Dari Bukit Tinggi, Kami Tetap Mengabdi

Minggu, 30 Agustus 2015 - 09:58 WIB
Dari Bukit Tinggi, Kami Tetap Mengabdi
Dari Bukit Tinggi, Kami Tetap Mengabdi
A A A
Sejarah kelahiran polisi wanita (polwan) sebagai bagian kekuatan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di Indonesia tak jauh berbeda dengan di negara lainnya.

Hakikatnya bertugas dalam penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan yang melibatkan kaum wanita baik korban maupun pelaku kejahatan. Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948, berawal dari kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat, saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II.

Menariknya saat itu anggota polwan hanya enam orang saja. Saat itu terjadi pengungsian b e s a rbesaran pria, wanita, dan anakanak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan. Untuk mencegah terjadinya p e - nyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi, tapi para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi digeledah secara fisik oleh polisi pria.

Seiring waktu terus berjalan, polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menangani masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika, dan masalah administrasi, tapi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas polisi pria. Kasus kenakalan anakanak dan remaja, kasus perkelahian antarpelajar yang terus meningkat, dan kasus kejahatan wanita yang memprihatinkan dewasa ini adalah tantangan amat serius korps polwan. Mereka dituntut lebih berperan dan membuktikan eksistensinya.

Kini posisi kapolres sudah banyak dipegang polwan di seluruh Indonesia. Bagaimana peranan polwan sampai saat ini? Tepat Senin, 1 September 2015 mendatang Korps Polwan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) merayakan hari jadinya ke-67 tahun. Tentu pasti ada perayaan dalam skala tertentu dengan penuh suka cita. Namun, setelah merayakan suka cita, bukan berarti bisa berlarut-larut.

Masih banyak tugas ke depan yang segera dituntaskan. Di masyarakat, polisi wanita masih dipandang sebelah mata. Hal ini tidak lepas dari harapan masyarakat terhadapsosokpolisi yang tegas, berwibawa, dan tanpa kompromi. Ini tidak hanya muncul dari polisi laki-laki sendiri, tapi juga dari polisi wanita tersebut. Memang harus diakui pada satu titik polwan sejauh ini masih belum mempunyai peran yang penting dalam jajaran kepolisian. Polwan lebih banyak bertugas mengenai masalah administrasi.

Karena polisi laki-laki tidak terlalu suka dengan pekerjaan administrasi, maka setiap ada polwan pasti ditugaskan mengurus masalah administrasi. Padahal, tugas polwan sebenarnya juga ujung tombak dari penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Indonesia. Sejatinya, tugas personel polisi wanita dan polisi laki-laki tentu memiliki tugas dan kewenangan yang sama. Baik itu mengungkap kasus berat hingga kasus yang ringan.

Kini polwan diberi peran layaknya polisi laki-laki yang harus memburu penjahat. Ada cerita polwan yang justru ditabrak penjahat dan penjahat itu akhirnya malah kabur. Tidak ada beda peran polisi wanita dengan polisi pria, keduanya mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memajukan masyarakat. Untuk itu, sudah selayaknya seorang polwan sejajar dengan polisi pria mewujudkan polisi yang profesional dan dekat dengan rakyat.

Sebagai anggota dan bagian dari korps kepolisian, selayaknya seorang polwan menjaga citra di mana pun ia bertugas. Di reserse, lalu lintas, binamitra, dan jabatan lainnya seorang polwan harus mampu bekerja secara maksimal tanpa melupakan jati dirinya yang juga seorang perempuan.

Karena itulah, setiap anggota polwan harus dapat merealisasikan tugasnya sebagai alat penegak hukum, memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat, membina ketenteraman masyarakat secara bersama-sama segenap kekuatan masyarakat guna mewujudkan kamtibmas. Serta membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan kamtibmas, melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Menjelang hari jadi Polwan Polri, Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo mengatakan, polwan adalah bagian atau elemen yang tidak terpisahkan dari organisasi Polri saat ini. Banyak tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan polisi laki-laki tetapi mampu dikerjakan oleh polwan. “Polwan adalah elemen yang tidak terpisahkan dari organisasi Polri, bahkan tugas seorang polwan bisa lebih berat dari seorang polki,” ungkap Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Sutedjo.

Jika suatu pekerjaan dalam institusi kepolisian yang biasanya dilakukan oleh pria, menurutnya polwan juga bisa. “Ke depan, khusus untuk Kota Medan, kuota atau jabatan kapolsek akan diperbanyak dari sekarang. Mengingat karakter Kota Medan ini berbeda dari daerah lain di Indonesia. Ya , kita berharap ke depan Polri semakin diterima oleh masyarakat,” kata Eko Hadi. Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengungkapkan, polwan di jajaran Polresta Medan sama haknya dan kewajibannya dengan polisi laki-laki.

Hal itu sejalan dengan emansipasi wanita yang merupakan kesetaraan gender. “Contohnya, polisi wanita ditempatkan di patroli bermotor Sabhara dengan kewajiban tugas yang sama dengan polisi laki-laki, termasuk pejabat beberapa kasat dan kapolsek diisi oleh polisi wanita dan kinerja yang dihasilkan juga setara dengan polisi laki-laki,” papar Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto kemarin. Saat disinggung soal maraknya aksi kejahatan jalanan, mantan Kapolres Nias ini mengatakan bahwa polisi wanita juga dibekali ketangkasan bela diri seperti Pencak Silat Merpati Putih dan ketangkasan sepeda motor.

“Untuk mengungkap aksi kejahatan jalanan, polisi wanita di Polresta Medan dibekali oleh ketangkasan bela diri dan ketangkasan sepeda motor. Ya ini salah satu yang kita bekali untuk mengungkap kasus-kasus atensi, curas, curat, dan curanmor. Nah , menjelanghari ulangtahun polwan, saya berharapeksistensi enggak kalah dengan polisi laki. Saat ini semua tugas dan wewenang setara. Jadi enggak ada dibeda-bedakan,” paparnya.

Kini di usianya yang hampir genap 67 tahun, polwan Polri dituntut bekerja lebih maju lagi. Sebab, pada kasus tertentu seperti tindak pidana kejahatan yang dilakukan seorang wanita, tentu proses penegakan hukumnya dilakukan seorang polwan. Tetapi harus diingat juga, semua pekerjaan polisi laki-laki dapat dikerjakan oleh polwan. Seperti AKBP Rina Sari Ginting. Sebelum menjadi Koordinator Polwan di Sumut, dia juga pernah menjabat sebagai Kapolres Binjai 2008-2010.

“Polwan itu ada di semua satuan kerja (satker). Polwan sama tugasnya, begitu juga dengan kesejahteraannya. Yang berbeda itu hanya jumlah personelnya. Soal kemampuan, tidak ada yang berbeda,” ucapnya. Perbedaan jumlah antara polwan dan polki sangat berbeda jauh. Bahkan, dari 22.000 personel Polda Sumut saat ini, jumlah polwan hanya sekitar 944 orang. “Jumlah itu tentu sudah sangat banyak jika dibandingkan 2014 yang hanya 646 personel,” ujarnya. Kini peranan polwan dalam menjaga kambtibmas menjadi yang utama.

“Namun sayangnya, sarana pendidikannya hanya satu di Indonesia ini, yaitu di Lido Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan untuk polki hampir di setiap provinsi ada sarana pendidikannya. Saya berharap ke depan sarana ini lebih ditingkatkan,” katanya. Sementara itu, Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai peran polwan penting untuk menjadi ujung tombak di kepolisian.

Maraknya kasus kejahatan, baik korban atau pelakunya wanita menjadikan keberadaan polwan perlu ditambah, khususnya di kantor polisi sektor wilayah (polsek) yang memiliki peran penting pengamanan suatu wilayah.

Dody ferdiansyah/ frans marbun
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.3986 seconds (0.1#10.140)