sebelum akhirnya bekerja di Amerika Serikat.
Sejak kepergiannya sejak 1997, hingga 14 tahun kemudian, Ima baru bisa pulang ke rumah orangtuanya setelah mengalami berbagai kesulitan di negeri Paman Sam ini.
"Sampai kini sudah tiga kali pulang, dan mengaku kerja di kantor sekarang," sambung Turiyo.
Kesibukan Ima di dunia human traficking juga tak banyak diketahui kedua orangtuanya. Mereka hanya tahu kalau Ima kerja di kantoran. Baru setelah ramai didatangi media, orangtuanya menyadari anaknya menjadi satu-satunya orang Indonesia yang berbicara di Amerika Serikat dalam konvensi Partai Demokrat.
Kendati memiliki anak yang juga menjadi staf Presiden Barrack Obama, kehidupan Turiyo seperti biasa. Sibuk dengan pertanian yang digarapnya. Juga aktif di perkumpulan keagamaan, seperti jemaah tahlil dan lainnya.
Maklum, rumah yang ditempati kedua orang tua Imamatul Maisaroh, Turiyo dan Alima ini merupakan tempat tinggal Ima semasa kecil. Dia tinggal di desa ini hingga usia 17 tahun, sebelum merantau ke Hongkong dan Amerika Serikat.
Hari ini, waktu Amerika Serikat, Ima diundang untuk menjadi pembicara di Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia, Pennsylvania, pada 25-28 Juli 2016.
Saat wartawan mendatangi rumahnya, di Pagelaran, Turiyo sedang adzan di musala yang berada di belakang rumahnya. Ya, ternyata yang mengumandangkan adzan adalah Pak Turiyo, ayah Imamatul Maisaroh.
Kedua orangtua Ima tampak salat berjamaah di musala itu. Kebiasaan ini rutin dilakukan kedua orangtuanya untuk salat berjamaah di musala. Pagi pergi ke sawah, siang pulang sebelum zuhur, lalu salat berjamaah di musala.
"Iya, jadi pemangku musala di belakang," ujar Turiyo, kepada wartawan, Selasa (26/7/2016).
Dia mengaku hanya bekerja sebagai petani, menanam sayur-sayuran. Dari situ, dia bisa menyekolahkan tiga anaknya, hingga besar. Khusus Ima, keluar dari SMA Khairudin, saat Kelas 1 karena dijodohkan dengan pria desa setempat.
Waktu itu, tutur Turiyo, Ima berniat kerja di luar negeri, dan ikut majikannya pergi ke Hongkong, sebelum akhirnya bekerja di Amerika Serikat.
Sejak kepergiannya sejak 1997, hingga 14 tahun kemudian, Ima baru bisa pulang ke rumah orangtuanya setelah mengalami berbagai kesulitan di negeri Paman Sam ini.
"Sampai kini sudah tiga kali pulang, dan mengaku kerja di kantor sekarang," sambung Turiyo.
Kesibukan Ima di dunia human traficking juga tak banyak diketahui kedua orangtuanya. Mereka hanya tahu kalau Ima kerja di kantoran. Baru setelah ramai didatangi media, orangtuanya menyadari anaknya menjadi satu-satunya orang Indonesia yang berbicara di Amerika Serikat dalam konvensi Partai Demokrat.
Kendati memiliki anak yang juga menjadi staf Presiden Barrack Obama, kehidupan Turiyo seperti biasa. Sibuk dengan pertanian yang digarapnya. Juga aktif di perkumpulan keagamaan, seperti jemaah tahlil dan lainnya.
(san)