Ukur Rel, 3 Pekerja PT KAI Disambar Kaligung
A
A
A
BATANG - Nahas dialami tiga pekerja PT Kereta Api Indonesia (KAI). Mereka tewas tersambar kereta api saat sedang bekerja mengukur rel di Km+900 Du kuh Celong, Desa Kedawung, Kecamatan Banyu putih, Batang sekitar pukul 10.45 WIB kemarin.
Ketiga korban tersebut, yak ni Shidqul Ahdi, 24, warga Kelurahan Dekoro, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan; EkoHandoko, 25, danA bidin, 16, keduanya merupakan warga Desa Ketanggan, Kecamat an Gringsing, Kabu paten Batang.
“Korban kami temukan sudah dalam kondisi korban berantakan. Ketiga korban mengalami luka yang parah. Shidqul dan Eko tubuhnya hancur berantakan. Sedangkan Abi din pecah pada bagian kepalanya. Ini saya masih membawa jenazah ke Puskesmas Subah,” kata Kapolsek Limpung AKP Ra harja.
Kapolsek menuturkan, berdasarkan keterangan dari sejumlah saksi, kecelakaan tersebut terjadi ketika ketiga korban sedang bekerja mengukur rel atau opnam lengkur di Dukuh Celong, Desa Kedawung tepatnya KM 54+900. Tiba-tiba, dari arah barat melaju KA Kaligung No Loko CC 2018331 jurusan Tegal-Semarang yang dimasinisi Masduki, 50.
“Jadi saat para korban sedang bekerja, tanpa disadari dari arah barat melaju kereta dari arah barat (Tegal) hingga menabrak para korban. Para korban terseret kurang lebih 50 meter dan meninggal dunia di tempat dalam kondisi hancur tak beraturan,” katanya.
Raharja mengatakan proses evakuasi para korban mengalami kendalakarenalokasikecelakaan jauh dari kawasan permukiman penduduk. “Evakuasi sekitar 4 jam setelah kejadian tersebut, kemudian kami bawa ke Puskesmas Subah,” ungkapnya.
Warga setempat ber nama Casmadi, 56, mengaku tidak mengetahui persis kejadian tersebut. Warga yang mengetahui kejadian tersebut langsung melaporkannya kepada perangkat desa setempat dan dilanjutkan ke Polsek Limpung.
“Kurang tahu persis kejadiannya. Saat para korban sedang bekerja, tiba-tiba ditabrak kereta dari barat. Kemudian warga melapor ke desa dan polisi,” ujarnya. Hingga tadi malam jenazah korban masih berada di Puskesmas Subah. Kasus kecelakaan tersebut masih dalam penanganan petugas kepolisian setempat.
Dilarang Berangkat
Paman Shidqul, Muhtadi, 51, mengungkapkan pihak keluarga mendapat kabar duka tersebut sekitar pukul 14.00 WIB dari seorang teman korban. “Kami kaget mendengar kabar itu. Nggak nyangka. Temannya datang ke rumahnya, ngasih kabar dengan tangan gemetar. Ternyata kabar duka. Kemudian ayah dan adiknya menyusul ke puskesmas. Sampai sekarang belum pulang,” ujarnya.
Shidqul merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ahmad ujang, 50, dan Zahrullah, 45. “Setahu saya, dia anaknya (korban) lurus-lurus saja. Tidak pernah aneh-aneh atau nakal,” ucap Muhtadi. Menurut Muhtadi, korban sudah bekerja di PT KAI Sekitar empat tahun. Shidqul bekerja sejak lulus SMA 1 Pekalongan.
“Mungkin sudah sekitar 4 ta hun bekerja. Setelah lulus SMA langsung kerja di kereta api itu. Biasanya berangkat pagi dan pulang sore. Tapi shift , cuma saya tidak hafal shiftnya,” ucapnya. Muhtadi menerangkan, ibu korban sempat memiliki fi rasat terhadap korban. Sebab, korban sempat merasa lemas sebelum berangkat bekerja pada Jumat pagi.
“Sehingga ibu nya sempat melarang Shidqul untuk berangkat kerja. Namun mungkin karena sudah menjadi tugasnya, jadi dia (korban) tetap nekat berangkat. Nggak tahunya kok malah ada musibah ini,” ujarnya. Salah seorang teman korban, Shanny mengungkapkan bahwa korban sosok yang periang. Selain itu, korban suka bercanda. “Dia (korban) suka bercanda dan pandai bergaul,” katanya.
Dia juga tidak menyangka kehilangan salah seorang teman dekatnya itu. Bahkan, dia sempat marah saat mendapat kabar duka tersebut. “Teman yang ngabari kalau Shidqul meninggal sempat saya marahi. Sebab saya tidak percaya kalau dia (korban) meninggal begitu cepat,” tandas Shanny.
Prahayuda febrianto
Ketiga korban tersebut, yak ni Shidqul Ahdi, 24, warga Kelurahan Dekoro, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan; EkoHandoko, 25, danA bidin, 16, keduanya merupakan warga Desa Ketanggan, Kecamat an Gringsing, Kabu paten Batang.
“Korban kami temukan sudah dalam kondisi korban berantakan. Ketiga korban mengalami luka yang parah. Shidqul dan Eko tubuhnya hancur berantakan. Sedangkan Abi din pecah pada bagian kepalanya. Ini saya masih membawa jenazah ke Puskesmas Subah,” kata Kapolsek Limpung AKP Ra harja.
Kapolsek menuturkan, berdasarkan keterangan dari sejumlah saksi, kecelakaan tersebut terjadi ketika ketiga korban sedang bekerja mengukur rel atau opnam lengkur di Dukuh Celong, Desa Kedawung tepatnya KM 54+900. Tiba-tiba, dari arah barat melaju KA Kaligung No Loko CC 2018331 jurusan Tegal-Semarang yang dimasinisi Masduki, 50.
“Jadi saat para korban sedang bekerja, tanpa disadari dari arah barat melaju kereta dari arah barat (Tegal) hingga menabrak para korban. Para korban terseret kurang lebih 50 meter dan meninggal dunia di tempat dalam kondisi hancur tak beraturan,” katanya.
Raharja mengatakan proses evakuasi para korban mengalami kendalakarenalokasikecelakaan jauh dari kawasan permukiman penduduk. “Evakuasi sekitar 4 jam setelah kejadian tersebut, kemudian kami bawa ke Puskesmas Subah,” ungkapnya.
Warga setempat ber nama Casmadi, 56, mengaku tidak mengetahui persis kejadian tersebut. Warga yang mengetahui kejadian tersebut langsung melaporkannya kepada perangkat desa setempat dan dilanjutkan ke Polsek Limpung.
“Kurang tahu persis kejadiannya. Saat para korban sedang bekerja, tiba-tiba ditabrak kereta dari barat. Kemudian warga melapor ke desa dan polisi,” ujarnya. Hingga tadi malam jenazah korban masih berada di Puskesmas Subah. Kasus kecelakaan tersebut masih dalam penanganan petugas kepolisian setempat.
Dilarang Berangkat
Paman Shidqul, Muhtadi, 51, mengungkapkan pihak keluarga mendapat kabar duka tersebut sekitar pukul 14.00 WIB dari seorang teman korban. “Kami kaget mendengar kabar itu. Nggak nyangka. Temannya datang ke rumahnya, ngasih kabar dengan tangan gemetar. Ternyata kabar duka. Kemudian ayah dan adiknya menyusul ke puskesmas. Sampai sekarang belum pulang,” ujarnya.
Shidqul merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ahmad ujang, 50, dan Zahrullah, 45. “Setahu saya, dia anaknya (korban) lurus-lurus saja. Tidak pernah aneh-aneh atau nakal,” ucap Muhtadi. Menurut Muhtadi, korban sudah bekerja di PT KAI Sekitar empat tahun. Shidqul bekerja sejak lulus SMA 1 Pekalongan.
“Mungkin sudah sekitar 4 ta hun bekerja. Setelah lulus SMA langsung kerja di kereta api itu. Biasanya berangkat pagi dan pulang sore. Tapi shift , cuma saya tidak hafal shiftnya,” ucapnya. Muhtadi menerangkan, ibu korban sempat memiliki fi rasat terhadap korban. Sebab, korban sempat merasa lemas sebelum berangkat bekerja pada Jumat pagi.
“Sehingga ibu nya sempat melarang Shidqul untuk berangkat kerja. Namun mungkin karena sudah menjadi tugasnya, jadi dia (korban) tetap nekat berangkat. Nggak tahunya kok malah ada musibah ini,” ujarnya. Salah seorang teman korban, Shanny mengungkapkan bahwa korban sosok yang periang. Selain itu, korban suka bercanda. “Dia (korban) suka bercanda dan pandai bergaul,” katanya.
Dia juga tidak menyangka kehilangan salah seorang teman dekatnya itu. Bahkan, dia sempat marah saat mendapat kabar duka tersebut. “Teman yang ngabari kalau Shidqul meninggal sempat saya marahi. Sebab saya tidak percaya kalau dia (korban) meninggal begitu cepat,” tandas Shanny.
Prahayuda febrianto
(ftr)