Dwi Sulistyorini, Dokter Hewan Berprestasi se-DIY
A
A
A
KULON PROGO - Dwi Sulistyorini, dokter hewan yang bertugas di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Galur terpilih menjadi dokter hewan berprestasi tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2015.
Alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini akan mewakili DIY dalam lomba dokter hewan berprestasi tingkat nasional.
Dia terpilih karena kemampuan dan keterampilan dalam mendiagnosa penyakit gangguan reproduksi menggunakan alat Ultrasonografi (USG).
Keberhasilan ini tidak lepas dari pengabdiannya sebagai dokter hewan sejak 2004 silam, sebagai tenaga honorer. Dahulu, untuk memeriksa masalah reproduksi sapi hanya bisa dilakukan dengan perectal (melihat dari anus). Namun, dengan adanya kemajuan teknologi, hadir USG.
USG masih menjadi alat baru bagi perkembangan dunia ternak. Alat ini baru sekitar 1,5 tahun muncul dan jumlahnya masih terbatas.
Di Kulon Progo juga baru ada satu unit dan di Sleman tiga unit. Untuk belajar sendiri masih terbatas dan mendapatkan bimbingan dari kampus Dwi, UGM.
"Memang yang bisa memanfaatkan masih terbatas, karena memang alat ini baru," jelasnya, Rabu (10/2/2016).
Proses seleksi dan lomba ini diawali dari tingkat kabupaten. Dwi Sulistyorini menjadi yang terbaik dan berhak mewakili Kulon Progo di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Beruntung, di lomba antarkabupaten di DIY, dia kembali menjadi yang pertama untuk maju tingkat nasional.
Menurutnya, selama mengunakan alat ini, dia sudah banyak melakukan pemeriksaan. Bahkan, dari diagnosa yang ada, permasalahan reproduksi sapi ini sudah bisa diatasi. Sapi-sapi itu sudah bisa bunting dan melahirkan anak.
"Harapan saya ketika sapi itu bisa bunting, akan berdampak pada populasi yang meningkat. Karena di Kulon Progo cenderung menurun," jelasnya.
Dia mengakui,untuk bisa menyelesaikan permasalahan kesehatan ternak, termasuk reproduksi, butuh lima elemen pendukung yakni ternak, pakan, peternak, kandang, dan petugas.
Kadang sapi yang tidak bunting dan sudah ditangani malah dijual. Padahal, menjual sapi betina itu harganya murah.
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Kepenak) Kulon Progo Sudarno mengatakan, Dwi Sulistyorini mampu dan terampil dalam menggunakan USG.
Pemakaian USG dalam medic veterine merupakan hal baru di Indonesia. Ini sangat mendukung tugasnya menangani penyakit gangguan reproduksi.
"Dengan adanya penanganan ini diharapkan mampu meningkatkan populasi sapi guna mendukung swasembada daging sapi," jelas Sudarno.
Alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini akan mewakili DIY dalam lomba dokter hewan berprestasi tingkat nasional.
Dia terpilih karena kemampuan dan keterampilan dalam mendiagnosa penyakit gangguan reproduksi menggunakan alat Ultrasonografi (USG).
Keberhasilan ini tidak lepas dari pengabdiannya sebagai dokter hewan sejak 2004 silam, sebagai tenaga honorer. Dahulu, untuk memeriksa masalah reproduksi sapi hanya bisa dilakukan dengan perectal (melihat dari anus). Namun, dengan adanya kemajuan teknologi, hadir USG.
USG masih menjadi alat baru bagi perkembangan dunia ternak. Alat ini baru sekitar 1,5 tahun muncul dan jumlahnya masih terbatas.
Di Kulon Progo juga baru ada satu unit dan di Sleman tiga unit. Untuk belajar sendiri masih terbatas dan mendapatkan bimbingan dari kampus Dwi, UGM.
"Memang yang bisa memanfaatkan masih terbatas, karena memang alat ini baru," jelasnya, Rabu (10/2/2016).
Proses seleksi dan lomba ini diawali dari tingkat kabupaten. Dwi Sulistyorini menjadi yang terbaik dan berhak mewakili Kulon Progo di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Beruntung, di lomba antarkabupaten di DIY, dia kembali menjadi yang pertama untuk maju tingkat nasional.
Menurutnya, selama mengunakan alat ini, dia sudah banyak melakukan pemeriksaan. Bahkan, dari diagnosa yang ada, permasalahan reproduksi sapi ini sudah bisa diatasi. Sapi-sapi itu sudah bisa bunting dan melahirkan anak.
"Harapan saya ketika sapi itu bisa bunting, akan berdampak pada populasi yang meningkat. Karena di Kulon Progo cenderung menurun," jelasnya.
Dia mengakui,untuk bisa menyelesaikan permasalahan kesehatan ternak, termasuk reproduksi, butuh lima elemen pendukung yakni ternak, pakan, peternak, kandang, dan petugas.
Kadang sapi yang tidak bunting dan sudah ditangani malah dijual. Padahal, menjual sapi betina itu harganya murah.
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Kepenak) Kulon Progo Sudarno mengatakan, Dwi Sulistyorini mampu dan terampil dalam menggunakan USG.
Pemakaian USG dalam medic veterine merupakan hal baru di Indonesia. Ini sangat mendukung tugasnya menangani penyakit gangguan reproduksi.
"Dengan adanya penanganan ini diharapkan mampu meningkatkan populasi sapi guna mendukung swasembada daging sapi," jelas Sudarno.
(zik)