Gara-gara Tak Dibelikan Sepatu, Siswa SD di Blitar Gantung Diri

Senin, 02 November 2015 - 17:25 WIB
Gara-gara Tak Dibelikan Sepatu, Siswa SD di Blitar Gantung Diri
Gara-gara Tak Dibelikan Sepatu, Siswa SD di Blitar Gantung Diri
A A A
BLITAR - Mohammad Andri Ariyanto, bocah berusia 10 tahun asal Desa Sukoanyar, Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar ditemukan tidak bernyawa di dalam kamarnya.

Jasad Andri tergantung dengan tali pramuka menjerat batang lehernya. Informasinya, siswa kelas 4 SD Negeri Suko Anyar II Kecamatan Kesamben nekat bunuh diri gara gara tidak dibelikan sepatu oleh orang tuanya.

"Saat ini kita masih menyelidiki kasusnya. Dugaan sementara bunuh diri, " ujar Kasubag Humas Polres Blitar AKP Wisnu Wardhana kepada wartawan Senin (2/11/2015). Peristiwa itu terjadi pada Sabtu 31 Oktober 2015 lalu.

Santi (15) sepupu korban yang pertama kali melihat pemandangan menakutkan itu. Tali pramuka itu terkait diatap kamar. Sedangkan ujung yang lain melilit leher Andri.

Santi yang hendak meminjam bantal langsung histeris ketakutan menyaksikan jasad sepupunya tergantung tak bernyawa.

Informasi yang diterima penyidik, sebelum ditemukan tewas korban dan Santi sempat bermain bersama di halaman rumah.

Di tengah permainan Andri mengaku mengantuk dan langsung masuk ke dalam kamar. Ia menutup pintu dari dalam. "Keterangan ayah korban tidak biasanya anaknya tidur dengan kamar tertutup, " timpal Wisnu.

Sebelum ditemukan tewas, Andri sempat memohon kepada Imam Sahroni (50) ayahnya untuk dibelikan sepatu baru. Bocah itu mengeluh kerap dibully temannya di sekolah gara-gara kondisi sepatunya yang usang.

Menurut Wisnu, karena keterbatasan ekonomi ayah korban belum sempat memenuhi permintaan anaknya. Maklumlah Imam hanya seorang buruh tani kecil. Sedangan Nuraini istrinya bekerja sebagai buruh migran di Negara Malaysia.

Nuraini menjadi TKW sejak korban berusia tiga tahun. "Informasi yang kami himpun korban nekat mengakhiri hidup karena tidak juga dibelikan sepatu. Sementara di sekolahan sering diejek teman temanya, " timpal Wisnu.

Meskipun dugaan awal bunuh diri bermotifkan ekonomi, polisi terus mengembangkan penyelidikan. Semua saksi termasuk orang tua dan kerabat dimintai keterangan.

Imam Sahroni di depan petugas menuturkan tidak menyangka kalau anaknya sampai berbuat nekat. Anaknya, kata dia memang meminta sepatu baru karena tidak tahan diejek teman temanya.

"Tidak menyangka kalau sampai seperti ini. Padahal saya berencana akan membelikan kalau uang sudah terkumpul, " tutur Imam kepada petugas.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Totok Subihandono mengaku belum menerima laporan kasus bunuh diri siswa gara-gara tidak tahan dibully.

Totok berjanji akan memanggil sekolah terkait untuk meminta penjelasan. "Kita secepatnya akan meminta keterangan pihak sekolah. Hal itu sebagai antisipasi agar kasus tidak terulang lagi, " tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3245 seconds (0.1#10.140)