Bunga Raflesia Kembali Ditemukan di Bukit Batu Tabir
A
A
A
ANAMBAS - Bunga Raflesia yang disebut bunga langka ternyata dengan mudah ditemukan di Bukit Batu Tabir, Kecamatan Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas. Bunga bangkai sebutan lain untuk Raflesia sudah tiga kali ini ditemukan di Anambas.
Salah satu staf Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemkab Anambas, Teddy Mardiantoro menemukan Bunga Raflesia sekitar 40 meter dari penemuan beberapa hari lalu oleh petugas Polhut.
"Lokasinya tidak jauh dari penemuan pertama. Kami memang naik gunung untuk meninjau perkembangan Bunga Raflesia yang ditemukan pertama. Tak disangka sekitar 40 meter dari lokasi itu kami temukan lagi Bunga Raflesia bahkan ada yang sedang kembang diatas pohon," kata Teddy kepada sejumlah wartawan, Rabu (16/3/2016).
Teddy menambahkan, dirinya bersama dengan rekannya berangkat Sabtu 13 Maret lalu untuk meninjau lokasi namun saat itu mereka mengelilingi bukit dan tak disangka malah menemukan bunga bangkai lainnya.
Menurutnya bunga bangkai banyak ditemukan di sekitar lokasi namun masih kuncup tapi sebagian tidak mengembang.
"Yang masih kuncup banyak. Ada juga bunga itu tidak mengembang, kuncup saja setelah itu layu. Hal ini sudah kami laporkan kepada pimpinan untuk mengambil langkah selanjutnya," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemkab Anambas, Catharina mengaku sudah melaporkan temuan tersebut kepada Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Kepri.
Pihaknya juga berharap temuan ini merupakan temuan langka untuk daerah lain ternyata mudah ditemukan di Anambas.
"Temuan sudah kita sampaikan kepada Bupati dan BKSDA Provinsi Kepri. Kemungkinan nanti lokasi ini akan mendapat perhatian khusus karena bunga bangkai ini termasuk langka," ujar Catharina, Rabu (16/3/2016).
Sebelumnya, dua orang Polisi Kehutanan (Polhut) menemukan empat bentuk bunga Raflesia namun lokasinya berdekatan.
Polhut Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut), Arifin mengatakan, penemuan bunga Ralesia tersebut tidak sengaja.
Saat itu dirinya bersama dengan seorang rekannya dan warga sipil berencana hendak memancing ikan lele disekitar Batu Tabir, Desa Tarempa Barat, Siantan.
"Awalnya kami bertiga hendak memancing ikan lele. Saya bersama dengan Adi (Polhut) juga ada satu warga kampung. Ketika berada disekitar sungai Adi memanggil saya dan melihat ada beberapa ukuran bunga Raflesia," ujar Arifin.
Ketika melihat bunga itu, kata Arifin, sepertinya sudah ada perasaan sejak hendak berangkat dari rumah. Saat itu dirinya membawa GPS dan kamera dan biasanya jika saat bulan ini bunga tersebut sedang berkembang dan banyak ditemukan.
Arifin menambahkan, bunga yang ditemukan kali ini ada tiga bentuk. Ada yang lagi mekar, proses pemekaran dan buah.
Kalau yang mekar baru ditemukan kali ini,tetapi buah nya banyak ditemukan dihutan. Titik koordinat Bunga Raflesia itu ditemukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) N:03 derajat 11 derajat 16,2 derajat kawasan lindung.
"Biasanya kalau yang masih kuncup sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Dikeringkan dulu lalu direbus, biasanya orang yang baru melahirkan yang pakai obat itu," katanya.
Menurut Arifin bunga tersebut tidak berbau, yang membuat bunga itu bau bangkai karena memiliki cairan yang sangat disukai hewan.
Biasanya bunga mekar itu tidak bertahan lama, paling lama dua minggu setelah itu langsung layu dan busuk.
"Kalau disini warga biasanya menamai bunga itu, Bunga Padma. Bunganya tidak bau, biasanya bau karena ada bangkai hewan yang masuk dan mati di dalam bunga itu," katanya.
Salah satu staf Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemkab Anambas, Teddy Mardiantoro menemukan Bunga Raflesia sekitar 40 meter dari penemuan beberapa hari lalu oleh petugas Polhut.
"Lokasinya tidak jauh dari penemuan pertama. Kami memang naik gunung untuk meninjau perkembangan Bunga Raflesia yang ditemukan pertama. Tak disangka sekitar 40 meter dari lokasi itu kami temukan lagi Bunga Raflesia bahkan ada yang sedang kembang diatas pohon," kata Teddy kepada sejumlah wartawan, Rabu (16/3/2016).
Teddy menambahkan, dirinya bersama dengan rekannya berangkat Sabtu 13 Maret lalu untuk meninjau lokasi namun saat itu mereka mengelilingi bukit dan tak disangka malah menemukan bunga bangkai lainnya.
Menurutnya bunga bangkai banyak ditemukan di sekitar lokasi namun masih kuncup tapi sebagian tidak mengembang.
"Yang masih kuncup banyak. Ada juga bunga itu tidak mengembang, kuncup saja setelah itu layu. Hal ini sudah kami laporkan kepada pimpinan untuk mengambil langkah selanjutnya," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemkab Anambas, Catharina mengaku sudah melaporkan temuan tersebut kepada Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Kepri.
Pihaknya juga berharap temuan ini merupakan temuan langka untuk daerah lain ternyata mudah ditemukan di Anambas.
"Temuan sudah kita sampaikan kepada Bupati dan BKSDA Provinsi Kepri. Kemungkinan nanti lokasi ini akan mendapat perhatian khusus karena bunga bangkai ini termasuk langka," ujar Catharina, Rabu (16/3/2016).
Sebelumnya, dua orang Polisi Kehutanan (Polhut) menemukan empat bentuk bunga Raflesia namun lokasinya berdekatan.
Polhut Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut), Arifin mengatakan, penemuan bunga Ralesia tersebut tidak sengaja.
Saat itu dirinya bersama dengan seorang rekannya dan warga sipil berencana hendak memancing ikan lele disekitar Batu Tabir, Desa Tarempa Barat, Siantan.
"Awalnya kami bertiga hendak memancing ikan lele. Saya bersama dengan Adi (Polhut) juga ada satu warga kampung. Ketika berada disekitar sungai Adi memanggil saya dan melihat ada beberapa ukuran bunga Raflesia," ujar Arifin.
Ketika melihat bunga itu, kata Arifin, sepertinya sudah ada perasaan sejak hendak berangkat dari rumah. Saat itu dirinya membawa GPS dan kamera dan biasanya jika saat bulan ini bunga tersebut sedang berkembang dan banyak ditemukan.
Arifin menambahkan, bunga yang ditemukan kali ini ada tiga bentuk. Ada yang lagi mekar, proses pemekaran dan buah.
Kalau yang mekar baru ditemukan kali ini,tetapi buah nya banyak ditemukan dihutan. Titik koordinat Bunga Raflesia itu ditemukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) N:03 derajat 11 derajat 16,2 derajat kawasan lindung.
"Biasanya kalau yang masih kuncup sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Dikeringkan dulu lalu direbus, biasanya orang yang baru melahirkan yang pakai obat itu," katanya.
Menurut Arifin bunga tersebut tidak berbau, yang membuat bunga itu bau bangkai karena memiliki cairan yang sangat disukai hewan.
Biasanya bunga mekar itu tidak bertahan lama, paling lama dua minggu setelah itu langsung layu dan busuk.
"Kalau disini warga biasanya menamai bunga itu, Bunga Padma. Bunganya tidak bau, biasanya bau karena ada bangkai hewan yang masuk dan mati di dalam bunga itu," katanya.
(sms)