Waspadai Puncak Musim Kemarau

Sabtu, 01 Agustus 2015 - 11:09 WIB
Waspadai Puncak Musim Kemarau
Waspadai Puncak Musim Kemarau
A A A
TEGAL - Kekeringan akibat musim kemarau tahun ini diperkirakan akan mencapai puncaknya Agustus ini.

Sementara musim kemarau diperkirakan akan berlangsung hingga November. Prakirawan Stasiun Meteo ro logi Tegal Hendy Andrianto mengatakan siklus musim kemarau lebih panjang dari siklus biasanya yang berlangsung selama enam bulan. “November kemung kinan baru mulai peralihan ke musim hujan. Memang musim kemarau kali ini akan lebih panjang,” ujarnya kemarin.

Menurut Hendy, meski saat ini kekeringan sudah mulai melanda sejumlah wilayah meski kemarau masih belum mencapai puncaknya. Dari indikator suhu, kelembaban, hingga intensitas hujan masih tergolong normal untuk ukuran musim kemarau. Saat kemarau mencapai puncak, lanjut Hendy kelembaban udara dan intensitas hujan akan semakin rendah. Selain itu, suhu udara akan semakin naik melebihi normal. “Kalau sekarang suhu udara masih normal berkisar 32-35 derajat,” ucap dia.

Masyarakat harus siap mengantisipasi kekeringan yang disebabkan musim kemarau. Selain intensitas hujan yang berkurang, air tanah juga akan cepat habis. “Pemerintah daerah harus cari sumber-sumber air bersih untuk mengantisipasi kekeringan,” ungkapnya. Hendy menjelaskan, musim kemarau yang berlangsung panjang dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

Saat El Nino aktif, suhu permukaan air laut di Indonesia menjadi lebih dingin sehingga tidak terjadi penguapan. “Akibatnya, intensitas hujan berkurang. Kalaupun tiba-tiba terjadi hujan saat musim kemarau, itu hanya karena awan le wat saja. Proses pengumpulan uap air yang kemudian menjadi hujan tidak terjadi di sini,” ucapnya.

Dampak kekeringan akibat musim kemarau sudah mulai dirasakan para petani di sejumlah daerah. Di antaranya petani di Desa Lawatan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Kekeringan memaksa sebagian petani memanen tanaman padi miliknya lebih awal. Salah seorang petani, Darwinah, 50, mengaku harus memanen tanaman padi miliknya yang baru berumur 70 hari.

Dalam kondisi normal, padi dipanen setelah berumur 100 hari. Lantaran dipanen dini, jumlah hasil panen Darwinah kali ini menurun drastis. Biasanya 1 hektare lahan bisa panen 8-10 ton padi. “Sekarang hanya bisa panen sekitar 4 hektare. Jelas rugi besar,” ucapnya.

10 Desa Kekeringan

Di Kendal setidaknya 10 desa pada kecamatan di Kecamatan Cepiring, Ringinarum, dan Pegandon sudah mengalami kekurangan air bersih. Kasi Kedaruratan dan Kesiapsiagaan Badan Penang gulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal Slamet mengatakan ketiga kecamatan tersebut sudah melaporkan ke BPBD dan meminta bantuan air bersih.

Dia merinci, desa yang mengalami kekurangan air bersih adalah Desa Pekuncen (Keca mat an Pegandon), Rowo branten, Kedung gading, Kedungasri, Tijorejo, Ngerjo, Ringi na rum, dan Mojo (Kecamatan Ringinarum), kemudian Pandes dan Karangayu (Kecamatan Cepiring). “Belum ada laporan tambahan, sementara masih 10 desa. Bantuan air bersih akan diberikan secara bertahap sesuai dengan permintaan masing-masing daerah,” ucapnya.

Kendati demikian, pihaknya tetap memantau beberapa daerah yang menjadi langganan kekeringan jika musim kemarau panjang terjadi di Kabupaten Kendal. Kepala BPBD Kabupaten Kendal Paul Robinson menambahkan, selain daerah pesisir, daerah di ketinggian seperti Kecamatan Plantungan, Boja, Patean, Ngampel, Sukorejo, dan Gemuh juga terus dipantau karena menjadi daerah yang sangat rawan kekeringan.

“KecamatanPateanadaenam desa, Plantungan satu desa, Kecamatan Sukorejo empat desa. Kecamatan Limbangan empat desa, Kecamatan Boja enam desa, Gemuh satu desa, dan Pageruyung empat desa yang terus kami pantau perkembangannya,” ungkapnya.

Farid firdaus/ wikha setiawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5119 seconds (0.1#10.140)