Ancaman Gempa Merata, Warga Yogya Diminta Tak Berlebihan Menyikapi
A
A
A
YOGYAKARTA - Ancaman bencana gempa bumi merata di seluruh wilayah Yogyakarta. Meski demikian tak perlu disikapi dengan berlebihan.
Karena dengan selalu mawas diri dan pengetahuan tentang kegempaan terus digali, maka risikonya bisa ditekan.
"Yogya itu termasuk daerah rawan bencana. Salah satunya ancaman gempa bumi," kata Bambang Subagyo, Kasi Observasi Stadium Geofisika, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Selasa (24/5/2016).
Dijelaskan, sumber-sumber gempa dapat dari selatan pantai Yogya, maupun daratan. Namun, sampai saat ini yang paling besar adalah dari laut. Yaitu lempengan di Samudera Hindia, antara Australia dengan Jawa.
"Sampai saat ini yang paling mengancam sumber gempa dari selatan. Tak hanya Bantul saja (yang mengancam). Tapi seluruh wilayah, bahkan ke utara. Karena energi itu menyebar," katanya.
Serta ancaman gempa juga dari patahan kecil di daratan. Namun, yang tercatat hanya berkekuatan 3 hingga 3,5 Skala Richter (SR). "Patahan kecil ada di sekitar Pundong (Bantul)," ujarnya.
Terakhir, gempa bumi yang memakan korban banyak di Yogya yaitu pada 2006 silam. Lebih dari 4.000 jiwa yang meninggal akibat fenomena alam tersebut.
"Kita tinggal di daerah rawan bencana, tetap waspada dan menyikapinya dengan arif. Tidak perlu berlebihan, harus siap dengan latihan mitigasi dan menggali terus pengetahuan tentang kegempaan," tuturnya.
Dengan sikap tersebut, ia yakin risiko dari bencana tersebut bisa ditekan. Semisal dengan membuat kontruksi rumah tahan gempa.
Yaitu ada balungan-balungan pengikatnya. "Saat ini di Bantul mayoritas rumahnya sudah memenuhi bangunan tahan gempa. Dulu kan tidak," ujarnya.
Serta, dalam menggali pengetahuan tentang kegempaan, masyarakat juga perlu mengetahuinya. Karena banyaknya korban jiwa pada 2006 lalu juga disebabkan minimnya pengetahuan.
"Dulu kan setelah gempa, sempat ada isyu tsunami. Mereka yang tertimpa bangunan seharusnya bisa ditolong, tapi ditinggal lari," pungkasnya.
Karena dengan selalu mawas diri dan pengetahuan tentang kegempaan terus digali, maka risikonya bisa ditekan.
"Yogya itu termasuk daerah rawan bencana. Salah satunya ancaman gempa bumi," kata Bambang Subagyo, Kasi Observasi Stadium Geofisika, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Selasa (24/5/2016).
Dijelaskan, sumber-sumber gempa dapat dari selatan pantai Yogya, maupun daratan. Namun, sampai saat ini yang paling besar adalah dari laut. Yaitu lempengan di Samudera Hindia, antara Australia dengan Jawa.
"Sampai saat ini yang paling mengancam sumber gempa dari selatan. Tak hanya Bantul saja (yang mengancam). Tapi seluruh wilayah, bahkan ke utara. Karena energi itu menyebar," katanya.
Serta ancaman gempa juga dari patahan kecil di daratan. Namun, yang tercatat hanya berkekuatan 3 hingga 3,5 Skala Richter (SR). "Patahan kecil ada di sekitar Pundong (Bantul)," ujarnya.
Terakhir, gempa bumi yang memakan korban banyak di Yogya yaitu pada 2006 silam. Lebih dari 4.000 jiwa yang meninggal akibat fenomena alam tersebut.
"Kita tinggal di daerah rawan bencana, tetap waspada dan menyikapinya dengan arif. Tidak perlu berlebihan, harus siap dengan latihan mitigasi dan menggali terus pengetahuan tentang kegempaan," tuturnya.
Dengan sikap tersebut, ia yakin risiko dari bencana tersebut bisa ditekan. Semisal dengan membuat kontruksi rumah tahan gempa.
Yaitu ada balungan-balungan pengikatnya. "Saat ini di Bantul mayoritas rumahnya sudah memenuhi bangunan tahan gempa. Dulu kan tidak," ujarnya.
Serta, dalam menggali pengetahuan tentang kegempaan, masyarakat juga perlu mengetahuinya. Karena banyaknya korban jiwa pada 2006 lalu juga disebabkan minimnya pengetahuan.
"Dulu kan setelah gempa, sempat ada isyu tsunami. Mereka yang tertimpa bangunan seharusnya bisa ditolong, tapi ditinggal lari," pungkasnya.
(nag)