70% Warga Desa di Indramayu Ini Jadi Pengemis
A
A
A
INDRAMAYU - Keberadaan pengemis di bulan puasa dan lebaran menjadi masalah di kota besar yang tak kunjung selesai. Karena ada daerah yang memasok para pengemisnya.Salah satunya di Blok Pecuk, Desa Panyindangan, Kecamatan Indramayu, Indramayu, Jawa Barat.
Sebagian besar warganya sebagai pengemis dan pemulung bahkan nama desanya sendiri dikenal sebagai kampung pengemis.
Sepintas tak ada yang berbeda di desa ini dibandingkan dengan desa pada umumnya bangunan rumah yang kokoh dan semi permanen.
Namun siapa yang menyangka hasil pembangunan rumahnya yang bagus dan kokoh ini dihasilkan dari mengemis di kota kota besar seperti di Jakarta, Bandung serta kota besar lainnya. Maka tak heran jika kampung ini terkenal dengan sebutan kampung pengemis.
Sebagian besar warga Blok Pecuk, Desa Panyindangan, Indramayu ini merantau ke sejumlah kota besar menjadi pengemis dan pemulung.
Keberadaan warga yang mengemis ini sudah menjadi tradisi, apa lagi di bulan puasa dan menjelang lebaran. Keberadaan pengemis ini sudah menjadi turun temurun pasalnya di desa mereka sudah ada sejak 1987.
Salah satu yang pernah mengemis di Jakarta adalah Tanuri ibu rumah tangga yang berusia 51 tahun ini pernah mengemis di Jakarta selama 5 tahun.
Dalam sehari dia mendapatkan uang Rp100.000 bahkan pernah mendapatkan Rp500.000. Dari hasil mengemis di Jakarta Tanuri bisa memperbaiki rumah dan membeli perabotan seperti, televisI, lemari es dan sepeda motor bahkan dia sudah memiliki sepetak sawah.
Sementara itu Fatur seorang perangkat Desa Panyindangan mengakui keberadaan pengemis di desa tersebut.
“Meski sebagai pengemis sudah bertahun tahun padahal mereka malu sebagai profesi yang dijalani. Namun dengan keterbatasan ekonomi dan kurangnya lapangan pekerjaan membuat mereka terpaksa menjalani mengemis di kota besar,” kata Fatur, Kamis (23/6/2016).
Warga desa tersebut berharap pemerintah daerah maupun pusat agar bisa memberikan lapangan pekerjaan di desa mereka.
Sebagian besar warganya sebagai pengemis dan pemulung bahkan nama desanya sendiri dikenal sebagai kampung pengemis.
Sepintas tak ada yang berbeda di desa ini dibandingkan dengan desa pada umumnya bangunan rumah yang kokoh dan semi permanen.
Namun siapa yang menyangka hasil pembangunan rumahnya yang bagus dan kokoh ini dihasilkan dari mengemis di kota kota besar seperti di Jakarta, Bandung serta kota besar lainnya. Maka tak heran jika kampung ini terkenal dengan sebutan kampung pengemis.
Sebagian besar warga Blok Pecuk, Desa Panyindangan, Indramayu ini merantau ke sejumlah kota besar menjadi pengemis dan pemulung.
Keberadaan warga yang mengemis ini sudah menjadi tradisi, apa lagi di bulan puasa dan menjelang lebaran. Keberadaan pengemis ini sudah menjadi turun temurun pasalnya di desa mereka sudah ada sejak 1987.
Salah satu yang pernah mengemis di Jakarta adalah Tanuri ibu rumah tangga yang berusia 51 tahun ini pernah mengemis di Jakarta selama 5 tahun.
Dalam sehari dia mendapatkan uang Rp100.000 bahkan pernah mendapatkan Rp500.000. Dari hasil mengemis di Jakarta Tanuri bisa memperbaiki rumah dan membeli perabotan seperti, televisI, lemari es dan sepeda motor bahkan dia sudah memiliki sepetak sawah.
Sementara itu Fatur seorang perangkat Desa Panyindangan mengakui keberadaan pengemis di desa tersebut.
“Meski sebagai pengemis sudah bertahun tahun padahal mereka malu sebagai profesi yang dijalani. Namun dengan keterbatasan ekonomi dan kurangnya lapangan pekerjaan membuat mereka terpaksa menjalani mengemis di kota besar,” kata Fatur, Kamis (23/6/2016).
Warga desa tersebut berharap pemerintah daerah maupun pusat agar bisa memberikan lapangan pekerjaan di desa mereka.
(sms)