Mashudi Dikenal Sosok Berdedikasi

Jum'at, 11 Maret 2016 - 06:07 WIB
Mashudi Dikenal Sosok...
Mashudi Dikenal Sosok Berdedikasi
A A A
BREBES - Penangkapan dan penahanan Mashudi, guru honorer asal Desa Luwunggede, Kecamatan Larangan, Brebes mengundang keprihatinan rekan sesama guru dan siswa di SMAN Ketanggungan, tempat dia mengajar. Di mata mereka, pria berusia 38 tahun merupakan sosok guru yang berdedikasi pada tugasnya.

Di SMAN Ketanggungan, Mashudi mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di kelas XI. Sebagai guru honorer, Mashudi memiliki jadwal mengajar dua hari dalam satu pekan di sekolah yang memiliki sekitar 700 siswa itu.

"Kesehariannya normatif. Setiap kali mengajar tidak pernah ada masalah. Tugas dan tanggungjawab mengajar dilaksanakan dengan baik. Hubungan dengan para guru yang lain juga baik. Sering ngobrol dan bercanda seperti biasa," kata Agus Salim, salah satu guru yang juga Humas SMAN Ketanggungan saat ditemui, Kamis (10/3/2016).

Agus pun mengaku tidak menyangka jika Mashudi ditangkap dan ditahan hanya gara-gara SMS yang dikirimkan ke nomor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Yuddy Chrisnandi. (Baca: Polda Tangguhkan Penahanan Guru Pengancam Menteri Yuddy)

Penangkapan ayah satu anak itu juga mengagetkan para guru yang lain. "Kami pertama tahu dari berita di media. Ya kaget dan tidak menyangka kalau sampai ditangkap dan ditahan," ujar Agus.

Agus yang mengajar ekonomi dan akutansi menuturkan, terakhir kali Mashudi datang ke sekolah pada Rabu 2 Maret atau dua hari sebelum ditangkap.

Saat itu Mashudi meminta izin tidak mengikuti rapat persiapan ujian akhir sekolah karena ada kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan.

"Besoknya beliau tidak ke sekolah karena memang tidak ada jam mengajar. Setelah itu besoknya lagi tahu-tahu kami dengar ditangkap polisi," ungkapnya.

Mashudi sudah menjadi pengajar di SMAN Ketanggungan sejak 2002. Dia memiliki jam mengajar sebanyak 12 jam.
Adapun honor mengajar di sekolah negeri bagi guru yang masih berstatus honorer rata-rata sekitar Rp 25.000 per jam.

"Sebagai guru honorer gajinya memang sedikit. Selain di SMAN Ketanggungan, dia juga mengajar di SMK Bisma, Kersana," ujar Agus.

Agus mengungkapkan, para guru merasa prihatin dengan penangkapan dan penahanan Mashudi.
"Bagaimanapun Pak Mashudi adalah keluarga besar SMAN Ketanggungan. Jadi kita merasa kehilangan dan perlu untuk memberikan dukungan," ujarnya.

Rekan guru yang lain, Sandum, menilai penangkapan dan penahanan Mashudi berlebihan. "Terlepas dari kata-kata di SMS yang dikirimkan.

Apa yang dilakukan Mashudi adalah dalam rangka menagih janji pemerintah dan memperjuangkan rekan-rekannya sesama tenaga honorer. Sebagai orangtua, Pak Menteri seharusnya bisa menyikapinya dengan bijak," kata guru Bahasa Indonesia ini.

Salah seorang siswa, Bais Satriyo menilai sosok Mashudi sebagai guru yang memiliki sikap tegas. Meski demikian, sikap itu tak lantas membuat Mashudi tidak bisa menjalin keakraban dengan para siswa.

"Pak Mashudi bisa menempatkan kapan harus tegas kapan santai. Pas mengajar juga bisa humoris. Jadi menyenangkan dan siswa bisa akrab sama beliau," ujar siswa kelas XII ini.

Sebagai guru, Mashudi disebut Bais juga memiliki wawasan yang luas. Materi pelajaran yang diajarkan sesekali dikaitkan dengan peristiwa terkini yang terjadi di lingkungan masyarakat sehingga siswa tidak bosan. "Kami harap Pak Mashudi bisa kembali mengajar seperti biasa," harap Bais.
(sms)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3318 seconds (0.1#10.24)