Sekolah Ngotot Bangun RKB
A
A
A
BANDUNG BARAT - Pihak SMP Negeri 3 Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat akan tetap membangun ruang kelas baru (RKB) meskipun ada penolakan dari pihak RW 22, Kompleks Bukit Permata, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah.
Kepala SMP Negeri 3 Ngamprah, Juhaendi mengatakan, pihaknya sudah menempuh berbagai prosedur agar pembangunan RKB tersebut bisa segera dilaksanakan. Hal itu dikarenakan waktu pembangunan sudah molor dan khawatir melewati tenggat waktu yang sudah ditentukan oleh pihak dinas pendidikan. “Pembangunan harus segera dilakukan dan tadi sudah dilakukan pengukuran ulang, tanpa merubah posisi banggunan,” ucapnya saat ditemui di SMP Negeri 3 Ngamprah kemarin.
Dia mengungkapkan, pihaknya mempertanyakan keberatan pihak RW 22 untuk pembangunan sekolah, dengan alasan bahwa dari lima point kesepakatan hanya satu point yang belum terpenuhi, yakni perbaikan jalan menuju sekolah. Akan tetapi itu tidak bisa dijadikan alasan keberatan karena bukan kewajiban sekolah untuk membangun jalan.
“Kami sudah berupaya memenuhi kewajiban dengan melakukan berbagai upaya beserta pihak desa, serta memberikan dukungan tapi tidak bisa direalisasikan karena asetnya masih berada di pihak pengembang,” jelas Juhaendi. Di satu sisi, pihak sekolah pun sudah melakukan pendekatan secara personal atau pun kelembagaan, tapi tetap buntu.
Akhirnya pihak RW 22 mengeluarkan selembar surat keberatan dan meminta agar pembangunan ditunda. Namun dalam surat tersebut tidak ada tandatangan warga dan hanya tandatangan RW dan beberapa RT yang disertai stemple. Berbeda dengan masyarakat. Mereka mendukung sepenuhnya pembangunan RKB dengan alasan untuk kepentingan pendidikan.
Begitu pihak Disdikpora sudah meminta agar segera dimulai pembangunanya. “Atas dasar yang kuat, pihak sekolah akan segera membangun karena kebutuhan akan kelas baru tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tegasnya.
Juhaendi menyatakan, SMP Negeri 3 Ngamprah mendapat bantuan dari dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp589 juta atau per ruang kelas dengan mebelernya masing-masing Rp140 juta. Diharapkan dengan adanya penambahan empat RKB akan berdampak terhadap meningkatnya proses belajar mengajar di sekolah. “Saat ini dengan jumlah 820 siswa hanya tersedia 6 ruang kelas, akibatnya dilakukan sistem shift dan sebagian lagi dititip di sekolah lainnya,” tandasnya.
Salah seorang orang tua siswa yang hadir, Ipung mengatakan, sebagai orang tua dirinya mendukung dengan rencana pembangunan RKB. Mengingat sejauh ini anaknya sekolah masuk siang dan pulang sore hari.
“Sebagai orang tua mendukung adanya pembangunan kelas baru, dan menjadi pertanyaan kalau ada pihak lain yang menolak. Padahal itu kan untuk anakanak kami juga,” tuturnya.
Raden bagja mulyana
Kepala SMP Negeri 3 Ngamprah, Juhaendi mengatakan, pihaknya sudah menempuh berbagai prosedur agar pembangunan RKB tersebut bisa segera dilaksanakan. Hal itu dikarenakan waktu pembangunan sudah molor dan khawatir melewati tenggat waktu yang sudah ditentukan oleh pihak dinas pendidikan. “Pembangunan harus segera dilakukan dan tadi sudah dilakukan pengukuran ulang, tanpa merubah posisi banggunan,” ucapnya saat ditemui di SMP Negeri 3 Ngamprah kemarin.
Dia mengungkapkan, pihaknya mempertanyakan keberatan pihak RW 22 untuk pembangunan sekolah, dengan alasan bahwa dari lima point kesepakatan hanya satu point yang belum terpenuhi, yakni perbaikan jalan menuju sekolah. Akan tetapi itu tidak bisa dijadikan alasan keberatan karena bukan kewajiban sekolah untuk membangun jalan.
“Kami sudah berupaya memenuhi kewajiban dengan melakukan berbagai upaya beserta pihak desa, serta memberikan dukungan tapi tidak bisa direalisasikan karena asetnya masih berada di pihak pengembang,” jelas Juhaendi. Di satu sisi, pihak sekolah pun sudah melakukan pendekatan secara personal atau pun kelembagaan, tapi tetap buntu.
Akhirnya pihak RW 22 mengeluarkan selembar surat keberatan dan meminta agar pembangunan ditunda. Namun dalam surat tersebut tidak ada tandatangan warga dan hanya tandatangan RW dan beberapa RT yang disertai stemple. Berbeda dengan masyarakat. Mereka mendukung sepenuhnya pembangunan RKB dengan alasan untuk kepentingan pendidikan.
Begitu pihak Disdikpora sudah meminta agar segera dimulai pembangunanya. “Atas dasar yang kuat, pihak sekolah akan segera membangun karena kebutuhan akan kelas baru tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tegasnya.
Juhaendi menyatakan, SMP Negeri 3 Ngamprah mendapat bantuan dari dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp589 juta atau per ruang kelas dengan mebelernya masing-masing Rp140 juta. Diharapkan dengan adanya penambahan empat RKB akan berdampak terhadap meningkatnya proses belajar mengajar di sekolah. “Saat ini dengan jumlah 820 siswa hanya tersedia 6 ruang kelas, akibatnya dilakukan sistem shift dan sebagian lagi dititip di sekolah lainnya,” tandasnya.
Salah seorang orang tua siswa yang hadir, Ipung mengatakan, sebagai orang tua dirinya mendukung dengan rencana pembangunan RKB. Mengingat sejauh ini anaknya sekolah masuk siang dan pulang sore hari.
“Sebagai orang tua mendukung adanya pembangunan kelas baru, dan menjadi pertanyaan kalau ada pihak lain yang menolak. Padahal itu kan untuk anakanak kami juga,” tuturnya.
Raden bagja mulyana
(bbg)