Banjir Cileuncang, Lalin Bandung-Garut Tersendat
A
A
A
GARUT - Ruas Jalan Raya Bandung-Garut di kawasan Kampung Kubang, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, disergap banjir cileuncang. Jalur tersibuk kedua di Garut ini tergenang air kurang lebih sepanjang 200 meter dengan kedalaman bervariasi, yakni antara 20-40 cm.
"Jalan By Pass Kubang di sebelahnya juga digenangi banjir. Paling dalam ada yang hampir mencapai lulut orang dewasa," tutur Muhammad Andri (27), seorang pengendara sepeda motor asal Kecamatan Bayongbong, Selasa (22/3/2016).
Banjir membuat arus lalu lintas dari dua arah, yakni dari arah Garut dan Bandung, tersendat karena seluruh kendaraan mesti menurunkan laju kecepatannya. Sementara, beberapa kendaraan roda dua dan empat mengalami mogok.
Hal serupa diungkapkan Agus Somantri (45), pengguna jalan asal Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong. Agus mengaku harus menunggu air surut agar sepeda motor yang dikendarainya tidak mogok saat melintasi banjir.
"Ketinggian banjirnya tidak memungkinkan sepeda motor saya untuk melintas. Daripada mogok nantinya, lebih baik menunggu airnya surut dulu di pinggir jalan," ucap Agus.
Jalan Raya Bandung-Garut di kawasan ini kerap digenangi banjir cileuncang. Menurut sejumlah warga sekitar, banjir di kawasan tersebut semakin parah sejak tiga tahun terakhir ini.
"Dulu-dulu banjirnya tidak parah begitu. Memang ada genangan air, tapi langsung surut, karena waktu itu terdapat gorong-gorong besar dan air terbuang langsung ke sawah. Nah sejak Jalan By Pass Kubang-Banyuresmi dibangun di sebelahnya, banjir jadi semakin parah," kata Sigit Zulmunir (34), warga Kampung Tanjung, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler.
Sigit menambahkan, genangan air di jalan itu merupakan aliran air hujan yang tidak terserap di Gunung Guntur.
"Kalau intensitas hujan sangat deras dengan durasinya lebih dari satu jam pasti begitu. Air dari gunung langsung mengalir dan menggenangi jalan karena letak ruas jalan berada di bawah. Bahkan sebelum menggenangi jalan, air dari gunung meluber di permukiman kami. Beberapa rumah, termasuk rumah saya, selalu kemasukan air," ujarnya.
Sigit meminta agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan banjir yang selalu menggenangi jalan ini.
"Misalnya dengan mengeruk kembali saluran air yang telah mengalami pendangkalan di sekitar jalan. Saya melihat pemerintah selama ini tidak pernah melakukan perawatan saluran air di pinggiran jalannya."
"Jalan By Pass Kubang di sebelahnya juga digenangi banjir. Paling dalam ada yang hampir mencapai lulut orang dewasa," tutur Muhammad Andri (27), seorang pengendara sepeda motor asal Kecamatan Bayongbong, Selasa (22/3/2016).
Banjir membuat arus lalu lintas dari dua arah, yakni dari arah Garut dan Bandung, tersendat karena seluruh kendaraan mesti menurunkan laju kecepatannya. Sementara, beberapa kendaraan roda dua dan empat mengalami mogok.
Hal serupa diungkapkan Agus Somantri (45), pengguna jalan asal Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong. Agus mengaku harus menunggu air surut agar sepeda motor yang dikendarainya tidak mogok saat melintasi banjir.
"Ketinggian banjirnya tidak memungkinkan sepeda motor saya untuk melintas. Daripada mogok nantinya, lebih baik menunggu airnya surut dulu di pinggir jalan," ucap Agus.
Jalan Raya Bandung-Garut di kawasan ini kerap digenangi banjir cileuncang. Menurut sejumlah warga sekitar, banjir di kawasan tersebut semakin parah sejak tiga tahun terakhir ini.
"Dulu-dulu banjirnya tidak parah begitu. Memang ada genangan air, tapi langsung surut, karena waktu itu terdapat gorong-gorong besar dan air terbuang langsung ke sawah. Nah sejak Jalan By Pass Kubang-Banyuresmi dibangun di sebelahnya, banjir jadi semakin parah," kata Sigit Zulmunir (34), warga Kampung Tanjung, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler.
Sigit menambahkan, genangan air di jalan itu merupakan aliran air hujan yang tidak terserap di Gunung Guntur.
"Kalau intensitas hujan sangat deras dengan durasinya lebih dari satu jam pasti begitu. Air dari gunung langsung mengalir dan menggenangi jalan karena letak ruas jalan berada di bawah. Bahkan sebelum menggenangi jalan, air dari gunung meluber di permukiman kami. Beberapa rumah, termasuk rumah saya, selalu kemasukan air," ujarnya.
Sigit meminta agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan banjir yang selalu menggenangi jalan ini.
"Misalnya dengan mengeruk kembali saluran air yang telah mengalami pendangkalan di sekitar jalan. Saya melihat pemerintah selama ini tidak pernah melakukan perawatan saluran air di pinggiran jalannya."
(zik)