Dokter Rica Eks Gafatar Masih Tahap Pemulihan
A
A
A
YOGYAKARTA - Proses pemulihan kembali pada korban eks Gafatar tidaklah mudah. Sebab, mereka sudah dicuci otak sehingga melakukan sesuatu diluar norma yang berlaku. Butuh pendampingan supaya mereka kembali pulih ke kehidupan normal.
"Dokter Rica (Tri Handayani) itu belum pulih betul, jangankan dengan orang lain, dengan suaminya saja tidak respon. Ketika bisa merespon, belum bisa nyambung," kata Wakil Ketua DPRD DIY Arief Noer Hartanto, saat menerima perwakilan keluarga korban Gafatar dikantornya, Jum'at (22/1/2016).
Arief mengaku sempat menemui dokter Rica dan suaminya pasca ditemukan polisi dan dipulangkan ke Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
"Ya memang dokter Rica belum boleh ditemui, karena sedang masa pemulihan, belum tau sampai kapan," kata pria yang tinggal di Kotagede ini.
Arief sependapat dengan langkah Pemda DIY untuk menampung dahulu korban eks Gafatar di suatu tempat setiba di Yogyakarta dari Kalimantan.
Selanjutnya, dilakukan deradikalisasi supaya menetralisir paham-paham radikal melakukan pendekatan interdisipliner, seperti dari aspek hukum, agama dan keyakinan, psikologi, dan sosial budaya.
"Setelah dipulihkan, baru bisa dikembalikan ke lingkungan keluarga. Langkah rehabilitasi ini perlu agar mereka (eks Gafatar) bisa kembali ke kehidupan normal," jelasnya.
Pemulihan eks Gafatar nantinya, kata Arief, melibatkan berbagai kalangan, seperti akademisi, ulama, tokoh agama, hingga masyarakat lain yang berkompeten.
"Dokter Rica (Tri Handayani) itu belum pulih betul, jangankan dengan orang lain, dengan suaminya saja tidak respon. Ketika bisa merespon, belum bisa nyambung," kata Wakil Ketua DPRD DIY Arief Noer Hartanto, saat menerima perwakilan keluarga korban Gafatar dikantornya, Jum'at (22/1/2016).
Arief mengaku sempat menemui dokter Rica dan suaminya pasca ditemukan polisi dan dipulangkan ke Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
"Ya memang dokter Rica belum boleh ditemui, karena sedang masa pemulihan, belum tau sampai kapan," kata pria yang tinggal di Kotagede ini.
Arief sependapat dengan langkah Pemda DIY untuk menampung dahulu korban eks Gafatar di suatu tempat setiba di Yogyakarta dari Kalimantan.
Selanjutnya, dilakukan deradikalisasi supaya menetralisir paham-paham radikal melakukan pendekatan interdisipliner, seperti dari aspek hukum, agama dan keyakinan, psikologi, dan sosial budaya.
"Setelah dipulihkan, baru bisa dikembalikan ke lingkungan keluarga. Langkah rehabilitasi ini perlu agar mereka (eks Gafatar) bisa kembali ke kehidupan normal," jelasnya.
Pemulihan eks Gafatar nantinya, kata Arief, melibatkan berbagai kalangan, seperti akademisi, ulama, tokoh agama, hingga masyarakat lain yang berkompeten.
(nag)