Ratusan Warga Sragen Berburu Batu Mani Gajah
A
A
A
SRAGEN - Ratusan warga di Kampung Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, Jawa Tengah, berburu batu jenis mani gajah purba di lahan milik warga. Pencarian batu mulia tersebut dipimpin langsung oleh kepala desa setempat, Suwarno.
Pencarian batu dilakukan di lahan milik Cokro Suwarno, warga setempat. Mereka menggunakan alat seperti linggis dan besi berukuran kecil untuk mendeteksi keberadaan batu di dalam tanah.
Setelah alat tersebut menyentuh benda keras yang dipastikan batu mani gajah, mereka lantas melubangi tanah tersebut dengan linggis dan kayu.
Menurut Suwarno, kepala desa setempat, sebelum menemukan lokasi penemuan batu tersebut, pada malam harinya dia bermimpi bahwa di lokasi tersebut ada benda berharga yang tak terhingga nilainya.
Selanjutnya pada tengah malam Suwarno mengajak salah satu perangkat desa untuk mengambil benda berharga tersebut di pekarangan milik warga setempat, Cokro Suwarno, yang lokasinya berada di tengah hutan.
Setelah berhasil mengambil batu jenis mani gajah sebesar genggaman orang dewasa dari dalam tanah, dia bersama perangkat desa pulang ke rumah untuk menyimpan batu tersebut di dalam lemari.
Pada pagi harinya, benda tersebut ditawar oleh seorang kolektor dari Jakarta sebesar Rp10 juta, namun oleh kepala desa tidak diberikan. Kemudian kepala desa mengerahkan warganya bersama-sama untuk mencari atau menggali batu tersebut di ladang.
Menurut Suwarno, jika batu tersebut laku dijual dengan harga tinggi, uangnya bisa untuk menambah kesejahteraan warganya.
Suwarno menambahkan, setelah pihak pemerintah desa mengetahui batu mani gajah dari Kampung Bonagung laku mahal, pihaknya mengambil langkah untuk mengoordinir warga agar batu temuan dari lahan tersebut dikumpulkan di kantor desa, lantas keuangannya dikelola oleh desa.
"Tujuannya untuk kemakmuran warga dan untuk menambah aset desa," ujarnya, Minggu (2/8/2015).
Sementara itu, pencarian batu tidak hanya dilakukan orang laki-laki. Ibu-ibu dan anak-anak juga ikut.
Ibu Suwarni, salah satu warga yang ikut dalam pencarian batu mani gajah mengaku sudah dua hari ikut mencari batu. Batu dari hasil pencarian tersebut rencananya dijual oleh seorang pengepul.
Selain dibuat akik, konon batu mani gajah itu dibuat sebagai pengasihan dan pelarisan. Batu mani gajah tersebut dijual ke Jakarta dan kota besar lainya, bahkan hingga luar negeri.
Pencarian batu dilakukan di lahan milik Cokro Suwarno, warga setempat. Mereka menggunakan alat seperti linggis dan besi berukuran kecil untuk mendeteksi keberadaan batu di dalam tanah.
Setelah alat tersebut menyentuh benda keras yang dipastikan batu mani gajah, mereka lantas melubangi tanah tersebut dengan linggis dan kayu.
Menurut Suwarno, kepala desa setempat, sebelum menemukan lokasi penemuan batu tersebut, pada malam harinya dia bermimpi bahwa di lokasi tersebut ada benda berharga yang tak terhingga nilainya.
Selanjutnya pada tengah malam Suwarno mengajak salah satu perangkat desa untuk mengambil benda berharga tersebut di pekarangan milik warga setempat, Cokro Suwarno, yang lokasinya berada di tengah hutan.
Setelah berhasil mengambil batu jenis mani gajah sebesar genggaman orang dewasa dari dalam tanah, dia bersama perangkat desa pulang ke rumah untuk menyimpan batu tersebut di dalam lemari.
Pada pagi harinya, benda tersebut ditawar oleh seorang kolektor dari Jakarta sebesar Rp10 juta, namun oleh kepala desa tidak diberikan. Kemudian kepala desa mengerahkan warganya bersama-sama untuk mencari atau menggali batu tersebut di ladang.
Menurut Suwarno, jika batu tersebut laku dijual dengan harga tinggi, uangnya bisa untuk menambah kesejahteraan warganya.
Suwarno menambahkan, setelah pihak pemerintah desa mengetahui batu mani gajah dari Kampung Bonagung laku mahal, pihaknya mengambil langkah untuk mengoordinir warga agar batu temuan dari lahan tersebut dikumpulkan di kantor desa, lantas keuangannya dikelola oleh desa.
"Tujuannya untuk kemakmuran warga dan untuk menambah aset desa," ujarnya, Minggu (2/8/2015).
Sementara itu, pencarian batu tidak hanya dilakukan orang laki-laki. Ibu-ibu dan anak-anak juga ikut.
Ibu Suwarni, salah satu warga yang ikut dalam pencarian batu mani gajah mengaku sudah dua hari ikut mencari batu. Batu dari hasil pencarian tersebut rencananya dijual oleh seorang pengepul.
Selain dibuat akik, konon batu mani gajah itu dibuat sebagai pengasihan dan pelarisan. Batu mani gajah tersebut dijual ke Jakarta dan kota besar lainya, bahkan hingga luar negeri.
(zik)