Tahun Ajaran Baru, Rela Berebut Bangku Kelas
A
A
A
PASURUAN - Hari pertama masuk sekolah di SDN Kedungringin III, Desa Kedungringin, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menjadi hari yang menegangkan bagi para orangtua siswa baru.
Bukan saja karena pengalaman baru bagi buah hatinya, tetapi memperoleh kapling posisi bangku sekolah menjadi sebuah perjuangan tersendiri.
Untuk mendapatkan posisi bangku favorit di deretan depan, para orangtua harus mengkapling sejak sebulan sebelum masa belajar dimulai. Tidak hanya sekadar menuliskan kapur nama anaknya dibangku, tetapi juga mengikat tas sekolah pada bangku yang diinginkan.
Demi menjaga posisi bangku yang diinginkannya agar tidak digeser siswa lain, para orangtua ini secara berkala memantau ke ruang kelas tersebut.
Bahkan pada malam H-1 sekolah dimulai, mereka terus mengecek posisi bangku anak semata wayangnya. Puncaknya, pada hari pertama sekolah dimulai, orangtua siswa rela datang sejak pukul 05.00 WIB, demi memastikan posisi bangku yang dikaplingnya.
Suliadi, penjaga SDN Kedungringin III mengatakan, perilaku orangtua siswa baru yang mengkapling bangku ini seolah sudah menjadi tradisi yang berlangsung bertahun-tahun. Perebutan posisi bangku ini juga terus terjadi hingga para siswa naik kelas berikutnya.
"Ada bangku yang ditempel dengan kertas yang dilaminating, ada yang hanya ditandai dengan kapur tulis hingga mengikat tas sekolah dibangku yang diinginkan," kata Suliadi.
Setelah menandai bangku yang dipilih, para orangtua siswa ini akan terus memantau ke sekolah agar tidak ada yang mengganti. Jika ada yang mengganti tidak segan mereka memprotes kepada pihak sekolah.
Bahkan adu mulut antar orangtua siswa ini juga kerap terjadi demi memperebutkan posisi bangku yang diinginkannya.
"Mereka bisa saja bertengkar karena merasa paling berhak atas bangku yang telah ditandainya. Pertengakaran ini akan selesai setelah satu satu di antaranya menyadari lebih lambat mengkaplingnya," tandas Suliadi.
Salah satu orangtua siswa mengaku, rela berjuang mendapatkan kapling bangku pada deretan depan agar anaknya lebih mudah menerima pelajaran. Dia kawatir jika terlambat, anaknya akan menempati bangku deretan belakang.
"Duduk dibangku depan akan menjadikan anak saya mudah menerima pelajaran dari guru. Sehingga ia bisa berprestasi pada akhir masa sekolah," kata Kasmuri, seorang walimurid.
Pihak sekolah mengaku tidak bisa berbuat banyak atas ulah orangtua siswa yang mentradisikan berebut bangku. Selama perebutan bangku tidak berdampak luas, pihak sekolah tidak akan mencampurinya.
Namun demikian, posisi bangku yang diincar walimurid ini tidak dibiarkan berlangsung terus menerus. Karena secara berkala, para guru akan mengevaluasi karakter dan perilaku siswa dalam menerima materi pembelajaran.
"Posisi bangku itu tidak bisa selamanya ditempati seorang siswa. Posisi bangku akan dirotasi setelah beberapa waktu berjalan. Kami akan mengevaluasi setiap siswa dari berbagai aspek, sehingga semua siswa bisa mengikuti proses belajar mengajar tanpa tergantung dari posisi bangkunya," kata Mulyono, Kepala SDN Kedungringin.
Bukan saja karena pengalaman baru bagi buah hatinya, tetapi memperoleh kapling posisi bangku sekolah menjadi sebuah perjuangan tersendiri.
Untuk mendapatkan posisi bangku favorit di deretan depan, para orangtua harus mengkapling sejak sebulan sebelum masa belajar dimulai. Tidak hanya sekadar menuliskan kapur nama anaknya dibangku, tetapi juga mengikat tas sekolah pada bangku yang diinginkan.
Demi menjaga posisi bangku yang diinginkannya agar tidak digeser siswa lain, para orangtua ini secara berkala memantau ke ruang kelas tersebut.
Bahkan pada malam H-1 sekolah dimulai, mereka terus mengecek posisi bangku anak semata wayangnya. Puncaknya, pada hari pertama sekolah dimulai, orangtua siswa rela datang sejak pukul 05.00 WIB, demi memastikan posisi bangku yang dikaplingnya.
Suliadi, penjaga SDN Kedungringin III mengatakan, perilaku orangtua siswa baru yang mengkapling bangku ini seolah sudah menjadi tradisi yang berlangsung bertahun-tahun. Perebutan posisi bangku ini juga terus terjadi hingga para siswa naik kelas berikutnya.
"Ada bangku yang ditempel dengan kertas yang dilaminating, ada yang hanya ditandai dengan kapur tulis hingga mengikat tas sekolah dibangku yang diinginkan," kata Suliadi.
Setelah menandai bangku yang dipilih, para orangtua siswa ini akan terus memantau ke sekolah agar tidak ada yang mengganti. Jika ada yang mengganti tidak segan mereka memprotes kepada pihak sekolah.
Bahkan adu mulut antar orangtua siswa ini juga kerap terjadi demi memperebutkan posisi bangku yang diinginkannya.
"Mereka bisa saja bertengkar karena merasa paling berhak atas bangku yang telah ditandainya. Pertengakaran ini akan selesai setelah satu satu di antaranya menyadari lebih lambat mengkaplingnya," tandas Suliadi.
Salah satu orangtua siswa mengaku, rela berjuang mendapatkan kapling bangku pada deretan depan agar anaknya lebih mudah menerima pelajaran. Dia kawatir jika terlambat, anaknya akan menempati bangku deretan belakang.
"Duduk dibangku depan akan menjadikan anak saya mudah menerima pelajaran dari guru. Sehingga ia bisa berprestasi pada akhir masa sekolah," kata Kasmuri, seorang walimurid.
Pihak sekolah mengaku tidak bisa berbuat banyak atas ulah orangtua siswa yang mentradisikan berebut bangku. Selama perebutan bangku tidak berdampak luas, pihak sekolah tidak akan mencampurinya.
Namun demikian, posisi bangku yang diincar walimurid ini tidak dibiarkan berlangsung terus menerus. Karena secara berkala, para guru akan mengevaluasi karakter dan perilaku siswa dalam menerima materi pembelajaran.
"Posisi bangku itu tidak bisa selamanya ditempati seorang siswa. Posisi bangku akan dirotasi setelah beberapa waktu berjalan. Kami akan mengevaluasi setiap siswa dari berbagai aspek, sehingga semua siswa bisa mengikuti proses belajar mengajar tanpa tergantung dari posisi bangkunya," kata Mulyono, Kepala SDN Kedungringin.
(lis)