Terpeleset di Sekolah, Arya Bocah Obesitas Menangis Minta Pulang
A
A
A
KARAWANG - Impian Arya Permana (10), bocah obesitas yang memiliki berat 186 kilogram, untuk masuk sekolah hari pertama seusai libur panjang, pupus.
Siswa SDN 1 Cipurwasari, Kampung Pasir Pining, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang sempat ceria saat datang ke sekolah mendadak minta pulang setelah sempat jatuh terpeleset saat akan menuju lapangan untuk mengikuti upacara.
Lapangan rumput yang dilalui Arya memang basah dan licin akibat diguyur hujan semalaman. "Embung sakolah ah hayang balik ka imah (tidak mau sekolah ah, mau pulang ke rumah)," kata Arya saat dibantu untuk bangun oleh orangtuanya dan sejumlah guru, Senin (18/7/2016).
Saat digotong untuk berdiri, Arya langsung menangis dan duduk di atas rumput basah di pinggir lapangan upacara. Selama hampir tiga menit, Arya menangis meraung-raung hingga menjadi pusat perhatian guru dan ratusan siswa yang sedang berbaris untuk mengikuti upacara.
Kedua orangtua Arya dibantu guru dan kepala sekolah berupaya untuk menghibur bocah yang bercita-cita menjadi masinis itu. Upaya membujuk Arya agar melanjutkan sekolah akhirnya gagal dan Arya tetap ingin pulang ke rumah.
"Saya tidak bisa memaksa lagi karena Arya memang ingin pulang. Daripada menangis terus lebih baik pulang saja, besok mungkin dia mau sekolah lagi," kata Ade Somantri, orangtua Arya.
Arya datang ke sekolah diantar kedua orangtuanya. Dia mengenakan kaus berwarna hijau dengan celana merah dan mengenakan sandal jepit berwarna hitam.
Saat berjalan menuju sekolah, Arya terlihat gembira bersama kedua temannya yang berjalan bareng. Sesampai di sekolah Arya langsung memasuki ruang kelas IV dan duduk di kursi bagian tengah.
Pihak sekolah menyediakan dua kursi khusus untuk Arya duduk. Arya duduk bersama seorang temannya hingga satu meja terdiri dari tiga kursi. Setelah bunyi bel masuk kemudian seluruh murid keluar kelas untuk mengikuti upacara.
Arya merupakan siswa terakhir yang memasuki lapangan upacara hingga kemudian jatuh terpeleset. Saat meninggalkan sekolah, Arya masih menangis. Dia diapit oleh ibu dan ayahnya. Bocah itu berjalan kaki ke rumahnya dengan celana belepotan lumpur.
Siswa SDN 1 Cipurwasari, Kampung Pasir Pining, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang sempat ceria saat datang ke sekolah mendadak minta pulang setelah sempat jatuh terpeleset saat akan menuju lapangan untuk mengikuti upacara.
Lapangan rumput yang dilalui Arya memang basah dan licin akibat diguyur hujan semalaman. "Embung sakolah ah hayang balik ka imah (tidak mau sekolah ah, mau pulang ke rumah)," kata Arya saat dibantu untuk bangun oleh orangtuanya dan sejumlah guru, Senin (18/7/2016).
Saat digotong untuk berdiri, Arya langsung menangis dan duduk di atas rumput basah di pinggir lapangan upacara. Selama hampir tiga menit, Arya menangis meraung-raung hingga menjadi pusat perhatian guru dan ratusan siswa yang sedang berbaris untuk mengikuti upacara.
Kedua orangtua Arya dibantu guru dan kepala sekolah berupaya untuk menghibur bocah yang bercita-cita menjadi masinis itu. Upaya membujuk Arya agar melanjutkan sekolah akhirnya gagal dan Arya tetap ingin pulang ke rumah.
"Saya tidak bisa memaksa lagi karena Arya memang ingin pulang. Daripada menangis terus lebih baik pulang saja, besok mungkin dia mau sekolah lagi," kata Ade Somantri, orangtua Arya.
Arya datang ke sekolah diantar kedua orangtuanya. Dia mengenakan kaus berwarna hijau dengan celana merah dan mengenakan sandal jepit berwarna hitam.
Saat berjalan menuju sekolah, Arya terlihat gembira bersama kedua temannya yang berjalan bareng. Sesampai di sekolah Arya langsung memasuki ruang kelas IV dan duduk di kursi bagian tengah.
Pihak sekolah menyediakan dua kursi khusus untuk Arya duduk. Arya duduk bersama seorang temannya hingga satu meja terdiri dari tiga kursi. Setelah bunyi bel masuk kemudian seluruh murid keluar kelas untuk mengikuti upacara.
Arya merupakan siswa terakhir yang memasuki lapangan upacara hingga kemudian jatuh terpeleset. Saat meninggalkan sekolah, Arya masih menangis. Dia diapit oleh ibu dan ayahnya. Bocah itu berjalan kaki ke rumahnya dengan celana belepotan lumpur.
(zik)