Aneka Ilmu Tak Tahu Sampul Alquran Dibuat Terompet
A
A
A
SEMARANG - PT Aneka Ilmu selaku pencetak sampul Alquran mengaku tidak tahu perihal penggunaan kertas sampul tersebut untuk bahan terompet yang bikin heboh.
Presiden Direktur PT Aneka Ilmu Suwanto mengakui sampul Alquran yang digunakan untuk pembuatan terompet tahun baru adalah cetakan Aneka Ilmu. Hanya saja, sampul tersebut sudah dijual pada tahun 2013 kepada Sunardi, warga Semanggi, Klaten, Jawa Tengah. Sunardi adalah rekanan dari PT Aneka Ilmu dan sudah 20 tahun bekerja sama.
Dia mengakui, kertas tersebut memang untuk dimusnahkan, tapi sesuai prosedur perusahaan harus melalui pengepul untuk didaur ulang dan dimanfaatkan. Pada saat itu pengepulnya adalah Sunardi.
"Kami tidak mengetahui apabila sampul tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan terompet. Bahkan Sunardi saat dikonfirmasi juga tidak mengetahui akan digunakan untuk pembuatan terompet," katanya, Rabu (30/12/2015).
Dia menceritakan, kejadian tersebut bermula pada tahun 2013. Saat itu PT Aneka Ilmu mendapatkan pesanan 1.620.000 Alquran dan 800 Juzz Amma dari Kementerian Agama (Kemenag).
"Untuk pembuatan Alquran itu dibutuhkan bahan baku mencapai 80 ton kertas secara keseluruhan," ceritanya.
Pada saat pengerjaan sudah mencapai 75 persen, perusahaan PT Aneka Ilmu yang berada di Jalan Raya Semarang-Demak Km 8,5 Semarang, terkena musibah banjir besar.
Pada bencana tersebut, 200 ribu lembar atau kurang lebih dua ton masih bisa diselamatkan, sementara sisanya rusak dan langsung dimusnahkan. "Kita simpan dengan harapan tahun berikutnya mendapatkan proyek lagi," katanya.
Hanya saja, pada tahun 2014 PT Aneka Ilmu tidak mendapatkan proyek dari Kemenag. Karena itu, 200 ribu lembar atau kurang lebih dua ton sisa kertas akhirnya dijual.
Ketua MUI Jateng Ahmad Daroji membenarkan jika sampul Alquran yang digunakan untuk bahan baku terompet berasal dari PT Aneka Ilmu selaku perusahaan percetakan.
"Lembaran sampul yang dijadikan terompet merupakan sisa hasil proyek pengadaan Alquran dari Kementerian Agama di era Suryadharma Ali dan merupakan sampul bekas saat terkena musibah banjir," ujarnya.
MUI Jateng mengimbau para ulama untuk mengingatkan masyarakat agar tidak terprovokasi. "Kasus ini, murni ketidaksengajaan, sehingga masyarakat jangan mudah terprovokasi," katanya.
Presiden Direktur PT Aneka Ilmu Suwanto mengakui sampul Alquran yang digunakan untuk pembuatan terompet tahun baru adalah cetakan Aneka Ilmu. Hanya saja, sampul tersebut sudah dijual pada tahun 2013 kepada Sunardi, warga Semanggi, Klaten, Jawa Tengah. Sunardi adalah rekanan dari PT Aneka Ilmu dan sudah 20 tahun bekerja sama.
Dia mengakui, kertas tersebut memang untuk dimusnahkan, tapi sesuai prosedur perusahaan harus melalui pengepul untuk didaur ulang dan dimanfaatkan. Pada saat itu pengepulnya adalah Sunardi.
"Kami tidak mengetahui apabila sampul tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan terompet. Bahkan Sunardi saat dikonfirmasi juga tidak mengetahui akan digunakan untuk pembuatan terompet," katanya, Rabu (30/12/2015).
Dia menceritakan, kejadian tersebut bermula pada tahun 2013. Saat itu PT Aneka Ilmu mendapatkan pesanan 1.620.000 Alquran dan 800 Juzz Amma dari Kementerian Agama (Kemenag).
"Untuk pembuatan Alquran itu dibutuhkan bahan baku mencapai 80 ton kertas secara keseluruhan," ceritanya.
Pada saat pengerjaan sudah mencapai 75 persen, perusahaan PT Aneka Ilmu yang berada di Jalan Raya Semarang-Demak Km 8,5 Semarang, terkena musibah banjir besar.
Pada bencana tersebut, 200 ribu lembar atau kurang lebih dua ton masih bisa diselamatkan, sementara sisanya rusak dan langsung dimusnahkan. "Kita simpan dengan harapan tahun berikutnya mendapatkan proyek lagi," katanya.
Hanya saja, pada tahun 2014 PT Aneka Ilmu tidak mendapatkan proyek dari Kemenag. Karena itu, 200 ribu lembar atau kurang lebih dua ton sisa kertas akhirnya dijual.
Ketua MUI Jateng Ahmad Daroji membenarkan jika sampul Alquran yang digunakan untuk bahan baku terompet berasal dari PT Aneka Ilmu selaku perusahaan percetakan.
"Lembaran sampul yang dijadikan terompet merupakan sisa hasil proyek pengadaan Alquran dari Kementerian Agama di era Suryadharma Ali dan merupakan sampul bekas saat terkena musibah banjir," ujarnya.
MUI Jateng mengimbau para ulama untuk mengingatkan masyarakat agar tidak terprovokasi. "Kasus ini, murni ketidaksengajaan, sehingga masyarakat jangan mudah terprovokasi," katanya.
(zik)