Ida Ayu Premayanti, Bangga Harumkan Nama Denpasar
A
A
A
DENPASAR - Mewakili Denpasar di ajang Pemilihan Ratu Bunga dalam Tomohon Flower Festival yang digelar di Tomohon, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu, tentu membawa kesan tersendiri bagi Ida Ayu Premayanti.
Bayangkan saja, Dayu harus menggunakan kostum yang dirancang khusus dengan berat 18 kg. Perempuan berkulit putih ini mengaku sempat mengalami kesulitan karena harus merakit sendiri pakaian yang dibawa dari Bali.
"Berangkat ke Tomohon sendiri, jadi mau tidak mau harus melakukannya sendiri. Untuk rakit baju saja perlu waktu sekitar tiga jam. Sempat tidak yakin, tapi berkat dukungan teman-teman dan keluarga dari Bali, akhirnya saya kembali percaya diri," katanya saat ditemui di Denpasar.
Mahasiswi Jurusan Agribisnis Universitas Udayana ini menyisihkan 19 finalis dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia dalam ajang Tomohon Flower Festival.
Dayu yang mengaku menyukai bunga teratai ini bangga karena bisa mengharumkan nama Bali, khususnya Denpasar, dalam kegiatan berskala nasional.
Juara II Teruna-Teruni Denpasar 2014 ini menyatakan sempat down karena penerbangannya ke Tomohon sempat tertunda akibat erupsi Gunung Raung.
"Sempat down banget, karena keberangkatan ditunda. Pikiran sudah tidak karuan, tapi mungkin karena sudah jalannya, akhirnya jadi berangkat, meskipun bagasi sempat over sampai 18 kg," jelasnya.
Perjuangan Dayu pun tidak sia-sia. Pada malam puncak pagelaran Tomohon Flowers Festival, Dayu menyabet gelar Runner Up I Best Custome. Dayu pun bangga bisa memperkenalkan bunga khas Bali yakni jepun dan jempiring.
"Di sana, pengetahuan finalis tentang bunga benar-benar menjadi poin utama. Kita harus mengetahui sejarah dan semua tentang bunga. Beruntung Bali sudah terkenal dengan keberadaan bunga Jepun yang memang identik dengan Bali," kata putri dari pasangan Ida Bagus Ketut Sutawan (alm) dan Jero Widari ini.
Perempuan kelahiran Denpasar, 11 September 1994 ini berharap Bali bisa meniru Tomohon yang benar-benar memanfaatkan bunga sebagai ikon daerahnya.
Menurutnya, Bali sudah memiliki bunga jepun yang memang identik dengan perempuan Bali. "Orang luar tuh berpikir, semua perempuan Bali pasti menggunakan jepun di rambutnya. Itu yang membuat saya bangga ketika memperkenalkan Bali."
Bayangkan saja, Dayu harus menggunakan kostum yang dirancang khusus dengan berat 18 kg. Perempuan berkulit putih ini mengaku sempat mengalami kesulitan karena harus merakit sendiri pakaian yang dibawa dari Bali.
"Berangkat ke Tomohon sendiri, jadi mau tidak mau harus melakukannya sendiri. Untuk rakit baju saja perlu waktu sekitar tiga jam. Sempat tidak yakin, tapi berkat dukungan teman-teman dan keluarga dari Bali, akhirnya saya kembali percaya diri," katanya saat ditemui di Denpasar.
Mahasiswi Jurusan Agribisnis Universitas Udayana ini menyisihkan 19 finalis dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia dalam ajang Tomohon Flower Festival.
Dayu yang mengaku menyukai bunga teratai ini bangga karena bisa mengharumkan nama Bali, khususnya Denpasar, dalam kegiatan berskala nasional.
Juara II Teruna-Teruni Denpasar 2014 ini menyatakan sempat down karena penerbangannya ke Tomohon sempat tertunda akibat erupsi Gunung Raung.
"Sempat down banget, karena keberangkatan ditunda. Pikiran sudah tidak karuan, tapi mungkin karena sudah jalannya, akhirnya jadi berangkat, meskipun bagasi sempat over sampai 18 kg," jelasnya.
Perjuangan Dayu pun tidak sia-sia. Pada malam puncak pagelaran Tomohon Flowers Festival, Dayu menyabet gelar Runner Up I Best Custome. Dayu pun bangga bisa memperkenalkan bunga khas Bali yakni jepun dan jempiring.
"Di sana, pengetahuan finalis tentang bunga benar-benar menjadi poin utama. Kita harus mengetahui sejarah dan semua tentang bunga. Beruntung Bali sudah terkenal dengan keberadaan bunga Jepun yang memang identik dengan Bali," kata putri dari pasangan Ida Bagus Ketut Sutawan (alm) dan Jero Widari ini.
Perempuan kelahiran Denpasar, 11 September 1994 ini berharap Bali bisa meniru Tomohon yang benar-benar memanfaatkan bunga sebagai ikon daerahnya.
Menurutnya, Bali sudah memiliki bunga jepun yang memang identik dengan perempuan Bali. "Orang luar tuh berpikir, semua perempuan Bali pasti menggunakan jepun di rambutnya. Itu yang membuat saya bangga ketika memperkenalkan Bali."
(zik)