2 Peneliti UTP Solo Patenkan 5 Penemuannya
A
A
A
SOLO - Dua peneliti Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo berhasil mematenkan lima hasil penelitian mereka kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM).
Dari lima paten hak kekayaan intelektual yang dihasilkan, empat produk di bidang pertanian dan satu di bidang permainan olahraga panco air.
Dua peneliti dari UTP yang menghasilkan lima produk hak paten adalah Dr Ir Sapto Priyadi dari Fakultas Pertanian, dan Drs Syahri Alhusin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan.
Sapto Priyadi berhasil mematenkan metode pembuatan bio fertilizer fases dan pirolisis menjadi pupuk cair organik bebas salmonella dan e-coli. Kedua asap cair sampah organik sebagai pestisida botanik pengendali hama tryporiza incertulas.
Ketiga metode daur ulang sampah kota menjadi pestisida (pupuk organik) dalam bentuk asap cair, dan keempat metode khelasi logam berat plumbum dan cadmium pada biji kedelai menggunakan asam sitrat.
“Empat paten hak kekayaan intelektual dilakukan mulai tahun 2010 hingga 2014,” ungkap Sapto Priyadi, Rabu (31/7/2015).
Sebelum dipatenkan di Kemenkum-HAM, dirinya terlebih dahulu menelusuri US paten, dan Europe paten, apakah hasil penelitian itu sudah ada atau belum.
Metode pembuatan bio fertilizer fases dan pirolisis menjadi pupuk cair organik bebas salmonella dan e-coli, awalnya terinspirasi dari kerjasama dengan PDAM Solo tentang pengelolaan limbah kotor di utara Putri Cempo yang pada tahun 2010 lalu mencapao 15.000 kubik pada tahun 2010 lalu.
Kemudian dirinya meneliti dan menciptakan limbah feses menjadi pupuk organik yang bebas salmonella dan e-coli. Kemudian asap cair sampah organik sebagai pestisida botanik pengendali hama tryporiza incertulas, dan metode daur ulang sampah kota menjadi pestisida (pupuk organik) dalam bentuk asap cair, keberadaannya hampir sama.
Ide awalnya berawal dari pemanfaatan sampah organik di tempat pembuangan akhir (TPA) putri cempo Solo. Produk penelitian yang berbentuk cairan itu mampu memberantas hama penggerek batang di padi, trip, virus kuning layu, dan ulat tongkol di jagung.
Sedangkan metode khelasi logam berat plumbum dan cadmium pada biji kedelai menggunakan asam sitrat terinspirasi mengenai banyaknya makanan dari produk pertanian dan daging yang mengandung logam berat.
Dengan metode itu, logam berat yang terkandung di dalamnya dapat dihilangkan. “Sejauh ini saya masih mencari investor untuk mengembangkan produk dari hak paten yang saya hasilkan,” ungkapnya. Sejauh ini, produk masih terbaas karena skalanya masih home industri.
Peneliti FKIP UTP Syahri Alhusin menambahkan, aturan permainan olahraga panco air dan perlengkapannya didorong karena ingin mengangkat olahraga rakyat.
Untuk menciptakan alat untuk olahraga panco air, dirinya berkonsultasi dengan ahli mesin dari Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Solo. Prosesnya dimulai tahun 2001 dan mendapatkan hak paten dari Kemenkum-HAM pada Tahun 2015.
“Alat pendukung untuk olahraga panco air yang dibuat cukup fleksibel karena dapat dipindah pindah. Uji coba sudah dilakukan di beberapa tempat antara lain di tempat wisata air di Pengging, Boyolali dan Semarang," terangnya.
Ditambahkan dia, bentuknya adalah besi dengan panjang tertentu dan penyangga untuk tumpuan kaki peserta olahraga panco air. Salah satu kelebihannya adalah alat itu tetap stabil meski diletakkan di dalam air.
“kami akan terus menyempurnakan lagi. Mulai dari kenyamanan dan keamanan dengan menambah pembalut pada besinya,” ungkap Syahri.
Semula besinya berbentuk bulat, namun kini telah disempurnakan menjadi segi empat. Rencananya, alat untuk olahraga Panco Air akan diproduksi massal oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dirinya berharap olahraga Panco Air menjadi daya tarik wisata tersendiri di obyek wisata air. Ke depan diharapkan juga mampu menjadi salah satu cabang olahraga nasional dan bukan sekedar olahraga rekreasi.
Dari lima paten hak kekayaan intelektual yang dihasilkan, empat produk di bidang pertanian dan satu di bidang permainan olahraga panco air.
Dua peneliti dari UTP yang menghasilkan lima produk hak paten adalah Dr Ir Sapto Priyadi dari Fakultas Pertanian, dan Drs Syahri Alhusin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan.
Sapto Priyadi berhasil mematenkan metode pembuatan bio fertilizer fases dan pirolisis menjadi pupuk cair organik bebas salmonella dan e-coli. Kedua asap cair sampah organik sebagai pestisida botanik pengendali hama tryporiza incertulas.
Ketiga metode daur ulang sampah kota menjadi pestisida (pupuk organik) dalam bentuk asap cair, dan keempat metode khelasi logam berat plumbum dan cadmium pada biji kedelai menggunakan asam sitrat.
“Empat paten hak kekayaan intelektual dilakukan mulai tahun 2010 hingga 2014,” ungkap Sapto Priyadi, Rabu (31/7/2015).
Sebelum dipatenkan di Kemenkum-HAM, dirinya terlebih dahulu menelusuri US paten, dan Europe paten, apakah hasil penelitian itu sudah ada atau belum.
Metode pembuatan bio fertilizer fases dan pirolisis menjadi pupuk cair organik bebas salmonella dan e-coli, awalnya terinspirasi dari kerjasama dengan PDAM Solo tentang pengelolaan limbah kotor di utara Putri Cempo yang pada tahun 2010 lalu mencapao 15.000 kubik pada tahun 2010 lalu.
Kemudian dirinya meneliti dan menciptakan limbah feses menjadi pupuk organik yang bebas salmonella dan e-coli. Kemudian asap cair sampah organik sebagai pestisida botanik pengendali hama tryporiza incertulas, dan metode daur ulang sampah kota menjadi pestisida (pupuk organik) dalam bentuk asap cair, keberadaannya hampir sama.
Ide awalnya berawal dari pemanfaatan sampah organik di tempat pembuangan akhir (TPA) putri cempo Solo. Produk penelitian yang berbentuk cairan itu mampu memberantas hama penggerek batang di padi, trip, virus kuning layu, dan ulat tongkol di jagung.
Sedangkan metode khelasi logam berat plumbum dan cadmium pada biji kedelai menggunakan asam sitrat terinspirasi mengenai banyaknya makanan dari produk pertanian dan daging yang mengandung logam berat.
Dengan metode itu, logam berat yang terkandung di dalamnya dapat dihilangkan. “Sejauh ini saya masih mencari investor untuk mengembangkan produk dari hak paten yang saya hasilkan,” ungkapnya. Sejauh ini, produk masih terbaas karena skalanya masih home industri.
Peneliti FKIP UTP Syahri Alhusin menambahkan, aturan permainan olahraga panco air dan perlengkapannya didorong karena ingin mengangkat olahraga rakyat.
Untuk menciptakan alat untuk olahraga panco air, dirinya berkonsultasi dengan ahli mesin dari Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Solo. Prosesnya dimulai tahun 2001 dan mendapatkan hak paten dari Kemenkum-HAM pada Tahun 2015.
“Alat pendukung untuk olahraga panco air yang dibuat cukup fleksibel karena dapat dipindah pindah. Uji coba sudah dilakukan di beberapa tempat antara lain di tempat wisata air di Pengging, Boyolali dan Semarang," terangnya.
Ditambahkan dia, bentuknya adalah besi dengan panjang tertentu dan penyangga untuk tumpuan kaki peserta olahraga panco air. Salah satu kelebihannya adalah alat itu tetap stabil meski diletakkan di dalam air.
“kami akan terus menyempurnakan lagi. Mulai dari kenyamanan dan keamanan dengan menambah pembalut pada besinya,” ungkap Syahri.
Semula besinya berbentuk bulat, namun kini telah disempurnakan menjadi segi empat. Rencananya, alat untuk olahraga Panco Air akan diproduksi massal oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dirinya berharap olahraga Panco Air menjadi daya tarik wisata tersendiri di obyek wisata air. Ke depan diharapkan juga mampu menjadi salah satu cabang olahraga nasional dan bukan sekedar olahraga rekreasi.
(san)