Miris, Anak SD Jadi PSK

Jum'at, 24 Juli 2015 - 10:12 WIB
Miris, Anak SD Jadi...
Miris, Anak SD Jadi PSK
A A A
BANDUNG - Miris dan sangat memprihatinkan. Seorang anak usia sekolah dasar (SD) di Kota Bandung menjadi penjaja seks komersial (PSK).

Sehari-hari selain bersekolah, dia juga menjadi PSK panggilan. Fakta tentang anak yang di lacurkan (ayla) ini diungkapkan oleh Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar Netty Prasetiyani Heryawan, kemarin. Netty sangat menyayangkan orang tua yang mem biarkan anak kelas 6 SD tersebut jadi PSK.

“Di Polrestabes Bandung, ada anak SD menyambi sebagai anak yang dilancurkan (ayla) di sela waktu sekolah,” kata Netty kepada wartawan di sela-sela halal bihalal di Gedung Sate, kemarin. Menurut Netty, kasus itu ter ungkap saat P2TP2A ber dialog dengan Kapolrestabes Bandung, ombespol Angesta Romano Yoyol beberapa waktu lalu.

Anak SD tersebut me la curkan diri salah satu alasannya karena ekonomi. “Dari dialog dengan Kapolres, anak itu meminta kami bertanya ke ibunya berapa ibunya memberi uang saku setiap hari,” tutur istri Gubernur Jabar Ahmad Heryawan ini. Anak SD tersebut memiliki tukang ojek khusus yang bertugas mengantarkannya melayani pria hidung belang. Saat tak ada pelanggan, anak itu “melayani” tukang ojek.

“Sekarang anaknya dikembalikan ke orang tua nya.” “Karena, ibunya ga mau anak nya dititipkan ke P2TP - 2A,” ungkap Netty. Walaupun alasan ekonomi menjadi faktor utama, tapi ironisnya, ungkap Netty, dalam kasus ini anak ter sebut mencari tambahan uang saku de ngan ber pro fesi sebagai PSK.

Ini harus dilihat apakah memang karena fak tor agamanya kurang diberikan oleh orang tua atau ta - rikan (pe ngaruh) lingkungan yang lebih kuat. Karena di kembalikan ke orang tua, fungsi pendam pingan terhadap A ha rus di la kukan. “Boleh jadi nilainilai dan pengaruh lingkungan seperti ta ya ngan televisi lebih kuat,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Unit (Kanit) Per lindungan Perempu an dan Anak (PPA) Polrestabes Bandung AKP Me gawati mengatakan, kasus anak SD yang berprofesi sebagai PSK tersebut telah terungkap sejak lama. “Memang Bu Netty waktu itu per nahaudien si sama Pak Ka polres, dan beliau menanyakan tentang kasus yang di tangani PPA.

Nah kami kasih tau salah satunya anak kelas 6 SD itu. Mungkin beliau kaget dan belum monitor ter kait kasus tersebut. Tapi sebenarnya kasus itu sudah lama,” kata Me gawati. Kerja sama antara Pol res ta bes Bandung dengan P2TP2A Jabar telah dilakukan.

Polisi da lam hal ini Unit PPA hanya me la kukan proses hukum, sedangkan untuk pembinaan terhadap anak-anak korban kekerasan baik fisik, psikis, maupun seksual, diserahkan kepada P2TP2A. “Kerja sama kami dengan P2TP2A itu terkait pembinaan. Jadi, Bu Netty menginginkan pembinaan itu tak hanya korban dikarantina lalu di lepas lagi, tapi pem bi naan di sini lebih mendalam se cara psikologis korban pascakeja di an tersebut,” ujar dia.

Tahun ini, ung kap Mega wati, kasus prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur meningkat. Hal tersebut terjadi karena wa wasan masyarakat yang sudah mulai terbuka akan dampak negatif dari praktik tersebut sehingga berani melaporkannya kekepolisian. “Pe ran masurakat sendiri sangat penting, karena semua kasus yang kami tangani ini berawal dari masyarakat,” ungkap Megawati.

Disinggung apakah akan dilakukan penyisiran tempat yang dicurigai sebagai tempat praktik transaksi prostitusi anak, Mega mengatakan, pihaknya pasti melakukan langkah tersebut. “Pasti kami laku kan, tak hanya berhenti di kasus itu saja. Bahkan jika masyarakat melihat ada tempat seperti itu (prostitusi) bisa langsung laporkan kepada kami.

Karena semua proses yang kami tangani kebanyakan berasal dari info ma syarakat,” tandas dia. Megawati mengemukakan, untuk titik tempat yang kerap dijadikan transaksi prostitusi ini hingga saat ini masih sama. Namun yang menjadi kekhawatirannya kini ada lah prostitusi per seorangan.

Apa lagi dengan perkembangan zaman di mana teknologi seluler semakin canggih, sehingga banyak prak tik pros titusi terjadi tak ka sat mata. Seperti menja jakan diri melalui media sosial dan lain-lain. “Media sosial di internet banyak digunakan untuk hal negatif, seperti praktik prostitusi on line,” kata Megawati.

Untuk mencegah dampak negatif itu, jelas dia, Unit PPA Polrestabes Bandung melakukan tindakan preventif dengan melakukan sosialisasi kesekolah-sekolah agar siswa dapat menggunakan teknologi dengan bijak dan positif. “Dibu tuh kan peran serta semua lini, untuk menekan praktek pros ti tusi tersebut,” ujar dia.

Anak Butuh Perlindungan

Dalam memperingati Hari Anak Nasional pada 23 Juli, pemangku kepentingan bisa memperhatikan masalah anak dengan sungguh-sungguh. Karena, dari sisi usia, anak kelompok rentan yang membutuhkan perlindungan orang dewasa, baik orang tua, institusi pen didikan, maupun masyarakat.

Jadi, harus ada kesadaran ma syarakat untuk saling mengawasi dan mencegah agar tak terjadi kekerasan kepada anak dan penyimpangan perilaku anak. “Kalau ada indikasi kekerasan masyarakat harus segera melapor. Dari sisi fisik anak juga kelompok lemah jadi harus da - pat perawatan dan perlin dung - an,” tutur Netty.

Ketua DPRD Jabar Ineu Purwa dewi Sundari mengung kapkan, dalam peringatan Hari Anak Nasional, orang tua harus lebih memperhatikan anakanak terlebih dari segi per gaulan agar tak terjebak dalam pergaulan bebas dan apalagi terjerumus dalam lembah PSK anak.

“Dengan hari anak ini, keluarga dan orang tua harus lebih sadar lagi akan pentingnya perhatian kepada anak,” ungkap Ineu. Ineu menuturkan, berbagai kasus kekerasan terhadap anak yang marak terjadi harus menjadi perhatian semua pihak.

Persoalan tersebut, tidak akan terjadi jika orang tua dan keluarga menjalankan tugas dengan baik dalam merawat, menjaga, dan mendidik anak. “Bentuk perhatian dan kasih sayang kepada anak harus makin digalakkan.

Keluarga harus saling menjaga,” ujar dia. Peran masyarakat sekitar pun sangat penting untuk menghindarkan anak dari ber bagai kasus kekerasan. Selama ini, masya rakat sekitar terkesan cuek atau tak peduli sehingga per - masalahan yang dialami anak tidak diketahui dengan baik.

Yugi prasetyo/ agie permadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7903 seconds (0.1#10.140)