Bawa Misi Budaya, Kini Berdiri di 30 Negara

Jum'at, 14 Agustus 2015 - 07:12 WIB
Bawa Misi Budaya, Kini...
Bawa Misi Budaya, Kini Berdiri di 30 Negara
A A A
Dibalik perkembangnya Pencak Silat Panglipur saat ini, perjalanan panjang yang dilalui Abah Aleh cukup berliku. Dulu, Abah Aleh sangat piawai dan mumpuni dalam ilmu silatnya.

Beliau mampu memadukan gaya berbagai aliran yang diperolehnya dari berbagai tokoh silat terkemuka yang menjadi gurunya.

Mereka di antaranya Raden Agus yang mengajarkan aliran Cimande Kampung Baru, Haji Bajuri yang mengajarkan Tepak Dua Cimande dan Sipecut, Gan Uu mengajarkan rangkaian Jalan Cikalong, Raden Enggah Ahmad mengajarkan rangkaian gerak Jalan Muka, Raden Kosasih mengajarkan Ulin Sabandar, Jurus Si Pitung dan lima rangkaian Jurus Alip Bandul, Raden Husen Nataningrat mengajarkan permainan Bojong Herang, serta banyak lagi tokoh silat lainnya yang membimbingnya dalam menuntut ilmu.

Sebetulnya, sekretariat pusat Panglipur berada di Bandung. Akan tetapi sejarah perkembangannya berada di Garut. Pada 1945 Abah Aleh pindah ke Garut, tepatnya Kampung Sumursari, Desa Sukasono, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut. Pada 1974, Abah Aleh menunjuk kepada putri keempatnya Raden Enny Rukmini Sekar ningrat sebagai pimpinan penerus HPS Panglipur.

Selain itu, murid seniornya diberi mandat untuk meneruskan perjuangannya dalam mengurus dan mengembangkan HPS Panglipur. Ketika Enny Rukmini meninggal, kepengurusan yang berada di Garut diserahkan kepada Cecep Arif Rahman. Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur sejak 1986, mulai membuka diri sebagai suatu perguruan yang mengembangkan serta mempromosikan keilmuannya hingga ke mancanegara.

Panglipur berusaha mengkreasikan bentuk seni beladiri yang tetap menjaga tradisi, namun tidak menutup diri terhadap inovasi yang lebih modern. Bidang garapannya tidak hanya dalam segi fisik saja, tapi melalui pelatihan dan diskusi atau seminar beladiri. Juga pada bidang pendokumentasian secara tulisan dan audiovisual, serta penelusuran kesejarahan serta falsafah kesundaannya sebagai jati diri dan referensinya. Kini, latihan pencak silat rutin dilaksanakan di Paguron Panglipur.

Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Lalu melakukan latihan bersama dengan cabang Panglipur lainnya. Kini, Panglipur sudah mendunia. Semenjak Festival BERSI di Prancis, banyak negara-negara lain tertarik untuk mengembangkan pencak silat di negaranya. Di Festival BERSI saja, pencak silat selalu menjadi tiga besar bersama Kungfu Shaolin dari China dan Taekwondo dari Korea.

Di Prancis, Panglipur sudah memiliki cabang. Juga di Swiss, Belanda, Amerika Serikat, Austria, dan kini yang terbaru adalah Italia. Belum lagi di negara-negara ASEAN. Inggris pun meminta Panglipur membuka cabang di negaranya. Sampai saat ini, Panglipur sudah memiliki 30 cabang di luar Indonesia. Untuk membuka cabang di negara lain, Panglipur mengirimkan gurunya ke negara tersebut selama dua minggu untuk melatih dan membawa ke Indonesia.

Kini, Panglipur eksis melebarkan sayap di mancanegara, bukan hanya memperkenalkan bela diri pencak silat, namun juga sebagai duta budaya Indonesia di mana terdapat beribu kebudayaan yang harus dilestarikan.

Iwa Ahmad Sugriwa
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1143 seconds (0.1#10.140)