LAPAN Pasuruan Gelar Nonton Gerhana Matahari Total
A
A
A
PASURUAN - Gerhana Matahari Total (GMT) akan menjadi momentum istimewa dalam sejarah peradaban antariksa. Kantor Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Nasional (LAPAN) di Watukosek, Kabupaten Pasuruan tidak ingin menyia-nyiakannya.
Kepala LAPAN Jawa Timur Dian Yudha Risdianto mengungkapkan, GMT diperkirakan berlangsung pada Rabu 9 Maret 2016, pukul 06.21 Wib hingga 08.39 Wib selama 2 jam 17 menit. Dari Jawa Timur, GMT nampak 83,08% atau seperti bulan sabit.
Untuk mendukung pengamatan peristiwa yang hanya terjadi 350 tahun sekali tersebut, LAPAN telah menyiapkan tujuh teropong bintang atau teleskop permanen. Ketujuh teleskop tersebut terdiri dari dua teleskop flare dan lima teleskop portabel yang ditempatkan di atas gedung LAPAN, Watukosek, Kejapanan Kecamatan Gempol.
"GMT diperkirakan berlangsung selama 2 jam 17 menit. Puncak GMT akan terjadi sekitar pukul 07.35 WIB," kata Kepala LAPAN, Dian Yudha Risdianto, Senin (7/3/2016).
Pada momentum langka tersebut, LAPAN bersama para peneliti dan perwakilan masyarakat akan menggelar nonton bareng GMT menggunakan layar lebar. Sehingga masyarakat dapat mengetahui prosesi peristiwa fenomena alam tersebut dengan gamblang.
"Kami menyediakan layar lebar di Kantor LAPAN agar masyarakat bisa menyaksikan GMT secara bersama. Lapan juga akan membagikan sebanyak 250 kaca mata khusus untuk bisa menyaksikan GMT yang hanya terlihat 83,08% di Jawa Timur," katanya.
Dikatakan, sejak beberapa waktu lalu LAPAN juga telah menyosialisasikan adanya peristiwa langka tersebut kepada masyarakat. Selain mengundang untuk berkunjung ke kantor, LAPAN juga mendatangi sekolah-sekolah untuk bisa melihat langsung matahari dengan menggunakan teropong bintang.
"Sosialisasi dilakukan dengan pertemuan atau mengundang ke Kantor Balai LAPAN, maupun kunjungan ke daerah dengan mendatangi sekolah-sekolah. Kami mengajak masyarakat agar bisa menyaksikan fenomena alam yang langka ini secara benar dan sehat,” sambung Dian Yudha Risdianto.
Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat tidak melihat GMT secara langsung dengan mata telanjang karena dapat merusak mata. Diperlukan kaca mata khusus yang berfungsi untuk mengurangi pancaran dari sinar matahari yang sangat kuat untuk melihat GMT.
"Masyarakat jangan sekali-sekali melihat GMT dengan mata telanjang. Karena sinar matahari tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada mata," tegasnya.
Kepala LAPAN Jawa Timur Dian Yudha Risdianto mengungkapkan, GMT diperkirakan berlangsung pada Rabu 9 Maret 2016, pukul 06.21 Wib hingga 08.39 Wib selama 2 jam 17 menit. Dari Jawa Timur, GMT nampak 83,08% atau seperti bulan sabit.
Untuk mendukung pengamatan peristiwa yang hanya terjadi 350 tahun sekali tersebut, LAPAN telah menyiapkan tujuh teropong bintang atau teleskop permanen. Ketujuh teleskop tersebut terdiri dari dua teleskop flare dan lima teleskop portabel yang ditempatkan di atas gedung LAPAN, Watukosek, Kejapanan Kecamatan Gempol.
"GMT diperkirakan berlangsung selama 2 jam 17 menit. Puncak GMT akan terjadi sekitar pukul 07.35 WIB," kata Kepala LAPAN, Dian Yudha Risdianto, Senin (7/3/2016).
Pada momentum langka tersebut, LAPAN bersama para peneliti dan perwakilan masyarakat akan menggelar nonton bareng GMT menggunakan layar lebar. Sehingga masyarakat dapat mengetahui prosesi peristiwa fenomena alam tersebut dengan gamblang.
"Kami menyediakan layar lebar di Kantor LAPAN agar masyarakat bisa menyaksikan GMT secara bersama. Lapan juga akan membagikan sebanyak 250 kaca mata khusus untuk bisa menyaksikan GMT yang hanya terlihat 83,08% di Jawa Timur," katanya.
Dikatakan, sejak beberapa waktu lalu LAPAN juga telah menyosialisasikan adanya peristiwa langka tersebut kepada masyarakat. Selain mengundang untuk berkunjung ke kantor, LAPAN juga mendatangi sekolah-sekolah untuk bisa melihat langsung matahari dengan menggunakan teropong bintang.
"Sosialisasi dilakukan dengan pertemuan atau mengundang ke Kantor Balai LAPAN, maupun kunjungan ke daerah dengan mendatangi sekolah-sekolah. Kami mengajak masyarakat agar bisa menyaksikan fenomena alam yang langka ini secara benar dan sehat,” sambung Dian Yudha Risdianto.
Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat tidak melihat GMT secara langsung dengan mata telanjang karena dapat merusak mata. Diperlukan kaca mata khusus yang berfungsi untuk mengurangi pancaran dari sinar matahari yang sangat kuat untuk melihat GMT.
"Masyarakat jangan sekali-sekali melihat GMT dengan mata telanjang. Karena sinar matahari tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada mata," tegasnya.
(san)