Makian pada Kiai Jadi Pemicu Ricuh di Muktamar NU

Senin, 03 Agustus 2015 - 14:45 WIB
Makian pada Kiai Jadi...
Makian pada Kiai Jadi Pemicu Ricuh di Muktamar NU
A A A
JOMBANG - Kegaduhan yang terjadi saat rapat pleno I pembahasan dan pengesahan tata tertib Muktamar NU ke-33 bukan dipicu karena perdebatan terkait Ahlu Halli Wal Aqdi (AHWA), namun karena ada peserta yang menghujat kiai.

Peninjau Muktamar NU ke-33 KH Abdul Fatah mengatakan, dari hasil riset yang dilakukan bahwa kegaduhan itu karena Muktamirin tidak terima ketika ada yang menghujat Kiai di dalam forum tersebut.

"Ini dipicu karena ada yang munghujat dan mencaci ulama. Oleh karena itu, baik Muktamar yang mendukung dan yang menolak sistem AHWA menjadi satu. Mereka tidak terima ulama yang diagung-agungkan dihujat dan dicaci," kata Ketua Lembaga Kajian Masyarakat dari Bogor, Senin (3/8/2015).

Ia menjelaskan, Muktamirin yang lain memprotes sikap Muktamirin berasal dari Riau dan Kepulauan Riau (Kepri). Kata Fatah, di organisasi NU figur seorang ulama sangat dikagumi dan sikralkan karena organisasi ini berlandaskan agama dan memuliakan ulama.

"Mereka bukan karena perbedaan pendapat. Pemicunya karena menghujat para kiai yang membuat muktamirin tidak terima," jelasnya.(Baca: Muktamar NU ke-33 Ricuh, 2 Muktamirin Diseret Banser)

Fatah juga mengatakan perdebatan terkait AHWA ini memang membuat alot dalam pembahasan Tatib.

Oleh karena itu, jika forum dibuka lagi maka akan terjadi perdebatan yang cukup alot, karena itu, diperlukan Fatwa dari Rais Aam dalam hal ini KH Mustofa Bisri.

"Dengan demikian Warga NU akan patuh terhadap Fatwa Rais Aam dan akan mempersempit perbedaan. Fatwa Rais Aam merupakan bagian dari AD ART yang tidak bisa dipisahkan," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2050 seconds (0.1#10.140)