Muktamar, NU Diminta Balik ke Khittah
A
A
A
DEPOK - Nahdlatul Ulama (NU) diminta kembali pada jati diri semula. Dengan adanya Muktamar yang akan digelar di Jombang, Jawa Timur, pada Agustus nanti diharapkan bisa membawa NU pada khittahnya.
"Yang sangat prinsipil, kembali ke khittah itu ya kembali ke aqidah dan pemahaman Islam ahlussunah wal jamaah (Aswaja), bukan yang lain," kata intelektual muda NU Ahmad Baso di Depok, Rabu 8 Juli 2015.
Menurut Baso, seharusnya pengurus di tingkat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekarang menempatkan Aswaja NU sebagai cara pandang utuh terhadap Islam yang dilaksanakan dalam konteks ke-Indonesiaan. Sehingga tercapai cita-cita perjuangan kebangsaan yang membawa kemaslahatan.
"Penting untuk mengembalikan lagi khittah perjuanga NU kepada relnya. Termasuk dengan penguatan kepemimpinan di tingkat Syuriyah, bukan malah melemahkannya dengan segenap alasan dan modus yang dibuat-buat," kata Baso.
Dia menghawatirkan, kecenderungan adanya paham yang belakangan menyimpang dari garis kebijakan di tingkat PBNU. Bahkan, ia melihat fenomena PBNU mentolerir masuknya paham-paham transnasional yang bisa mendikte kebijakan NU.
"Ini jelas menyimpang. Karena kebijakan PBNU sekarang ini tidak peka dan sensitif dengan khittah dan garis perjuangan NU. Yaitu untuk menegakkan paham Islam ahlussunah waljamah dalam bingkai NKRI. Kok malah paham lain yang dikembangkan," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tengah Nasrudin Suyuthi menambahkan, dalam Muktamar NU nanti PBNU harus bersikap arif dan bijaksana. Dia meminta PBNU tidak memaksakan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) dalam pemilihan Rais Aam. Pasalnya, sistem tersebut baru tahap sosialisasi.
"Kita berharap PBNU bisa bersikap arif dan bijaksana. Tidak memaksakan sistem Ahwa di Muktamar NU dalam pemilihan Rais Aam," pungkasnya.
PILIHAN:
Forum Kiai Sepuh Sepakat Muktamar NU Pakai Sistem Ala Gus Dur
Resolusi Jihad, bentuk komitmen Ulama atas NKRI
"Yang sangat prinsipil, kembali ke khittah itu ya kembali ke aqidah dan pemahaman Islam ahlussunah wal jamaah (Aswaja), bukan yang lain," kata intelektual muda NU Ahmad Baso di Depok, Rabu 8 Juli 2015.
Menurut Baso, seharusnya pengurus di tingkat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekarang menempatkan Aswaja NU sebagai cara pandang utuh terhadap Islam yang dilaksanakan dalam konteks ke-Indonesiaan. Sehingga tercapai cita-cita perjuangan kebangsaan yang membawa kemaslahatan.
"Penting untuk mengembalikan lagi khittah perjuanga NU kepada relnya. Termasuk dengan penguatan kepemimpinan di tingkat Syuriyah, bukan malah melemahkannya dengan segenap alasan dan modus yang dibuat-buat," kata Baso.
Dia menghawatirkan, kecenderungan adanya paham yang belakangan menyimpang dari garis kebijakan di tingkat PBNU. Bahkan, ia melihat fenomena PBNU mentolerir masuknya paham-paham transnasional yang bisa mendikte kebijakan NU.
"Ini jelas menyimpang. Karena kebijakan PBNU sekarang ini tidak peka dan sensitif dengan khittah dan garis perjuangan NU. Yaitu untuk menegakkan paham Islam ahlussunah waljamah dalam bingkai NKRI. Kok malah paham lain yang dikembangkan," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tengah Nasrudin Suyuthi menambahkan, dalam Muktamar NU nanti PBNU harus bersikap arif dan bijaksana. Dia meminta PBNU tidak memaksakan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) dalam pemilihan Rais Aam. Pasalnya, sistem tersebut baru tahap sosialisasi.
"Kita berharap PBNU bisa bersikap arif dan bijaksana. Tidak memaksakan sistem Ahwa di Muktamar NU dalam pemilihan Rais Aam," pungkasnya.
PILIHAN:
Forum Kiai Sepuh Sepakat Muktamar NU Pakai Sistem Ala Gus Dur
Resolusi Jihad, bentuk komitmen Ulama atas NKRI
(mhd)