Pelopor Pencegahan Eksploitasi Seksual Online

Kamis, 12 Mei 2016 - 09:09 WIB
Pelopor Pencegahan Eksploitasi Seksual Online
Pelopor Pencegahan Eksploitasi Seksual Online
A A A
YOGYAKARTA - Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak dan perempuan membuat Reta Dinda Pitaloka prihatin. Berbagai upaya pun aktif dilakukannya, termasuk mendukung pencegahan eksploitasi seksual lewat online dan menjadi pelopor dalam program tersebut.

Mewakili Forum Anak Sleman, siswi kelas XII SMAN 6 Yogyakarta yang mulai bergabung setahun terakhir itu telah berkomitmen turut mengampanyekan program ini bersama dengan Yayasan SAMIN (SAMIN), Yayasan SETARA (Semarang), dan Yayasan KAKAK (Solo). Sebab, tidak dipungkiri, kemajuan teknologi seperti internet ternyata juga memberikan pengaruh negatif karena disalahgunakan oleh manusia.

Bahkan, berdasarkan data lembaga riset pasar e-Marketer tahun 2014, dari 255 juta jiwa penduduk Indonesia, pada tahun 2014 pengguna internet mencapai 83,7 juta jiwa. Beberapa persoalan yang mengemuka di antaranya 2,5 juta email setiap hari didistribusikan yang mengandung konten pornografi.

Dari data National Center for Missing & Exploited Children (NCMEC), ada lebih dari 18.000 pornografi online pada anak yang berlangsung tahun 2012 di Indonesia. Hingga tahun 2013, ada 647.000 website yang mengandung pornografi yang berhasil ditutup oleh Nawala.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 1.022 anak telah menjadi korban dunia internet, anak-anak yang menjadi korban pornografi offline 28 persen, pornografi anak online 21 persen, prostitusi anak online 20 persen, objek CD porno 15 persen, serta anak korban kekerasan seksual online 11 persen.

"Melalui program itu kita terutama Forum Anak Sleman diajarkan untuk membuat, melakukan presentasi dan jadi pelopor kampanye ke teman-teman dan masyarakat secara langsung supaya bisa dilakukan pencegahan eksploitasi seksual secara online. Baru kali ini merambah ke hal itu, dan memang internet ini sangat berbahaya kalau disalahgunakan," ujar Reta yang juga Bendahara Forum Anak Sleman kepada Koran Sindo Yogya.

Melalui program yang sudah tersusun, dia bersama rekan-rekannya akan mengampanyekan hal tersebut khususnya kepada siswa SMP dan SMA yang ada di Kabupaten Sleman.

Di sisi lain, sikap orangtua juga dinilai terlalu berlebihan dalam memberikan smartphone atau perangkat gadget lainnya kepada putra-putrinya. Padahal itu berperan besar dalam mendukung si anak mengenal berbagai situs pornografi, apabila tidak diawasi dengan baik.

"Sebagai pendamping, orangtua anak juga seharusnya diberi wadah karena tidak semua orangtua mengetahui fungsi kerja smartphone. Daripada searching hal-hal yang berbau seksual misalnya, anak bisa dialihkan ke sesuatu yang positif seperti buat blog. Saya sangat setuju dengan pengajaran seksual sejak dini, kalau perlu masuk kurikulum sekalian," jelas wanita kelahiran Sleman 2 Desember 1997 ini.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3617 seconds (0.1#10.140)