Bahasa Batak Harus Dijaga
A
A
A
JAKARTA - Meski beretnis Jawa, kepiawaian Bupati Serdangbedagai (Sergai), Soekirman, untuk berbahasa Batak patut diacungi jempol.
Bukan hanya dialeknya yang lancar, Soekirman juga tahu betul soal adat istiadat orang Batak. Pujian itu dilontarkan Ketua DPP Kerukunan Masyarakat Batak (KERABAT), HP Pangabean, ketika membuka Festival Budaya Batak di Teater Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu, (1/8).
Bahkan, dalam kesempatan yang dihadiri pengurus DPD KERABAT se-Indonesia tersebut, Soekirman yang notabene putra Jawa kelahiran Sumatera (Puja Kesuma) bersama istri, Marliah Pangabean, didaulat menerima ulos dan ho-hok, sebagai tanda penghargaan warga Batak.
“Bukan karena bere -ku, dan bahasa Bataknya begitu kental, tapi Soekirman memang layak mendapat penghargaan ini. Sebab, dia satu-satunya bupati yang meminta guru-guru se- Sergai untuk belajar bahasa Batak,” ujar HP Pangabean.
Setelah itu, para guru akan termotivasi dan berniat mengajari murid-muridnya. Dengan upaya itu, pihaknya berharap budaya Batak, khususnya bahasa, akan bisa terpelihara terutama di kalangan remaja. Sementara Soekirman mengatakan, upaya menggiatkan kembali bahasa daerah kepada generasi muda memang harus diberi perhatian serius.
Jika tidak, nilai luhur budaya serta tradisi tersebut akan semakin hilang ditelan zaman. “UNESCO meliris, dari 700 bahasa daerah di Indonesia, sekitar 169 bahasa daerah tersebut terancam punah dikarenakan jumlah penuturnya yang berjumlah sedikit yaitu kurang dari 500 orang,” kata Soekirman.
Sementara saat berdiskusi dengan awak KORAN SINDOdi Gedung SINDO, Jalan Wahid Hasyim No 38, Jakarta, Soekirman juga mengutarakan hal yang sama. Bahkan dia merasa miris saat ini banyak orang yang berdialog dengan bahasa daerah kian sulit ditemui.
Sekarang yang terlihat hanyalah beberapa kaum tua. Sementara remaja, tidak lazim menggunakannya sebagai bahasa ibu. Degradasi itu sangat disayangkannya. Bahasa Batak baginya bukan sekadar identitas sosial satu etnis.
Akan tetapi jika dipahami, maknanya akan sangat bermanfaat. Sebab, sarat dengan nilai luhur, serta filsafat yang mengandung nilai serta kearifan lokal. “Saya berharap bahasa Batak ini tak punah di kalangan remaja,” katanya.
Erdian wirajaya
Bukan hanya dialeknya yang lancar, Soekirman juga tahu betul soal adat istiadat orang Batak. Pujian itu dilontarkan Ketua DPP Kerukunan Masyarakat Batak (KERABAT), HP Pangabean, ketika membuka Festival Budaya Batak di Teater Pewayangan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu, (1/8).
Bahkan, dalam kesempatan yang dihadiri pengurus DPD KERABAT se-Indonesia tersebut, Soekirman yang notabene putra Jawa kelahiran Sumatera (Puja Kesuma) bersama istri, Marliah Pangabean, didaulat menerima ulos dan ho-hok, sebagai tanda penghargaan warga Batak.
“Bukan karena bere -ku, dan bahasa Bataknya begitu kental, tapi Soekirman memang layak mendapat penghargaan ini. Sebab, dia satu-satunya bupati yang meminta guru-guru se- Sergai untuk belajar bahasa Batak,” ujar HP Pangabean.
Setelah itu, para guru akan termotivasi dan berniat mengajari murid-muridnya. Dengan upaya itu, pihaknya berharap budaya Batak, khususnya bahasa, akan bisa terpelihara terutama di kalangan remaja. Sementara Soekirman mengatakan, upaya menggiatkan kembali bahasa daerah kepada generasi muda memang harus diberi perhatian serius.
Jika tidak, nilai luhur budaya serta tradisi tersebut akan semakin hilang ditelan zaman. “UNESCO meliris, dari 700 bahasa daerah di Indonesia, sekitar 169 bahasa daerah tersebut terancam punah dikarenakan jumlah penuturnya yang berjumlah sedikit yaitu kurang dari 500 orang,” kata Soekirman.
Sementara saat berdiskusi dengan awak KORAN SINDOdi Gedung SINDO, Jalan Wahid Hasyim No 38, Jakarta, Soekirman juga mengutarakan hal yang sama. Bahkan dia merasa miris saat ini banyak orang yang berdialog dengan bahasa daerah kian sulit ditemui.
Sekarang yang terlihat hanyalah beberapa kaum tua. Sementara remaja, tidak lazim menggunakannya sebagai bahasa ibu. Degradasi itu sangat disayangkannya. Bahasa Batak baginya bukan sekadar identitas sosial satu etnis.
Akan tetapi jika dipahami, maknanya akan sangat bermanfaat. Sebab, sarat dengan nilai luhur, serta filsafat yang mengandung nilai serta kearifan lokal. “Saya berharap bahasa Batak ini tak punah di kalangan remaja,” katanya.
Erdian wirajaya
(ftr)