Gunung Bromo Muntahkan Material Pasir dan Kerikil
A
A
A
PROBOLINGGO - Aktivitas vulkanik Gunung Bromo terus menunjukkan peningkatan. Selain melontarkan lava pijar, gunung dengan ketinggian 2.329 mdpl tersebut juga mulai memuntahkan material berupa pasir dan kerikil, Jumat (29/1/2016).
Lontaran material vulkanik berupa pasir dan kerikil yang keluar dari kawah Gunung Bromo tersebut diawali dengan gempa letusan dan suara gemuruh yang terjadi terus menerus.
Lontaran material pasir dan kerikil terjadi di kawasan kaldera atau lautan pasir. Sementara, material vulkanik berupa pasir, paling jauh mencapai radius 5 km dari kawah Gunung Bromo.
Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari mengungkapkan, lontaran material vulkanik berupa pasir dan kerikil paling banyak terjadi di kawasan kaldera. Intensitas lontaran material vulkanik ini juga cenderung mengalami kenaikan pada radius 2,5 km.
"Di kawasan lautan pasir sudah terjadi hujan pasir dan kerikil. Kami sudah memerintahkan petugas TNBTS untuk menjauhi zona kaldera Gunung Bromo," kata Ayu Dewi Utari.
Menurut Ayu Dewi, meski aktivitas Gunung Bromo terus mengalami peningkatan, statusnya masih tetap Siaga dan belum meningkat menjadi Awas. Para wisatawan masih bisa menikmati keindahan panorama yang terkenal eksotik tersebut dari zona aman.
"Panorama keindahan Gunung Bromo tetap aman untuk dinikmati di lokasi-lokasi zona aman di Cemoro Lawang (Kabupaten Probolinggo) Bukit Penanjakan, Bukit Cinta, Bukit Setia dan Ndingklik (Kabupaten Pasuruan)," tandas Ayu Dewi Utari.
Sementara itu, Kasubdit Evaluasi Potensi Bencana Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik gunungapi ditandai dengan terjadinya gempa letusan dan lontaran material dari dalam perut gunung.
Material vulkanik tersebut terbagi dalam tiga ketogori, yakni butiran abu, lapili berupa pasir dan kerikil yang berukuran 2-64 milimeter (mm) dan 64 mm hingga 6,4 cm. Sedangkan kategori bomb blok berukuran di atas 6,4 cm.
"Puncak erupsi gunungapi tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. Tetapi terjadinya gempa letusan dan lontaran material vulkanik yang terus meningkat, bisa menjadi salah satu indikator untuk memprediksinya," kata Agus Budianto.
Jika dibandingkan erupsi tahun 2010 yang berlangsung selama 10 bulan, kata Agus Budianto, fase erupsi Gunung Bromo saat ini masih jauh dari puncaknya. Sehingga, perlu dilakukan monitoring aktivitas vulkanik secara terus menerus dari Pos Pantau Cemoro Lawang.
Lontaran material vulkanik berupa pasir dan kerikil yang keluar dari kawah Gunung Bromo tersebut diawali dengan gempa letusan dan suara gemuruh yang terjadi terus menerus.
Lontaran material pasir dan kerikil terjadi di kawasan kaldera atau lautan pasir. Sementara, material vulkanik berupa pasir, paling jauh mencapai radius 5 km dari kawah Gunung Bromo.
Kepala Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari mengungkapkan, lontaran material vulkanik berupa pasir dan kerikil paling banyak terjadi di kawasan kaldera. Intensitas lontaran material vulkanik ini juga cenderung mengalami kenaikan pada radius 2,5 km.
"Di kawasan lautan pasir sudah terjadi hujan pasir dan kerikil. Kami sudah memerintahkan petugas TNBTS untuk menjauhi zona kaldera Gunung Bromo," kata Ayu Dewi Utari.
Menurut Ayu Dewi, meski aktivitas Gunung Bromo terus mengalami peningkatan, statusnya masih tetap Siaga dan belum meningkat menjadi Awas. Para wisatawan masih bisa menikmati keindahan panorama yang terkenal eksotik tersebut dari zona aman.
"Panorama keindahan Gunung Bromo tetap aman untuk dinikmati di lokasi-lokasi zona aman di Cemoro Lawang (Kabupaten Probolinggo) Bukit Penanjakan, Bukit Cinta, Bukit Setia dan Ndingklik (Kabupaten Pasuruan)," tandas Ayu Dewi Utari.
Sementara itu, Kasubdit Evaluasi Potensi Bencana Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik gunungapi ditandai dengan terjadinya gempa letusan dan lontaran material dari dalam perut gunung.
Material vulkanik tersebut terbagi dalam tiga ketogori, yakni butiran abu, lapili berupa pasir dan kerikil yang berukuran 2-64 milimeter (mm) dan 64 mm hingga 6,4 cm. Sedangkan kategori bomb blok berukuran di atas 6,4 cm.
"Puncak erupsi gunungapi tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. Tetapi terjadinya gempa letusan dan lontaran material vulkanik yang terus meningkat, bisa menjadi salah satu indikator untuk memprediksinya," kata Agus Budianto.
Jika dibandingkan erupsi tahun 2010 yang berlangsung selama 10 bulan, kata Agus Budianto, fase erupsi Gunung Bromo saat ini masih jauh dari puncaknya. Sehingga, perlu dilakukan monitoring aktivitas vulkanik secara terus menerus dari Pos Pantau Cemoro Lawang.
(zik)