Jabar Akan Diguyur Hujan Buatan
A
A
A
KARAWANG - Pemerintah akan menurunkan hujan buatan di sejumlah kabupaten di Jawa Barat yang kekeringan akibat kemarau.
Saat ini, ke keringan menyebabkan ribuan hektare lahan sawah kekeringan dan warga mengalami krisis air bersih. Ketua Tim Unit Penanganan Khusus Padi Jagung dan Kedelai Jawa Barat, Kementerian Pertanian (Kementan) Banun Harpini mengatakan, sejumlah daerah di Jabar telah di nyatakan darurat kekeringan dan butuh penanganan khusus untuk menyelamatkan sektor per tani an yang dapat berdampak kepada produksi beras nasional.
Untuk penanganan kekeringan ini pemerintah menyiapkan ang garan Rp100 miliar. “Kami sudah upayakan untuk menurunkan hujan buatan hanya saja berdasarkan hasil penelitian BPPT.” “Awan di Jawa Barat belum cukup tinggi untuk membuat hujan buatan. Tapi kalau posisi ketinggian awan sudah cukup, kami langsung turunkan hujan buatan,” kata Banun seusai pencanangan padi varietas baru yang dikembangkan Institut Per tanian Bogor (IPB) di Karawang kemarin.
Menurut dia, setiap hari tim Kementan menganalisa dan memantau ketinggian awan di Jawa Barat. Ketika posisi awan sudah terkumpul dan ketinggian nya telah memadai, pe sawat akan terbang dan langsung menembak diposisi yang di tentukan. “Jadi saat ini kami menunggu posisi awan saja untuk membuat hujan buatan. Kami menung gu saat yang tepat agar efek tivitas hujan buatan ini bisa maksimal. Sambil menunggu, kami juga membuat rute penerbangan bersama tim,” tutur dia.
Selain hujan buatan, ungkap Banun, pemerintah juga menyusuri wilayah yang ada sumber airnya seperti sungai-sungai besar di Jawa Barat. Kemudian didekat sungai itu akan dibuat sumur dangkal sedalam 2 meter hingga sumur dalam dengan kedalaman 100 meter. Jika di wilayah dekat sungai tersebut tidak juga ditemukan sumber air, pemerintah akan membuat hujan buatan.
”Kami sedang menyusuri teluk atau sungai di Jawa Barat bersama tim ahli dari BPPT, BNPB untuk mencari potensi sumber air itu,” ungkap Banun. Banun mengatakan, pemerin tah menyediakan anggaran untuk mengatasi kekeringan sebesar Rp100 miliar.
Dengan anggaran sebesar itu pihaknya harus bisa mengatasi masalah kekeringan di Jawa Barat. “Makanya kami cukup-cukupin aja dan menyusun skala prioritas. Misalnya jika sumber air masih ada, maka gunakan pompa dulu. Kalau tidak ada sama sekali sumber air, baru kami buat hujan buatan. Hujan buatan hanya untuk daerah yang sudah sangat parah, ka rena hujan buatan itu mahal,” ujar dia.
Banun Harpini mengung kapkan daerah yang paling parah mengalami kekeringandi Jawa Barat adalah Indramayu. Posisi Indramayu dinilai strategis karena memiliki lahan pertanian terluas di Jawa Barat. Oleh karena itu penggalian sumur dila kukan cukup intensif diKabupaten indramayu. “In dra mayu jadi prioritas karena puso sekitar 16.000 hektare. Jadi itu menjadi skala prioritas kami,” kata Banun.
Selain Indramayu, daerah yang juga dilanda kekeringan parah antara lain, Kabupaten Cirebon, Ciamis, Subang, Majalengka, Garut, Tasik ma laya, dan Karawang. ”Kara wang masih aman karena masih air dari Waduk Jatiluhur PJT 2. Sawah kekeringan hanya 1.600 ha, sedangkan puso 240- an hektare. Itu pantauan kami selama ini,” tandas dia.
Kekeringan Meluas
Kekeringan terus meluas di sejumlah daerah, seperti di Kabupaten Purwakarta, Majalengka, Tasikmalaya, dan Indramayu. Selain warga sulit mendapatkan air untuk pertanian, juga air bersih untuk keperluan memasak. Berdasarkan data di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Pur wakarta, beberapa daerah yang mengalami kekeringan terse bar hampir di seluruh ke ca matan.
Seperti, di Desa Batu tum pang, Kecamatan Tegal waru dan Desa Rawasari, Citeko, Pamoyanan, Kecamatan Plered. Warga di daerah itu harus mencari air bersih ke kawasan hutan sekitar Waduk Cirata. Bahkan ada yang meman faat kan air kubangan bekas galian tanah.
“Selain dua kecamatan itu, ada 10 kecamatan lain yakni, Kecamatan Babakancikao, Campaka, Cibatu, Pasawahan, Da rangdan, Jatiluhur, Pondok salam, Sukasari, Sukatani dan Kecamatan Purwakarta Kota,” kata kepala ESDM Purwakarta Akun Kurniadi, kemarin. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pe ternakan (Distankan) Kabu pa ten Indramayu Takmid Sarbani mengatakan, kekeringan me ngancam sekitar 15.273 hektare lahan pertanian.
“Lahan puso atau gagal panen se kitar 4.278 hektare yang tersebar di Keca matan Gantar, Haurgeulis, Cikdung, Terisi, Gabuswetan, Kandang haur, Losarang, Lohbener, Arahan, Cantigi, Balongan, Krang keng, Karangampel, Pasekan, Sindang, Indra mayu, Juntinyuat dan Jatibarang,” kata Takmid.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Kundang Sodikin, 12 kecamatan telah mengalami krisis air bersih. Ke-12 kecamatan itu antara lain, Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal, Cibalong, Bojongasih, Culamega, Puspahiang, Salawu, Cigalontang, Ciawi, Jamanis, Tanjungjaya, dan Gunung Tanggjung.
Nila kusuma/ Didin jalaludin/ Tomi indra/ Nanang kuswara/ Ade nurjanah
Saat ini, ke keringan menyebabkan ribuan hektare lahan sawah kekeringan dan warga mengalami krisis air bersih. Ketua Tim Unit Penanganan Khusus Padi Jagung dan Kedelai Jawa Barat, Kementerian Pertanian (Kementan) Banun Harpini mengatakan, sejumlah daerah di Jabar telah di nyatakan darurat kekeringan dan butuh penanganan khusus untuk menyelamatkan sektor per tani an yang dapat berdampak kepada produksi beras nasional.
Untuk penanganan kekeringan ini pemerintah menyiapkan ang garan Rp100 miliar. “Kami sudah upayakan untuk menurunkan hujan buatan hanya saja berdasarkan hasil penelitian BPPT.” “Awan di Jawa Barat belum cukup tinggi untuk membuat hujan buatan. Tapi kalau posisi ketinggian awan sudah cukup, kami langsung turunkan hujan buatan,” kata Banun seusai pencanangan padi varietas baru yang dikembangkan Institut Per tanian Bogor (IPB) di Karawang kemarin.
Menurut dia, setiap hari tim Kementan menganalisa dan memantau ketinggian awan di Jawa Barat. Ketika posisi awan sudah terkumpul dan ketinggian nya telah memadai, pe sawat akan terbang dan langsung menembak diposisi yang di tentukan. “Jadi saat ini kami menunggu posisi awan saja untuk membuat hujan buatan. Kami menung gu saat yang tepat agar efek tivitas hujan buatan ini bisa maksimal. Sambil menunggu, kami juga membuat rute penerbangan bersama tim,” tutur dia.
Selain hujan buatan, ungkap Banun, pemerintah juga menyusuri wilayah yang ada sumber airnya seperti sungai-sungai besar di Jawa Barat. Kemudian didekat sungai itu akan dibuat sumur dangkal sedalam 2 meter hingga sumur dalam dengan kedalaman 100 meter. Jika di wilayah dekat sungai tersebut tidak juga ditemukan sumber air, pemerintah akan membuat hujan buatan.
”Kami sedang menyusuri teluk atau sungai di Jawa Barat bersama tim ahli dari BPPT, BNPB untuk mencari potensi sumber air itu,” ungkap Banun. Banun mengatakan, pemerin tah menyediakan anggaran untuk mengatasi kekeringan sebesar Rp100 miliar.
Dengan anggaran sebesar itu pihaknya harus bisa mengatasi masalah kekeringan di Jawa Barat. “Makanya kami cukup-cukupin aja dan menyusun skala prioritas. Misalnya jika sumber air masih ada, maka gunakan pompa dulu. Kalau tidak ada sama sekali sumber air, baru kami buat hujan buatan. Hujan buatan hanya untuk daerah yang sudah sangat parah, ka rena hujan buatan itu mahal,” ujar dia.
Banun Harpini mengung kapkan daerah yang paling parah mengalami kekeringandi Jawa Barat adalah Indramayu. Posisi Indramayu dinilai strategis karena memiliki lahan pertanian terluas di Jawa Barat. Oleh karena itu penggalian sumur dila kukan cukup intensif diKabupaten indramayu. “In dra mayu jadi prioritas karena puso sekitar 16.000 hektare. Jadi itu menjadi skala prioritas kami,” kata Banun.
Selain Indramayu, daerah yang juga dilanda kekeringan parah antara lain, Kabupaten Cirebon, Ciamis, Subang, Majalengka, Garut, Tasik ma laya, dan Karawang. ”Kara wang masih aman karena masih air dari Waduk Jatiluhur PJT 2. Sawah kekeringan hanya 1.600 ha, sedangkan puso 240- an hektare. Itu pantauan kami selama ini,” tandas dia.
Kekeringan Meluas
Kekeringan terus meluas di sejumlah daerah, seperti di Kabupaten Purwakarta, Majalengka, Tasikmalaya, dan Indramayu. Selain warga sulit mendapatkan air untuk pertanian, juga air bersih untuk keperluan memasak. Berdasarkan data di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Pur wakarta, beberapa daerah yang mengalami kekeringan terse bar hampir di seluruh ke ca matan.
Seperti, di Desa Batu tum pang, Kecamatan Tegal waru dan Desa Rawasari, Citeko, Pamoyanan, Kecamatan Plered. Warga di daerah itu harus mencari air bersih ke kawasan hutan sekitar Waduk Cirata. Bahkan ada yang meman faat kan air kubangan bekas galian tanah.
“Selain dua kecamatan itu, ada 10 kecamatan lain yakni, Kecamatan Babakancikao, Campaka, Cibatu, Pasawahan, Da rangdan, Jatiluhur, Pondok salam, Sukasari, Sukatani dan Kecamatan Purwakarta Kota,” kata kepala ESDM Purwakarta Akun Kurniadi, kemarin. Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pe ternakan (Distankan) Kabu pa ten Indramayu Takmid Sarbani mengatakan, kekeringan me ngancam sekitar 15.273 hektare lahan pertanian.
“Lahan puso atau gagal panen se kitar 4.278 hektare yang tersebar di Keca matan Gantar, Haurgeulis, Cikdung, Terisi, Gabuswetan, Kandang haur, Losarang, Lohbener, Arahan, Cantigi, Balongan, Krang keng, Karangampel, Pasekan, Sindang, Indra mayu, Juntinyuat dan Jatibarang,” kata Takmid.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Kundang Sodikin, 12 kecamatan telah mengalami krisis air bersih. Ke-12 kecamatan itu antara lain, Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal, Cibalong, Bojongasih, Culamega, Puspahiang, Salawu, Cigalontang, Ciawi, Jamanis, Tanjungjaya, dan Gunung Tanggjung.
Nila kusuma/ Didin jalaludin/ Tomi indra/ Nanang kuswara/ Ade nurjanah
(bbg)