Gerhana Matahari, Ponpes Assalam Solo Siapkan Live Streaming

Minggu, 06 Maret 2016 - 15:48 WIB
Gerhana Matahari, Ponpes Assalam Solo Siapkan Live Streaming
Gerhana Matahari, Ponpes Assalam Solo Siapkan Live Streaming
A A A
SOLO - Kota Solo dan sekitarnya diprediksi akan remang- remang selama berlangsungnya gerhana matahari total, 9 Maret mendatang. Masyarakat diminta berhati-hati karena beresiko terkena radiasi sinar ultraviolet jika melihat matahari secara langsung saat gerhana terjadi.

Kepala Observatorium Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam, Pabelan, Sukoharjo, AR Sugeng Riyadi mengatakan, pihaknya kini tengah menyiapkan untuk live streaming nasional saat berlangsungnya gerhana matahari.

Pengamatan di observatorium akan dihubungkan dengan website Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Website Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Perlengkapan untuk live streaming kini tengah dipasang PT Telkom. Sebagaimana daerah lain di Jawa Tengah, gerhana matahari yang berlangsung tidak total, melainkan sekitar 88%.

“Proses gerhana matahari diperkirakan akan berlangsung mulai pukul 06.20 WIB. Sedangkan puncaknya pada pukul 07.24 WIB,” kata Sugeng Riyadi saat sosialisasi gerhana matahari di area Car Free Day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (6/3/2016).

Saat gerhana matahari, observatorium Pondok Pesantren Assalam juga akan menyiapkan live streaming untuk para santri dan pegawainya.

Selain itu juga disediakan LCD raksasa untuk umum dan kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari secara langsung.

Selain itu juga disiapkan dua teleskop bagi siapa saja yang ingin memotret serta satu teleskop untuk live streaming.

Ketika puncak gerhana, di Kota Solo dan sekitarnya suasananya akan menjadi remang remang.

Bahkan, suasana lebih gelap dibanding di jam yang sama matahari tertutup oleh mendung. Ketika gerhana, matahari terlihat bukan seperti lingkaran kuning. Bentuknya akan terlihat seperti sabit putih di pinggir selatan.

“Mulai pukul 06.20 WIB, lingkaran putih disentuh lingkaran hitam permukaan bulan dan berlangsung semakin ke bawah. Lingkaran bulan akan melepas matahari pada pukul 08.36 WIB.

Masyarakat diharapkan tidak melewatkan momentum posisi bulan terletak diantara bumi dan matahari.

Sebab fenomena cahaya matahari tertutup bayangan bulan, baru akan terjadi lagi dalam waktu yang sangat lama. Seperti di Pulau Jawa, gerhana matahari total berlangsung pada 1983 silam.

Peristiwa serupa baru akan terjadi setelah 236 tahun kemudian. Atau pada tahun 2252 nanti.
“Jadi dari tahun 1983 sampai peristiwa sama berikutnya akan melewati tiga generasi,” terangnya.

Setelah gerhana matahari total di sejumlah bagian wilayah di Indonesia, fenomena alam itu pada tahun berikutnya akan berlangsung di Amerika.

Pihaknya ingin membalik anggapan yang terjadi di tahun 1983 lalu. Sebab kala itu, masyarakat merasa takut dan justru ngumpet di dalam rumah. Bahkan, kala itu juga ada larangan warga keluar rumah.

“Kami ingin merubah itu, dari ketakutan menjadi tidak takut menyaksikan fenomena gerhana matahari,” tegasnya.

Meski demikian, masyarakat sekali lagi diminta agar tidak melihat gerhana matahari dengan mata telanjang.

Ketika posisi bulan menutupi matahari dan piringan matahari agak lebar, mata memang tidak terasa silau. Namun resikonya merusak mata karena terkena radiasi ultra violet yang masuk terus.

“Kita tidak bisa melihat (radiasi sinar ultra violet) karena gelombangnya pendek,” sambungnya.

Masyarakat disarankan untuk memakai kacamata khusus yang terbuat dari bahan khusus neutral density (ND) 5.

Kacamata khusus itu mampu mereduksi 100 ribu kali radiasi matahari. Observatorium Assalam telah memproduksi sebanyak 2.300 kacamatan ND 5.

Saat ini, kacamata yang diperuntukkan untuk melihat gerhana matahari ini telah terjual 500. Satu keluarga diharapkan minimal memiliki satu kacamata ND 5 agar bisa dipakai bergantian untuk melihat gerhana matahari secara aman.

Fonema gerhana matahari di wilayah Solo dan sekitarnya akan berlangsung selama 2 jam 16 menit.

Meski memakai kacamata ND 5, namun diminta tidak melihat gerhana secara terus menerus. Dengan memakai kacamata ND 5, masyarakat diminta hanya melihat gerhana maksimal dua menit.

Sementara itu, Rafiq salah satu pengunjung CFD asal Sukoharjo mengaku akan melihat gerhana matahari bersama keluarganya di observatorium Ponpes Assalam, dia sudah membeli dua kacamata khusus ND 5 untuk melihat fenomena alam yang langka tersebut.

“Kebetulan pas hari libur tanggal merah. Jadi pada libur semuanya,” ujar Rafiq.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4290 seconds (0.1#10.140)