Jumlah Kaum LGBT di Klaten Meningkat
A
A
A
KLATEN - Jumlah kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, meningkat. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Klaten mencatat, ada 300 orang LGBT pada tahun 2014. Jumlah tersebut naik menjadi 418 orang pada tahun 2015.
Pegiat KPA Klaten Amin Bagus Panuntun mengatakan, data tersebut diperoleh dari hasil pemetaan KPA selama dua tahun. Menurutnya, sebagian pengidap LGBT masih berusia pelajar.
"Kebanyakan usia 17 tahun. Masih di bawah 20 tahun. Jumlahnya meningkat setiap tahun," katanya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan generasi muda terjebak menjadi LGBT. Amin menjelaskan, gaya hidup menjadi penyebab mudahnya generasi muda memutuskan menjadi LGBT. Iming-iming mendapat penghasilan besar dengan cara yang mudah seolah menjadi daya tarik tersendiri.
"Dari beberapa LGBT yang kami wawancarai, mereka beralasan faktor ekonomi, pemenuhan gaya hidup. Misalnya ingin memiliki ponsel baru kemudian rela menjual diri," ucapnya.
LGBT yang menjajakan diri ini menyebut dirinya dengan istilah 'kucing'. Umumnya transaksi dilakukan hanya kalangan terbatas semisal komunitas.
Menurut Amin, LGBT rentan terhadap penularan HIV/AIDS jika melakukan hubungan seksual tidak aman. Maka, dibutuhkan pendekatan inovatif dan persuasif untuk mengubah perilaku LGBT dan menjaga kesehatan reproduksi.
KPA mencatat, penderita AIDS dari kalangan LGBT naik sekitar 20 persen setiap tahun. Pada 2014, hanya 18 penderita AIDS dari golongan LGBT. Jumlah tersebut meningkat pesat, ada 32 penderita AIDS golongan LGBT per Januari 2016.
"Sosialisasi terus kami lakukan karena data itu hanya fenomena gunung es. Kami mendorong agar LGBT mau melakukan tes HIV atau VCT. Karena pengalaman kami beberapa waktu lalu, dari 100 LGBT yang akan dites VCT ternyata hanya 10 saja yang mau ikut tes," keluhnya.
Pegiat KPA Klaten Amin Bagus Panuntun mengatakan, data tersebut diperoleh dari hasil pemetaan KPA selama dua tahun. Menurutnya, sebagian pengidap LGBT masih berusia pelajar.
"Kebanyakan usia 17 tahun. Masih di bawah 20 tahun. Jumlahnya meningkat setiap tahun," katanya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan generasi muda terjebak menjadi LGBT. Amin menjelaskan, gaya hidup menjadi penyebab mudahnya generasi muda memutuskan menjadi LGBT. Iming-iming mendapat penghasilan besar dengan cara yang mudah seolah menjadi daya tarik tersendiri.
"Dari beberapa LGBT yang kami wawancarai, mereka beralasan faktor ekonomi, pemenuhan gaya hidup. Misalnya ingin memiliki ponsel baru kemudian rela menjual diri," ucapnya.
LGBT yang menjajakan diri ini menyebut dirinya dengan istilah 'kucing'. Umumnya transaksi dilakukan hanya kalangan terbatas semisal komunitas.
Menurut Amin, LGBT rentan terhadap penularan HIV/AIDS jika melakukan hubungan seksual tidak aman. Maka, dibutuhkan pendekatan inovatif dan persuasif untuk mengubah perilaku LGBT dan menjaga kesehatan reproduksi.
KPA mencatat, penderita AIDS dari kalangan LGBT naik sekitar 20 persen setiap tahun. Pada 2014, hanya 18 penderita AIDS dari golongan LGBT. Jumlah tersebut meningkat pesat, ada 32 penderita AIDS golongan LGBT per Januari 2016.
"Sosialisasi terus kami lakukan karena data itu hanya fenomena gunung es. Kami mendorong agar LGBT mau melakukan tes HIV atau VCT. Karena pengalaman kami beberapa waktu lalu, dari 100 LGBT yang akan dites VCT ternyata hanya 10 saja yang mau ikut tes," keluhnya.
(zik)